Sabtu, 28 Januari 2017

Keracunan Amonia Pada Ikan : Gejala Klinis dan Peran Bakteri

donasi dg belanja di Toko One


Gejala-Gejala Klinis Keracunan Amonia Pada Ikan
Kejadian Keracunan Amonia di Kolam Ikan
...baca sebelumnya

Peranan Bakteri Dalam Menyingkirkan Amonia Dari Air Akuarium
Noga (2010) menyatakan bahwa keracunan amonia juga bisa terjadi dalam akuarium yang sudah lama mapan. Bila ikan dimasukkan ke dalam akuarium yang di dalamnya sudah ada banyak ikan atau bila ikan diberi pakan secara berlebihan, yang menyebabkan penimbunan pakan busuk, maka konsentrasi amonia akan naik. Jumlah total amonia yang dapat diubah menjadi nitrit tergantung seluruhnya pada jumlah filtrasi biologis di dalam akuarium. Filtrasi biologis (lebih tepat disebut filtrasi mikrobiologi karena merujuk pada penyaringan air oleh organisme mikro) terjadi bila air akuarium melintasi permukaan substrat yang dilapisi oleh mikroba. Jadi, filtrasi biologi (dan penyingkiran amonia) adalah paling tinggi bila air dalam jumlah banyak melintasi permukaan subtrat yang luas. Hal ini terjadi di dalam filter akuarium (di bawah saringan kerikil dll). Jika kapasitas filtrasi biologi terlalu kecil untuk menyingkirkan semua amonia yang dihasilkan oleh ikan, maka konsentrasi amonia akan naik. Jika filter dibersihkan terlalu bersih (misal kerikil diaduk kuat-kuat) maka konsentrasi amonia akan meningkat tajam karena bakteri mudah hilang dari substrat filter dan rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Keracunan Amonia Pada Ikan : Gejala Klinis dan Peran Bakteri

donasi dg belanja di Toko One


Gejala-Gejala Klinis Keracunan Amonia Pada Ikan
Keracunan amonia akut dapat menyebabkan perilaku yang tidak normal seperti yang terjadi pada mamalia, termasuk hipersensitif. Ikan sering berhenti makan. Keracunan amonia kronis adalah berkaitan dengan hiperplasia (pembesaran jaringan akibat peningkatan laju pembelahan sel) dan hipertrofi (pembesaran jaringan akibat peningkatan ukuran sel) jaringan insang, namun belum jelas apakah kelainan ini disebabkan secara langsung oleh keracunan amonia ataukah oleh aspek-aspek lain buruknya kualitas air yang sering menyertai peningkatan konsentrasi amonia. Mekanisme keracunan amonia pada ikan tidak diketahui secara tepat, tetapi amonia cair berkonsentrasi tinggi meningkatkan konsentrasi amonia dalam darah dan jaringan, sehingga menyebabkan peningkatan pH darah, gangguan osmoregulasi, meningkatkan konsumsi oksigen dalam jaringan dan menurunkan transpor oksigen dalam darah. Keracunan amonia secara kronis akan menurunkan laju pertumbuan dan kekebalan terhadap penyakit (Noga, 2010).

Kejadian Keracunan Amonia di Kolam Ikan
Menurut Noga (2010) amonia biasanya tidak menjadi masalah di kolam ikan kecuali bila aerasi tambahan diterapkan, yang mencegah timbulnya kondisi hipoksia (konsentrasi oksigen terlarut di bawah normal) sehingga memungkinkan kepadatan ikan yang lebih tinggi. Seperti pada sistem lain, pemberian pakan (pakan yang tak dimakan, pakan busuk dan amonia yang dihasilkan dari konsumsi makanan atau dari ikan mati) adalah sumber terbesar amonia dalam kolam ikan komersial. Daya racun amonia adalah paling mungkin terjadi menjelang matahari terbenam ketika pH, suhu dan amonia tak terionisasi mencapai nilai maksimum. Pada kebanyakan kolam, alga maupun bakteri Nitrosomonas adalah konsumen utama amonia. Sebagian besar kolam, terutama kolam ikan komersial, memiliki populasi alga yang besar. Amonia juga cenderung meningkat selama musim gugur dan musim dingin, mungkin karena penurunan metabolisme alga dan bakteri pada suhu rendah. Amonia bisa juga meningkat konsentrasinya setelah populasi alga hancur atau kematian masal; hal ini tidak hanya mengurangi asimilasi amonia tetapi juga mendorong pembentukan amonia akibat pembusukan alga. Kematian alga bisa terjadi secara spontan atau bisa disebabkan oleh pemakaian bahan kimia pembasmi alga. Oksigen biasanya menjadi faktor pembatas paling penting dalam sistem kolam air deras. Bagaimanapun, konsentrasi amonia bisa mencapai tingkat beracun bila aerasi tambahan meningkatkan kepadatan ikan maksimum yang dapat ditampung. Konsentrasi amonia paling rendah pada aliran air masuk dan paling tinggi pada aliran air keluar.

Peranan Bakteri Dalam Menyingkirkan Amonia Dari Air Akuarium

...baca selanjutnya

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Kamis, 26 Januari 2017

Media Pertumbuhan, Kebutuhan Nutrisi dan Pengaruhnya Terhadap Reproduksi Jamur Air

donasi dg belanja di Toko One


Kebutuhan Belerang Pada Jamur Air
Sulfur anorganik, biasanya berupa sulfat, menyediakan sumber sulfur yang cukup bagi jamur Chytridiales, Monoblepharidales, Leptomitales dan Peronosporales. Cantino (1950, 1955) serta Cantino dan Turian (1959) menyatakan bahwa semua anggota jamur Blastocladiales dan Saprolegniales tidak dapat memanfaatkan sulfat sebagai sumber sulfur. Metionin menjadi sumber sulfur yang paling umum bagi dua ordo jamur Blastocladiales dan Saprolegniales. Sistein dan sulfur elemental terbukti merupaka sumber sulfur yang efektif bagi Aphanomyces, dan sejenis sumber sulfur tereduksi mampu menyokong pertumbuhan jamur Catenaria.

Kebutuhan Karbon Dioksida, Lemak dan Glukosa Pada Jamur Air
Penelitian menunjukkan bahwa jamur Aqualinderella fermentans membutuhkan dalam jumlah besar karbon dioksida dari atmosfer (5 sampai 20 %) agar dapat timbuh dengan baik. Juga pertumbuhan Blastocladia akan sangat baik bila konsentrasi karbon dioskda atmosferik tinggi. Dua contoh tadi adalah satu-satunya kasus di mana jamur air membutuhkan karbon dioskida untuk pertumbuhannya. Bagaimanapun, beberapa penelitian lain menujukkan bahwa Allomyces, Blastocladia dan Blastocladiela memfiksasi karbon dioksida. Kebutuhan karbon dioskdia pada Aqualinderella dapat diganti sebagian dengan asam organik, seperti suksinat. Aqualinderella juga membutuhkan lemak. Campuran lemak dalam minyak biji gandum dan ekstrak ragi biasanya ditambahkan ke media pertumbuhan, tetapi dapat diganti dengan kolesterol dan asam oleik. Terakhir, kebutuhan N-asetil glukosamin bagi pertumbuhan Karlingia asterocysta Karling, sejenis jamur yang sangat membutuhkan kitin, pada media glukosa telah diamati. Glukosa ditambah N-asetil glukosamin atau kitin tampaknya merupakan satu-satunya substrat yang cocok bagi pertumbuhan jamur ini.

Ads (klik gambar untuk informasi lebih detil) :
CL505 Kacamata Anti Radiasi Komputer Antiradiasi laptop Monitor TV Kaca mata lelah


Kebutuhan Oksigen Pada Jamur Air
Umumnya jamur sangat membutuhkan kondisi aerobik, tetapi banyak jamur dari kelas Chytridiomycetes dan Oomycetes yang dapat menferrmentasi gula menjadi asam laktat dan sitoplasmanya mengandung enzim laktase dehidrogenase yang sangat aktif. D(-)laktase dehidrogenase juga aktif dalam sitoplasma jamur Allomyces, Blastocladia, Blastocladiella, Achlya, Apodachlya, Aphanomyces, Araiospora, Aqualinderella, Pythium, Phytophtora, Rhipidium, Saprolegnia, Sapromyces dan Thraustotheca. Organ penghasil energi melalui fermentasi asam laktat dalam kondisi tidak ada oksigen dengan demikian dimiliki oleh beberapa anggota jamur Chytridiomycetes dan Oomycetes. Karena jamur-jamur ini mungkin bisa mensintesis ATP dalam kondisi anaerob, dapat diharapkan bahwa jamur-jamur tersebut dapat tumbuh pada kondisi ini; namun hanya ada dua jamur air yang dapat tumbuh subur dalam kondisi anaerob yaitu Blastocladia ramosa Thaxter dan Aqualinderella fermentans.
Sapromyces elongatus (Cornu) Coker dan Mindeniella spinospora Kanouse tumbuh lambat dalam kondisi anaerob. Jamur Chytridiomycetes dan Oomycetes lainnya bervariasi dalam hal kebutuhan oksigen mulai dari aerobik obligatif sampai fermentatif fakultatif pada konsentrasi oksigen yang sangat rendah. Penjelasan yang masuk akal untuk fenomena ini adalah sebagai berikut, tetapi penjelasan ini masih perlu dibuktikan. Meskipun banyak jamur air dapat memenuhi kebutuhan energinya melalui fermentasi asam laktat, oksigen tetap dibutuhkan untuk mensintesis berbagai senyawa sel, seperti steroid dan asam lemak tak jenuh. Biasanya membran plasma bersifat impermeable terhadap senyawa-senyawa sel ini sehingga mereka tidak dapat diserap oleh sel dari medium pertumbuhan pada kondisi anaerobik. Membran plasma pada Aqualinderella fermentans dan Blastocladiella ramosa menjadi lebih permeable selama berevolusi agar dapat beradaptasi terhadap lingkungan anaerobik.

Media Pertumbuhan dan Kebutuhan Nutrisi Jamur Air
Tujuan utama sebagian besar studi nutrisi jamur adalah mengembangkan media sintetis agar jamur dapat tumbuh optimal di mana media tersebut relatif mudah disiapkan. Bagaimanapun, beberapa penelitian penting telah dilakukan dengan media campuran. Di alam, jamur tumbuh dalam media campuran dari berbagai jenis substrat, jadi bukan satu jenis substrat saja sebagai sumber karbon dan energinya. Pertumbuhan Phytophthora pada media minyak sayur dan jenis-jenis lemak lainnya telah diamati. Leptomitus dan Saprolegnia tumbuh subur pada media campuran asam amino. Pengaruh satu komponen campuran terhadap pemanfaatan komponen lainnya telah diamati oleh beberapa peneliti. Pada Allomyces, penambahan sedikit glukosa ke dalam medium pertumbuhan merangsang jamur untuk memanfaatkan fruktosa dan manosa dengan mempercepat fase-lambat (lag phase). Telah dibuktikan bahwa asam amino asparagin, arginin, sitrulin, ornitin, asam glutamat dan prolin juga merangsang pemanfaatan manosa oleh Allomyces. Telah dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan Aphanomyces pada media campuran glukosa, manosa dan galaktosa. Jamur ini tumbuh baik pada media glukosa sebagai sumber karbon dan tumbuh jelek pada media manosa maupun galaktosa. Laju pertumbuhan jamur pada media campuran manosa dan galaktosa, manosa dan glukosa, serta galaktosa dan glukosa kira-kira sama dengan laju pertumbuhan pada media glukosa saja di mana jumlah total gula pada setiap media sama. Pada jamur Apodachlya sejumlah kecil metionin dapat menghambat pertumbuhan jamur pada media yang mengandung asam glutamat sebagai sumber karbon. Campuran leusin dan glukosa memungkinkan jamur tumbuh lebih baik dibandingkan bila jamur ditumbuhkan pada media leusin saja atau glukosa saja khususnya pada jamur Leptomitus.

Pengaruh Karbon, Nitrogen dan Sulfur Terhadap Reproduksi Jamur
Sebagian besar studi nutrisi jamur difokuskan pada pertumbuhan sel-sel vegetatif. Bagaimanapun, telah ditunjukkan bahwa beberapa jenis substrat yang mendorong pertumbuhan vegetatif ternyata menghambat reproduksi seksual pada jamur Achlya. Penelitian telah dilakukan untuk mengamati kemampuan berbagai jenis sumber karbon dan nitrogen dalam mendukung pertumbuhan vegetatif maupun repdroduksi seksual pada jamur Pythium, dan memperoleh hasil bahwa ada substrat-subtsrat yang dapat menghambat reproduksi seksual. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya variasi rasio karbon dan nitrogen yang dibutuhkan jamur. Lebih lanjut, beberapa peneliti mengamati hubungan antara rasio karbon-nitrogen dalam medium dengan reproduksi seksual pada jamur Phytophthora. Pengaruh perbedaan sumber sulfur dan nitrogen terhadap pembentukan oogonia telah diamati oleh beberapa peneliti pada Aphanomyces euteiches Dreschler.

Referensi :
Artikel Terkait

loading...