Senin, 04 Agustus 2014

Respon Ikan dan Udang Terhadap Amonia

Arsip Cofa No. C 178

Kisaran Salinitas, pH, Amonia, Nitrit dan Nitrat pada Hatchery Udang

Treece dan Fox (1993) menyarankan kisaran beberapa faktor fisik dan kimia bagi operasi hatchery udang. Kisaran salinitas 25 – 36 ppt mungkin optimum untuk pemeliharaan larva udang, tetapi sebisa mungkin dipertahankan agar tidak berfluktuasi. Pembacaan salinitas harus dilakukan satu atau dua kali seminggu kecuali selama periode hujan ketika fluktuasi mungkin terjadi. Keasaman (pH) harus dibaca setiap hari di tangki pemelihaaan. Nilai pH 7,8 – 8,4 adalah bisa diterima, tetapi pH optimumnya 8,0. Nilai pH 8,4 atau lebih akan mulai menimbulkan stres bagi larva udang. Nilainya antara 8,0 dan 8,13 di tangki hingga tahap mysis III dan kemudian turun akibat masuknya air laut sehingga nilainya di bawah 8,0 sampai 7,75. Beberapa kematian terjadi tetapi mungkin tidak disebabkan oleh turunnya pH di bawah kisaran optimum. Total amonia dan nitrit dapat dipantau dengan alat uji yang murah (kecuali bila diperumit oleh adanya kesadahan magnesium) dan dapat diatur dengan pertukaran air. Amonia ada dalam bentuk terionisasi (NH3) yang beracun, terutama pada pH tinggi, dan bentuk terionisasi (NH4+) yang tak beracun, terutama pada pH rendah. Bentuk amonia terionisasi tidak dianggap beracun karena muatan ionnya mencegahnya menembus membran sel insang. Konsentrasi aman yang disarankan untuk amonia tak terionisasi (NH3-N), nitrit (NO2-N) dan nitrat (NO3-N) adalah 0,1, 0,1 dan 200 mg/liter, berturut-turut.

Baca juga :
Dapatkah Kalsium Menurunkan Daya Racun Amonia ?

Pengaruh Aktivitas Renang dan Pemberian Pakan Terhadap Daya Racun Amonia

Studi daya racun biasanya dilakukan pada ikan yang sedang beristirahat dan tidak diberi makan dengan tujuan untuk membandingkan hasilnya. Berdasarkan penelitian terbaru, bagaimanapun, stres lingkungan, termasuk renang, bisa berdampak besar terhadap daya racun amonia. Juga jelas bahwa pemberian pakan meningkakan kadar amonia dalam tubuh. Jadi, pemberian pakan bisa memperburuk kondisi ikan akibat daya racun amonia. Ikan bisa lebih rentan terhadap peningkatan kadar amonia selama dan setelah makan atau ketika renang. Jadi, kriteria konsentrasi amonia yang disajikan oleh EPA tidak bisa melindungi ikan pemigrasi dan tidak sesuai untuk ikan yang diberi pakan secara teratur (Ip et al., 2001).

Baca juga :
Daya Racun Amonia Bagi Udang Windu Penaeus monodon Juvenil dan Dewasa

Kepekaan Ikan, Cladocera dan Amfipoda Terhadap Daya Racun Amonia

Dalam sistem uji perairan tawar, ikan secara khas lebih peka terhadap amonia daripada invertebrata seperti cladocera. Perbedaan kepekaan ini menjadi kurang jelas ketika kekuatan ion larutan uji meningkat di atas 1000 mg/liter TDS (Total Dissolved Solid; Padatan Terlarut Total). Bagaimanapun, beberapa spesies seperti amfipoda Hyallela azteca, menunjukkan pola kepekaan terkait-pH yang berbeda dengan yang ditunjukkan oleh ikan fathead minnow dan cladocera (Norberg-King et al., 2005).

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Upaya Mengurangi Konsentrasi Amonia

Menurut Norberg-King et a. (2005) NH3 adalah senyawa yang agak mudah menguap dan merupakan bentuk amonia dominan pada pH > 9,3. Berdasarkan sifat ini telah dikembangkan sebuah prosedur untuk menyingkirkan amonia. Prosedur tersebut melibatkan peningkatan pH sampel sampai mendekati 11 dan kemudian aerasi atau pengadukan secara perlahan-lahan di dalam wadah yang rasio luas permukaan : volumenya besar (yakni, wadah luas tapi dangkal). Prosedur ini bisa menghilangkan sebagian besar amonia total dari sampel. Bagaimanapun, perhatian perlu diberikan untuk memantau dari dekat terhadap total volume sampel selama proses ini karena evaporasi (penguapan) yang tinggi bisa terjadi akibat rasio luas permukaan : volume yang besar itu.

Mekanisme Fisiologis Pada Ikan Untuk Mengurangi Kandungan Amonia Dalam Tubuh

Ip et al., (2001) melaporkan bahwa kebanyakan ikan teleostei bersifat "ammonotelic", artinya memproduksi dan mengekskresi amonia melalui difusi NH3 lewat insang. Mereka sangat rentan terhadap peningkatan kadar amonia dalam jaringan tubuh pada kondisi buruk. Beberapa ikan menghindari keracunan amonia dengan memanfaatkan beberapa mekanisme fisiologi. Pengurangan proteolisis dan/atau katabolisme asam amino mungkin merupakan mekanisme umum yang dilakukan beberapa ikan selama terpapar di udara atau terkena amonia. Ikan lain, seperti ikan belodok, dapat melakukan katabolisme asam amino sebagian dan menggunakan asam-asam amino sebagai sumber energi, yang menyebabkan penimbunan alanin, selama aktif di darat. Beberapa ikan mengubah kelebihan amonia menjadi senyawa yang kurang beracun seperti glutamin dan asam-asam amino lain untuk disimpan. Sedikit spesis mempunyai siklus ornitin—urea yang aktif dan mengubah amonia menjadi urea untuk disimpan maupun untuk diekskresi. Pada kondisi lingkungan dengan konsentrasi amonia meningkat, ikan belodok Periophthalmus schlosseri dapat terus-menerus mengekskresi amonia melalui transpor aktif ion amonium. Ada bukti-bukti bahwa beberapa ikan dapat memanipulasi pH permukaan tubuh untuk mempercepat penguapan NH3 selama terpapar di udara, atau pH medium luar untuk mengurangi daya racun amonia.

Baca juga :
Keracunan Amonia Pada Ikan : Gejala Klinis dan Peran Bakteri

Astaksantin Meningkatkan Daya Tahan Udang Terhadap Stres Amonia

Pan et al. (2003) melakukan studi dengan tujuan menentukan apakah peningkatan konsentrasi astaxanthin tubuh melalui pemberian pakan pada juvenil udang windu Penaeus monodon dapat meningkatkan kapasitas pertahanan antioksidan dan daya tahan terhadap stres amonia. "Total Antioxidant Status" (TAS) dan superoxide dismutase (SOD) dalam hemolimfa dipilih sebagai parameter kapasitas antioksidan udang. Daya tahan terhadap stres kimiawi dievaluasi berdasarkan tingkat kelangsungan hidup udang, dan aspartate aminotransferase (AST) serta alanine aminotransferase (ALT) dalam hemolimfa. Postlarva Penaeus monodon umur 5-hari diberi pakan makanan yang dilengkapi 71,5 mg/kg astaksantin selama 8 minggu. Udang kemudian dipaparkan selama 72 jam terhadap 0,02, 0,2, 2 dan 20 mg/liter amonia.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Pan et al. (2003) menyimpulkan bahwa tingkat kelangsungan hidup udang yang diberi makan astaksantin (AX) adalah lebih tinggi daripada udang kontrol untuk semua konsentrasi amonia kecuali 20 mg/liter, yang menunjukkan bahwa daya tahan udang terhadap stres amonia ditingkatkan oleh astaksantin-pakan. Udang AX memiliki TAS lebih tinggi daripada udang kontrol pada konsentrasi amonia di atas 0,02 mg/liter dan SOD lebih rendah pada semua konsentrasi amonia yang menunjukkan bahwa kapasitas antioksidan telah banyak ditingkatkan. AST pada udang AX lebih rendah dibandingkan pada udang kontrol untuk semua tingkat stres amonia. ALT pada udang AX lebih rendah daripada atau sama dengan udang kontrol untuk berbagai konsentrasi amonia. Baik AST maupun ALT mencerminkan bahwa fungsi hepatopankreatik udang ditingkatkan oleh astaksantin-pakan. Astaksantin bisa menjadi penting untuk Penaeus monodon ketika hewan ini di bawah kondisi stres amonia.

Baca juga :
Penanganan Kasus Keracunan Amonia di Akuarium dan di Kolam Ikan

Dampak Positif Amonia

MacIntyre et al. (2008) dalam Branson (2008) menjelaskan efek positif amonia bagi ikan. Ada beberapa bukti bahwa amonia berkonsentrasi rendah dapat merangsang pertumbuhan ikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan meningkat pada konsentrasi TAN (Total Amonia Nitrogen) 1,96 mg/liter (sekitar 0,035 mg/liter NH3-N). Penelitian lain menunjukkan bahwa amonia berkonsentrasi rendah bisa merangsang penggabungan amonia menjadi asam amino dan protein serta mengurangi biaya metabolik, karena pertumbuhan ikan ditingkatkan tanpa mengubah konsumsi makanan.


REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda