Sabtu, 09 Oktober 2010

Pengaruh Aerasi Terhadap Konsentrasi Oksigen Terlarut

A 1.257 Pengaruh Aerasi Terhadap Konsentrasi Oksigen Terlarut

Oksigen dari udara masuk ke dalam air melalui difusi (Davydov dan Samoylenko, 1990). Difusi ini bisa dibantu oleh aerasi (Leclercq dan Hopkins, 1985). Aerasi meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut dalam air (Ludwig dan Gale, 1991; Martin, 1978). Bagaimanapun, aerasi kadang tidak bisa mencegah terjadinya kematian ikan akibat kekurangan oksigen (Boyd, 1982).

Davydov dan Samoylenko (1990) mempelajari sumber-sumber pemasok oksigen di perairan. Aerasi atmosfer secara alami merupakan salah satu sumber pemasok oksigen walaupun peranannya di zona berair dangkal adalah kecil. Namun aerasi dengan bantuan manusia sanggup mentransfer oksigen dalam jumlah besar sehingga dimanfaatkan untuk memulihkan danau yang tercemar (Martin, 1978).

Baca juga Hubungan Aerasi dengan Kejadian Penyakit dan Parasit Ikan

Boyd (1982) mengembangkan persamaan untuk menghitung laju difusi oksigen oleh aerator. Dalam praktek, laju difusi tersebut lebih rendah daripada yang diperoleh di bawah kondisi standar. Hal ini bisa disebabkan oleh suhu mungkin tidak 20o C, konsentrasi oksigen terlarut mungkin lebih dari 0 mg/l, dan air saat diaerasi mungkin tidak menyerap oksigen dengan kecepatan yang sama seperti air keran. Substansi-substansi yang terkandung di dalam air sedikit menurunkan laju penyerapan oksigen dan konsentrasi kejenuhan oksigen.

Menurut Boyd (1982) efisiensi perpindahan oksigen berhubungan dengan ukuran gelembung udara; gelembung kecil memiliki bidang batas udara-air yang lebih luas daripada gelembung besar. Perbedaan konsentrasi yang lebih besar antara oksigen di dalam gelembung dan oksigen di dalam air bisa dicapai dengan menggunakan oksigen murni atau udara yang lebih padat. Penggunaan oksigen murni sebagai pengganti udara untuk memasok oksigen terlarut tidak menyebabkan masalah fisiologis bagi ikan (Meade, et al., 1991).

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :

Loyacano (1974) dalam Boyd (1982) mempelajari pengaruh aerasi terhadap konsentrasi oksigen terlarut dalam kolam ikan lele putih. Sementara Leclercq dan Hopkins (1985) meneliti penggunaan aerator untuk memasok oksigen dalam tangki budidaya ikan tilapia biru Kedua penelitian itu memberkan kesimpulan bahwa konsentrasi oksigen terlarut meningkat sejalan dengan derajat aerasi. Namun, Plemmons (1980) dalam Boyd (1982) menunjukkan bahwa walaupun diaerasi, konsentrasi oksigen terlarut sering jatuh di bawah 2 mg/l di kolam ikan, terutama di kolam dengan padat penebaran tinggi.

Ludwig dan Gale (1991) mengevaluasi dua metode aerasi untuk mengoksigenasi pasokan air dalam hatchery. Dalam penelitian mereka, air dan gas oksigen dialirkan dengan arah yang berlawanan. Sejalan dengan peningkatan aliran gas oksigen, konsentrasi oksigen terlarut dalam air arus-keluar meningkat dari sekitar 100 menjadi 290 %. Pada metode lain, oksigen dimasukkan secara langsung ke saluran pasokan air hatchery. Pada laju aliran air yang konstan 660 liter/menit dan aliran gas oksigen antara 5 dan 8 liter/menit, konsentrasi oksigen terlarut bertambah dari 68,6 menjadi 224 %. Mereka menyimpulkan bahwa kedua metode oksigenasi ini merupakan cara yang efisien untuk meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut dalam pasokan air hatchery.

Baca juga Pengaruh Aerasi Terhadap Kualitas Air dan Produksi Ikan di Kolam

Sebuah penelitian telah dilakukan oleh Boyd (1982) untuk menentukan apakah aerasi malam hari untuk kolam dengan tingkat pemberian pakan tinggi bisa menurunkan resiko kehabisan oksigen terlarut. Hasilnya menunjukkan bahwa semua kolam yang tak diaerasi mengalami kematian ikan akibat rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, tetapi tidak ada ikan yang mati akibat kehabisan oksigen di kolam yang diaerasi. Perbandingan pola harian konsentrasi oksigen terlarut untuk kolam yang diaerasi dan yang tak diaerasi menunjukkan adanya perubahan mendadak dalam hal penurunan oksigen terlarut malam hari ketika aerasi dimulai. Setelah itu, konsentrasi oksigen terlarut tetap stabil selama periode aerasi.

Steeby (1976) dalam Boyd (1982) melakukan penelitian untuk mempelajari apakah aerasi dapat mencegah kematian masal ikan akibat kekurangan oksigen. Aerator dalam penelitan ini sanggup memindahkan udara yang dipadatkan sebesar 0,96 meter kubik per menit pada kolam yang ditebari sangat banyak ikan channel catfish dan diberi pakan dalam jumlah besar. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan sangat bagus pada kondisi cuaca normal. Bagaimanapun, banyak ikan yang mati akibat kekurangan oksigen selama satu periode cuaca berawan yang berkepanjangan, hanya beberapa minggu sebelum ikan akan dipanen. Secara kebetulan, sistem aerasi dioperasikan pada kapasitas maksimal ketika terjadi kematian ikan. Berdasarkan hasil penelitian ini, Steeby menyimpulkan bahwa sistem aerasi saja tidak cukup untuk memasok oksigen yang diperlukan biota kolam ketika laju fotosintesis rendah.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

1 Komentar:

Pada 27 Desember 2010 pukul 22.50 , Blogger LINGGATAMA mengatakan...

CV.LINGGATAMA memperkenalkan produk fine bubble aerasi

informasi lanjut dapat dilihat di :
www.iklanbarispro.com/.../futsu-blower-oxi-flex-fine-bubble-diffuser-1.html

www.linggatamacitraperkasa.blogspot.com

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda