Selasa, 20 Maret 2012

Kemungkinan Penggunaan Hormon Untuk Merangsang Pertumbuhan Bandeng (Chanos chanos)

Arsip Cofa No. B 014


Menurut Matty (1985) hormon pertumbuhan bisa digunakan sebagai agen pemacu pertumbuhan dalam kultur ikan. Masalahnya, ada dua faktor utama yang menyulitkan penggunaannya. Pertama, kesulitan memperolehnya dalam jumlah cukup dan kedua, sebagai polipeptida bisa diduga bahwa hormon ini akan hancur oleh enzim pencernaan bila diberikan lewat mulut. Jadi penggunaannya dalam akuakultur terbatas. Bagaimanapun, kemungkinannya terletak pada sintesis molekul ini dengan bioteknologi di masa depan. Juga adalah mungkin untuk memberikan hormon ini lewat mulut karena ada petunjuk bahwa pertumbuhan bisa dipacu setelah memberi makanan lewat mulut. Mungkin bahwa molekul ini sebelum diserap hanya terurai sebagian, seperti halnya kasus pada hormon pertumbuhan binatang bovine; pecahan-pecahan molekul ini ketika dicerna masih mempertahankan sebagian aktivitas perangsangan pertumbuhan. Walaupun pemberian hormon pertumbuhan lewat mulut bersama makanan bisa diterapkan di masa depan, saat ini cara yang sangat tepat untuk merangsang pertumbuhan adalah dengan penyuntikan atau pencangkokan hormon. Penggunaan hormon pertumbuhan bovine dengan cara ini bisa digunakan untuk mempercepat pertumbuhan ikan stok yang dipilih sebagai calon induk.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Somatotropin atau STH (juga disebut hormon pertumbuhan) bekerja, seperti prolaktin, dengan suatu pola yang meluas tanpa melibatkan kelenjar hormon perantara. Secara umum, ia merangsang nafsu makan dan pertumbuhan serta mencegah hipertrofi (pertumbuhan jaringan dengan sangat cepat) hati. Hormon pertumbuhan binatang bovine yang disuntikkan “intramuscular” (lewat otot) sekali seminggu meningkatkan pertumbuhan ikan coho salmon sebesar 50 – 100 % dibandingkan ikan kontrol hanya dalam waktu 56 hari, tergantung pada komposisi ransum. Bagaimanapun, teknik peningkatan pertumbuhan pada ikan salmon budidaya dengan cara ini secara ekonomi tidak layak. Hormon tersebut mahal sekalipun bila peningkatan pertumbuhan yang diperoleh cukup besar (Smith, 1982).

Baca juga Hormon Pertumbuhan Ikan

Cruz (1988) melakukan penelitian untuk mengevaluasi kemungkinan penggunaan hormon-hormon 17 alfa-metiltestosteron (MT), estradiol-17 beta (E2), dan/atau 3,5,3’-triyodo-L-tironin (T3) sebagai perangsang pertumbuhan ikan kiper (Scatophagus argus) dan bandeng (Chanos chanos). Anak ikan kiper diberi pakan yang mengandung 0, 0,1, 1,0, 5,0 dan 10,0 ppm T3. Tidak ada pengaruh terhadap pertumbuhan, efisiensi pakan dan kelangsungan hidup setelah 200 hari. Peningkatan dosis menyebabkan penurunan faktor kondisi dan rasio badan-ekor. Ketidaknormalan lain terlihat pada perlakuan pemberian T3 sebanyak 5,0 dan 10,0 ppm. Pada ikan kiper dewasa, MT atau E2 pada kadar 10,0 dan 20,0 ppm, atau pada 10,0 ppm digabungkan dengan 5,0 ppm T3, gagal memperbaiki pertumbuhan setelah 70 hari di karamba. Semua perlakuan hormon menekan pertumbuhan dan konsumsi pakan. Ikan kontrol memilki indek hepatosomatik paling tinggi tetapi tidak nyata bila dibandingkan dengan perlakuan 10,0 dan 20,0 ppm E2. Pada ikan bandeng, metil testosteron telah diuji untuk juvenil dengan konsentrasi 0, 1,0, 5,0, 10,0, 20,0 dan 40,0 ppm. Setelah 112 hari, MT berkonsentrasi 1,0 ppm tampaknya memperbaiki pertumbuhan sebesar 27,1 %. Dosis yang lebih tinggi cenderung menekan konsumsi pakan dan pertumbuhan. Pertumbuhan secara nyata terhambat pada perlakuan 40,0 ppm MT. Tidak ada pengaruh hormon terhadap efisiensi pakan dan kelangsungan hidup. Peningkatan dosis MT menyebabkan peningkatan faktor kondisi. Tampaknya tidak ada potensi menguntungkan penggunaan MT, E2 dan/atau T3 pada ikan kiper. Penelitian ini menujukkan bahwa potensi menguntungkan hormon-hormon tersebut bersifat spesifik-spesies . Pemakaian MT untuk meningkatkan pertumbuhan juvenil bandeng tampaknya bisa diterapkan secara komersial.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda