Minggu, 28 Mei 2017

Gerombolan Ikan

Arsip Cofa No. A 069
donasi dg belanja di Toko One

Perilaku Menggerombol (Schooling) Pada ikan

Bagi burung camar laut, nelayan dan predator lain, kecenderungan ikan-ikan tertentu untuk membentuk gerombolan besar merupakan hal yang sangat menguntungkan. Suatu gerombolan ikan lebih dari sekedar kerumunan ikan yang tidak teratur, ia merupakan sebuah organisasi sosial di mana ikan-ikan anggotanya dibatasi dengan ketat oleh pola tingkah laku tertentu dan bahkan oleh spesialisasi anatomis. Ikan-ikan yang menggerombol tidak hanya hidup berdekatan dengan sesama jenisnya seperti pada kebanyakan ikan lain; mereka mempertahankan, pada hampir semua aktivitasnya, orientasi geometris terhadap ikan-ikan di dekatnya, mereka menuju ke arah yang sama dengan posisi badan sejajar satu sama lain dan dengan ruang antar ikan sama. Berenang bersama-sama, mendekat, membelok dan menghindari bahaya bersama-sama , semuanya melakukan hal yang sama pada saat yang bersamaan, mereka seolah-olah merupakan satu ekor binatang besar yang bergerak berlenggang-lenggok di dalam air.

Organisasi sosial yang menakjubkan ini tidak mempunyai pemimpin. Ikan yang berenang di depan gerombolan seringkali diikuti oleh ikan-ikan di belakangnya. Bila gerombolan ikan ini berbelok ke kanan atau ke kiri dengan mendadak, ikan yang ada pada sisi belokan akan menjadi “pemimpin”, dan ikan yang semula memimpin di depan kini menjadi pengikut. Kecuali dalam menentukan arah belokan dan selama makan – di mana formasi gerombolan bisa berantakan sama sekali – ikan berenang sejajar satu sama lain. Jarak antar ikan mungkin bervariasi karena setiap individu berenang dengan kecepatan yang berbeda-beda dan berubah-ubah terutama pada gerombolan ikan yang bergerak pelan-pelan dan kurang kompak. Ketika suatu gerombolan ikan dikejuti, misalnya oleh predator atau pengamat, mereka akan segera merapat dan ruang antar ikan menjadi sama dan seluruh gerombolan melarikan diri dalam keadaan tetap seperti ini.

Semua ikan anggota suatu gerombolan berukuran sama meskipun jumlah anggotanya sebanyak gerombolan ikan seribu. Kecepatan renang meningkat sejalan dengan bertambahnya umur dan dengan demikian ikan dari suatu spesies cenderung memisahkan diri sesuai dengan ukuran dan generasi. Gerombolan ikan dapat memiliki berbagai bentuk dan biasanya mereka berbentuk tiga dimensi, baik anggotanya sedikit maupun banyak. Dari atas mereka mungkin tampak berbentuk empat persegi panjang atau elips atau tak berbentuk dan berubah-ubah. Beberapa spesies membentuk gerombolan ikan dengan bentuk yang khas. Ikan menhaden Atlantik, sebagai contoh, dapat dikenali dengan mudah dari udara karena mereka berenang menggerombol dengan bentuk mirip bayang-bayang amuba raksasa yang selalu berubah bentuk tetapi tak pernah bubar berantakan.

Kecepatan dan keserentakan dalam menanggapi rangsangan dan kecenderungan untuk sejajar dengan ikan lain serta kekonstanan jarak antar ikan dalam suatu gerombolan mengilhami kita bahwa tingkah laku mereka dikendalikan oleh sistem-sistem kontrol pusat yang membuat setiap “keinginan” untuk merubah gerak selalu terjadi pada saat yang bersamaan. Sudah tentu, sistem kontrol pusat seperti ini tidak ada. Tidak mungkin untuk menjelaskan keserentakan aksi semua anggota dalam menanggapi rangsangan dari lingkungan luar. Setiap saat ikan menerima dan menanggapi rangsang sama seperti binatang lain, misalnya rangsang adanya makanan dan perubahan intensitas cahaya. Bagaimanapun, kondisi lingkungan tidak dapat dipakai untuk menjelaskan tingginya derajat keserentakan dalam bergerak sejajar pada gerombolan ikan di mana keserentakan ini selalu dipertahankan setiap saat dan di mana saja. Sebenarnya, tingginya kestabilan untuk menggerombol selalu ditunjukkan pada hampir semua kondisi lingkungan sehingga mengilhami kita bahwa pengorganisasian gerombolan pastilah didominasi oleh faktor-faktor internal.

Baca juga
Interaksi Antara Terumbu Karang, Ikan Karang dan Perikanan

Penggerombolan merupakan suatu insting, hal ini mudah dijelaskan. Istilah ini menunjuk pada adanya suatu faktor penyebab – katakanlah, bahwa ikan bergerombol karena mereka memiliki insting untuk bergerombol. Pernyataan ini tidak banyak memberi penjelasan, apalagi bila diterapkan secara luas untuk pernyataan-pernyataan yang lebih konyol bahwa tingkah laku tersebut merupakan tingkah laku bawaan yang tak dipelajari dan khas bagi tiap spesies. Banyak binatang menunjukkan pola-pola tingkah laku yang khas bagi setiap spesies sehingga tingkah laku tersebut berguna dalam mengidentifikasi mereka serta berguna dalam menunjukkan kekerabatan antar spesies . Masalah seperti ini meninggalkan pertanyaan menarik yang tak terjawab. Dalam hal ini ia tidak dapat menjelaskan keharmonisan aksi ikan dalam suatu gerombolan. Sebab itu diperlukan studi tingkah laku ikan berkenaan dengan perkembangan ikan tersebut. Sejalan dengan pertumbuhan dan terutama kematangan sistem penerima rangsang, hubungan antara organisme tersebut dengan lingkungannya berubah. Riwayat hidup suatu individu, yang khas bagi setiap spesies, berperanan penting dalam menentukan tingkah laku binatang dewasa dan merupakan kunci pokok bagi mekanisme yang mengatur interaksi binatang tersebut dengan lingkungan sosial serta lingkungan fisik. Sebegitu jauh penjelasan terhadap penggerombolan ikan ini hanya membuat misteri menjadi semakin rumit.

Dengan menelusuri pertanyaan tentang bagaimana ikan bergerombol, kita bisa berharap mengetahui mengapa ikan menggermbol. Tidak ada studi yang bisa mengungkapkan apa fungsi tingkah laku sosial yang terorganisir ini dalam mempertahankan kelestarian jenis ikan tersebut.

Baca juga
Ekologi Ikan Karang

Pembentukan Perilaku Menggerombol Pada Larva Ikan

Studi lapang telah dilakukan dengan membawa ikan ke laboratorium untuk pengamatan dan eksperiman perilaku menggerombol ini. Kebanyakan spesies ikan penggerombol mengawali hidupnya sebagai plankton, di mana telur-telur ikan ini dibiarkan hanyut begitu saja oleh induknya dan dibuahi oleh sperma yang kebetulan bertemu dengan telur ini. Telur berkembang menjadi embryo dan embryo menjadi larva, atau “fry”, yang mampu berenang meskipun lemah. Mereka tumbuh, dewasa dan selama awal hidupnya mereka berkumpul bersama-sama membentuk gerombolan. Orang mudah mengamati mereka selama periode ini. Hanya ada satu cara untuk mengumpulkan larva ikan di laut terbuka yaitu dengan menggunakan jaring plankton, di mana jaring plankton ini memporak-porandakan pola normal tingkah laku menggerombol. Dengan demikian studi lapang ini terbatas pada spesies yang dapat ditemukan sebagai fry di dekat pantai. Tetapi larva in begitu kecil hingga tahap kritis yang dialaminya tidak terlihat.

Di perairan sekitar Tanjung Cod, telah diamati dua spesies ikan Menidia, yang umum dikenal dengan nama whitebait, spearing atau silverside. Selama akhir musim semi dan awal musim panas mereka melepaskan telur-telurnya yang berat dan dilekatkan dengan benang-benang lengket ke bebatuan dan tangkai rumput laut dan alga laut. Pada saat menetas, panjang tubuhnya tidak lebih dari 5 mm (sekitar ¼ inci) dan mereka merupakan plankton. Meskipun dengan sabar mencari namun sulit melihat larva sekecil ini di laut terbuka. Ketika mereka tumbuh sampai 7 mm atau lebih, mereka menjadi lebih mudah ditemukan di antara kumpulan plankton. Sebuah laporan menyebutkan bahwa larva berukuran 7 – 10 mm terlihat berkumpul secara acak tetapi tidak membentuk gerombolan teratur juga tidak menunjukkan kecenderungan untuk sejajar satu sama lain. Sejalan dengan pergantian musim dan pertambahan panjang dari 11 menjadi 12 mm, mereka sudah dapat diamati membentuk gerombolan untuk pertama kalinya, berenang sejajar dengan jumlah anggota 30 sampai 50 ekor. Beberapa peneliti melaporkan bawa mereka melihat sekitar 10.000 ikan kecil ini dalam sekumpulan plankton yang ditemukan di perairan dangkal dekat Wood Hole, Massachuset.

Dari pengamatan ini kita dapat menyimpulkan bahwa penggerombolan (schooling) dimulai ketika larva ikan mencapai panjang tertentu. Bagaimanapun, tidak dapat disimpulkan apakah pembentukan gerombolan terjadi perlahan-lahan ataukah mendadak. Selanjutnya 1.000 ekor larva ikan Menidia hasil penetasan telur di laboratorium dipelihara untuk pengamatan. Untuk mempelajari larva ini, diperlukan sebuah tangki berbentuk mirip kue donat dengan sebuah saluran selebar 3 inci. Bentuk tangki tersebut didasarkan pada fakta bahwa gerombolan ikan cenderung pecah ketika mereka mendekati sudut tangki yang berbentuk segi empat. Juga diamati kondisi ikan yang dipelihara dalam kondisi selalu mendapat cahaya, pengamatan ini dilakukan melalui cermin satu-arah. Diasumsikan bahwa pada kondisi semacam ini pembetukan gerombolan oleh larva ikan yang dipelihara di laboratorium terjadi ketika mencapai panjang yang sama dengan fry di laut bebas.

Pengamatan cermat dan terus menerus di laboratorium menunjukkan bahwa pembentukan gerombolan berlangsung perlahan-lahan dengan pola yang khas sesuai dengan jenis ikannya. Larva ikan yang baru menetas dengan panjang sekitar 5 – 7 mm akan mendekati kepala, ekor atau sisi badan larva lain hingga berjarak 5 mm dan kemudian menjauhinya. Pada saat panjangnya mencapai 8 – 9 mm, larva akan mendekati ekor larva lain; bila dua ekor larva terpisah sejauh 3 cm, mereka akan berenang berdampingan selama 2 atau 5 detik. Bagaimanapun, bila ada larva yang mendekati kepala larva lain dengan membentuk suatu sudut maka keduanya akan saling menjauh dengan cepat pada arah yang berlawanan. Ketika panjangnya sekitar 9 mm tingkah laku mendekati kepala-ekor menjadi sering, dan si larva sekarang akan berenang berdampingan selama 5 atau 10 detik. Bila mereka mencapai panjang 10 – 10,5 mm, seekor larva akan mendekati ekor larva lain dan keduanya akan menggetarkan seluruh tubuhnya beberapa saat. Tingkah laku menakjubkan ini akan berakhir dengan berenangnya kedua larva dalam posisi yang satu di belakang yang lain atau keduanya berenang berdampingan selama 30 – 60 detik, kadang-kadang diikuti oleh 3 atau 4 larva lain dalam formasi gerombolan kecil yang teratur. Jumlah larva yang mengikuti tingkah laku ini meningkat menjadi 10 atau lebih apabia larva mencapai panjang 11 – 12 mm. Dengan jarak antar ikan bervariasi dari 10 - 35 mm, gerombolan ikan ini menjadi tidak teratur. Dengan bertambahnya waktu, larva tumbuh sampai 14 mm dan jarak antar ikan menjadi lebih dekat, yaitu 10 – 15 mm, dan posisi seekor larva terhadap larva lain di dalam gerombolan menjadi lebih tetap.

Tingkah laku menggerombol dengan demikian dapat dinyatakan sebagai awal perkembangan dari interaksi dua ekor larva kecil. Dengan bertambahnya umur dan panjang, tingkah laku mendekati kepala berkembang menjadi pendekatan kepala-ekor; dua ekor larva tidak lagi saling berenang menjauh tetapi mereka lebih suka berenang berdampingan, dan jumlah larva yang mengikuti mereka makin bertambah banyak hingga membentuk formasi gerombolan.

Pada saat ini banyak spekulasi dilakukan, terutama yang berkaitan dengan hipotesis khusus bagi penelitian melalui pengamatan dan percobaan. Ketika melihat tingkah laku mendekati kepala, kita mungkin berkesimpualn bahwa setiap larva memperhatikan pola pemandangan yang sedang berubah : benda berbentuk oval (kepala) dan bintik hitam cerah (mata) yang menuju ke arahnya dengan jarak makin dekat. Rangsangan ini menjadi sangat kuat dan setiap larva berusaha lari menjauh. Berbeda dengan tingkah laku mendekati ekor yang tampak seperti garis kecil keperakan dan transparan, senantiasa melambai-lambai dengan teratur dan selalu bergerak. Ikan yang mendekati ekor larva lain terus mengikuti gerakannya. Sementara larva yang diikuti mungkin melihat - dengan sudut mata - ikan yang mengikutinya itu yang tampak sebagai bayangan kabur. Dalam setiap kasus ini rangsangan penglihatan diperlemah sampai ke tingkat intensitas yang rendah sehingga kedua larva berenang bersama-sama tanpa merasa takut.

Umunya rangsangan berintensitas sedang adalah menarik, sementara rangsangan yang kuat bersifat menolak, dan kebanyakan binatang cenderung mendekati sumber rangsangan-sedang serta menghindari sumber rangsangan-kuat, meskipun mereka sebelumnya tidak pernah mengalami kondisi semacam itu. Larva ikan yang diamati dalam laporan ini mempunyai cukup waktu untuk mengumpulkan pengalaman bertemtu dengan larva lain. Bagaimanapun, tidak dapat dipastikan apa sifat dan pengaruh pengalaman-pengalaman seperti ini. Yang menjadi pertanyaan adalah : Apakah pengalaman seperti ini penting bagi tingkah laku menggerombol ? Atau : Akankah ikan menunjukkan tingkah laku menggerombol bila ia dipisahkan dari ikan-ikan lain yang satu spesies dan dipelihara terpisah ?

Bagaimanapun, kita harus berhati-hati dalam memahami hasil yang diperoleh dari eksperimen semacam ini. Telah diketahui bahwa tingkah laku binatang yang dipelihara sendirian merupakan tingkah laku bawaan atau instingtif. Dalam hal ini harus diperhatikan keadaan terisolasi akibat si ikan dipelihara sendirian. Tak ada binatang yang dapat hidup dalam kondisi tanpa mendapat pengalaman sama sekali. Dalam hal larva ikan yang dipelihara terpisah dari sesama jenisnya, jelas bahwa ikan tersebut memperoleh pengalaman dari dirinya sendiri (meskipun akuarium/tangki pemeliharaan dilapisi dengan parafilm sehingga larva tidak dapat melihat bayangannya sendiri), pengalaman dari air yang ada dalam tangki pemeliharaan, dari udang Artemia yang dimakannya dan dari rangsangan yang diterima dari luar tangki.

Mortalitas larva yang dipelihara terpisah (terisolasi) sangat tinggi. Hanya 4 dari 400 larva yang berhasil hidup hingga bisa membentuk gerombolan pada musim pertama, dan hanya 9 dari 87 ekor larva pada musim kedua. Tampaknya larva ikan tidak membutuhkan kehadiran larva lain pada tahap awal kehidupannya, hal ini belum dapat dijelaskan. Satu perbedan yang menyolok antara larva yang dipelihara bersama larva lain dan larva yang dipelihara sendirian adalah dalam hal tingkah laku mencari makan yang pertama kali. Larva yang dipelihara bersama larva lain mencari makan 2 atau 3 hari setelah menetas meskipun kuning telur dalam abdomennya masih ada, sementara larva yang dipelihara terpisah tidak menunjukkan tingkah laku mencari makan sehingga kelaparan dan mati. Bila larva berumur seminggu – di mana selama seminggu tersebut si larva dipelihara bersama larva lain hingga telah menunjukkan tingkah laku mencari makan – diambil dan kemudian dipelihara terpisah maka tingkat kelangsungan hidupnya lebih tinggi, namun yang menjadi teka-teki adalah bahwa ternyata larva yang dipelihara terpisah seperti ini menunjukkan tingkah laku menggerombol.

Segera setelah keempat larva pertama yang dipelihara terpisah dan masih hidup mencapai ukuran minimum untuk membentuk gerombolan, mereka diambil dan dipelihara bersama-sama dengan kelompok larva lain dalam sebuah tangki. Mulanya keempat larva tadi tidak menunjukkan orientasi, mereka menghindari larva lain dan tidak mau bersatu dengan ikan-ikan lain yang membentuk gerombolan. Bagaimanapun, setelah empat jam barulah larva tadi mau berbaur dengan larva-larva lain dan menggerombol. Jadi percobaan ini menunjukkan bahwa ikan yang dipelihara terisolasi akan segera membentuk gerombolan. Namun karena dalam percobaan ini gerombolan terbentuk antara larva-larva yang dipelihara terisolasi dengan larva-larva yang dipelihara tidak terisolasi maka percobaan ini belum dapat menjawab pertanyaan apakah tingkah laku menggerombol juga akan ditunjukkan oleh larva-larva yang semuanya dipelihara terisolasi.

Dengan menambah jumlah larva yang dipelihara terisolasi dan semi-terisolasi selama musim panas 1960, diperoleh fakta bahwa mereka ternyata membentuk gerombolan. Larva yang tidak pernah mengalami kontak dengan larva-larva lain (dari spesies yang sama) akan membentuk gerombolan dalam waktu 10 menit setelah mereka disatukan dalam satu tempat. Larva yang selama satu minggu setelah menetas hidup bersama-sama dengan larva lain dan kemudian dipelihara terisolasi juga membentuk gerombolan namun dalam waktu sedikitnya 150 menit. Disimpulkan bahwa makin singkat mereka hidup dalam isolasi maka makin lama waktu yang dibutuhkan untuk membentuk gerombolan. Hal ini mengilhami kita bahwa pengalaman pertama berinteraksi dengan larva lain – pada peridoe di mana larva sering saling mendekat dengan membentuk sudut dan kemudian saling menjauh – mungkin menghambat proses penggerombolan.

Meskipun percobaan ini menunjukkan bahwa isolasi terhada larva ikan tidak dapat mencegah ikan untuk membentuk gerombolan, peranan pengalaman patut dipelajari lebih lanjut. Dalam hal ini perlu ditambahkan bahwa tingkah laku menggerombol ternyata telah ditunjukkan oleh kelompok larva kontrol ketika mereka berukuran lebih kecil daripada ukuran minimum untuk menggerombol pada ikan yang dipelihara terisolasi maupun semi-terisolasi.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Peran Penglihatan Dalam Perilaku Menggerombol Pada Ikan

Rangkaian eksperimen lain terhadap larva-larva ikan di laboratorium menunjukkan bahwa daya tarik visual seekor larva terhadap larva lain berkembang sejalan dengan berkembangnya tingkah laku menggerombol. Larva yang sangat muda tidak menunjukkan respon sama sekali terhadap larva lain yang sedang berenang di balik penghalang kaca. Bagaimanapun, sejalan dengan bertambahnya umur dan panjang, mereka lebih aktif berespon terhadap rangsangan visual yang berasal dari larva lain. Akhirnya mereka mulai berorientasi bersama-sama dengan berenang berdampingan dengan larva yang ada di balik penghalang kaca dan tampak bahwa mereka juga menggetarkan tubuhnya.

Dalam percobaan serupa dengan gerombolan ikan dewasa, tampak bahwa daya tarik visual satu terhadap yang lain mudah diamati. Bila ditempatkan pada kedua sisi penghalang kaca, mereka akan segera mendekat satu sama lain. Sebenarnya memang ikan yang tidak dapat melihat tidak dapat membentuk gerombolan. Seekor ikan yang buta sebelah akan mendekati dan mensejajari ikan lain pada sisi badan yang matanya normal; sepasang ikan buta sebelah pada mata yang berbeda akan berenang acak ketika berdampingan pada sisi mata yang buta, namun mereka akan berenang teratur bila berdampingan pada sisi mata yang normal.

Banyak percobaan telah dilakukan untuk menentukan peranan daya tarik visual dalam mempertahankan agar ikan selalu bergerombol teratur. Hasilnya menunjukkan bahwa gerakan berperanan penting terutama dalam menarik agar ikan mendekat. Albert E. Parr dari American Museum of Natural History menyatakan bahwa jarak antar ikan dalam sebuah gerombolan bisa dijelaskan dengan teori keseimbangan antara daya tarik visual dan penolakan. Menurut Parr ikan akan ditolak bila jaraknya terlalu dekat dengan ikan lain dan akan ditarik bila jaraknya terlalu jauh; dengan demikian pengaturan ruang antar ikan dalam sebuah gerombolan merupakan keseimbangan antara kedua faktor tersebut.

Dalam suatu studi mengenai spesies-spesies ikan yang membentuk gerombolan yang ada di sekitar Tanjung Cod, Edward E. Bayler dari lembaga oseanografi Wood Hole, Massachuset, telah menemukan fakta bahwa banyak di antara ikan-ikan ini mempunyai jangkauan penglihatan yang jauh dan bahwa susunan retinanya menakjubkan. Distribusi sel-sel batang dan sel-sel kerucut dalam retina menunjukkan bahwa mata ikan sangat sesuai untuk menangkap bayangan kontras serta mampu menangkap gerakan di dalam air keruh. Jenis penglihatan ini sangat sesuai bagi ikan yang menunjukkan tingkah laku menggerombol. Percobaan untuk memodifikasi jarak antar ikan dalam gerombolan dengan memasang lensa kontak pada mata ikan-ikan tersebut tidak mempunyai pengaruh yang nyata.

Meskipun tampaknya bahwa organ penglihatan berperanan penting dalam tingkah laku menggerombol, namun ada bukti-bukti bahwa ia bukan merupakan satu-satunya cara yang dipakai ikan agar mengumpul. M.H.A. Keenleyside dari Balai Penelitian Perikanan Kanada mengamati, sebagai contoh, bahwa Pristella, yaitu spesies ikan yang kadang-kadang menggerombol akan berespon terhadap ikan yang ada di balik penghalang kaca dengan berenang maju mundur sepanjang penghalang tersebut namun kemudian daya tariknya terhadap ikan tadi berkurang. Pristella selanjutnya pergi menjauhi penghalang dan tidak kembali lagi. Alat indera lain selain penglihatan banyak terlibat dalam mengendalikan ikan agar berenang saling sejajar dan mengatur jarak antar ikan sehingga struktur gerombolan ikan tersebut teratur. Sulit menentukan alat-alat indera yang mana yang berperanan selain mata karena peneliti tidak dapat mengontrol penglihatan ikan. Ikan yang tidak dapat melihat tidak akan dapat melakukan pendekatan awal sehingga proses tingkah laku menggerombol selanjutnya tidak dapat berjalan.

Baca juga
Struktur Komunitas Ikan Karang

Peran Indera Pendengar, Pengecap, Pembau dan Gurat Sisi Dalam Perilaku Menggerombol Pada Ikan

Pendengaran, pengecapan dan pembauan semua berperan dalam perilaku menggerombol meskipun penelitian menunjukkan bahwa setiap spesies yang membentuk gerombolan, menghasilkan suara yang berbeda. Suara dihasilkan melalui proses hidrodinamik ketika ikan meluncur dan memutar badannya di dalam air. Suara ini mungkin membantu dalam mempertahankan agar semua ikan tetap menggerombol. Bagaimanapun, tidak ada bukti bahwa suara membantu mengarahkan setiap individu ikan agar selalu menempati posisinya di dalam gerombolan. Indra pengecap dan pembau kurang penting, terutama bagi ikan-ikan oseanik. Bau yang dihasilkan ikan akan diencerkan oleh air laut, namun bau ini bisa berfungsi sebagai jalur jejak yang ditinggalkan oleh individu-induvidu di dalam gerombolan, sehingga bau sedikit berperanan dalam tingkah laku menggerombol bagi ikan-ikan yang ada di barisan depan.

Salah satu sistem indera yang berperanan, antara lain dalam mengarahkan ikan agar bergerombol teratur, adalah sistem indera yang berhubungan dengan gurat sisi (lateral line), yaitu saraf dan cabang-cabangnya yang tersebar di seluruh kepala dan memanjang dari kepala sampai ekor di sepanjang kedua sisi badan. Diduga bahwa organ ini peka terhadap rangsang getaran dan gerakan air. Willem A. Van Bergeijk dan G.G. Harris dari The Bell Telephone Laboratory melaporkan adanya bukti-bukti bahwa gurat sisi peka terutama terhadap “bidang di sekitar” gerakan air yang dihasilkan oleh rambatan gelombang suara. Orientasi agar ikan dapat berenang sejajar sangat dibantu oleh informasi mengenai gerakan ikan di dekatnya yang ditangkap oleh gurat sisi. Gerakan ikan yang mendekati ikan lain dirangsang oleh daya tarik visual dan mungkin gerakan ini dikontrol dengan makin kuatnya rangsang yang diterima gurat sisi ketika ikan lain mendekatinya.

Baca juga
Bioekologi dan Dinamika Populasi Ikan Layang (Decapterus)

Keuntungan Membentuk Gerombolan Ikan

Tingkah laku menggerombol membantu ikan agar dapat berhasil hidup, hal ini dibuktikan dari fakta-fakta bahwa begitu banyak ikan yang menunjukkan tingkah laku ini. Ada 2.000 spesies ikan laut yang hidup bergerombol dan ada satu kelompok terbesar Cypriniformes yang terutama terdiri dari ikan air tawar, yang meliputi lebih dari 2.000 spesies ikan pembentuk gerombolan, di antaranya adalah ikan freshwater minnow atau shiner, dan ikan karasin yang sering menjadi ikan akuarium populer. Ada bukti bahwa ikan-ikan ini memperoleh tingkah laku bergerombol melalui berbagai alur evolusi. Dari ikan-ikan laut yang paling terkenal sebagai pembentuk gerombolan ada tiga ordo yang merupakan ikan yang paling melimpah di laut dan menyumbangkan bagian terbesar pasokan ikan dunia. Mereka adalah Clupeiformes, yang meliputi ikan hering; Mugiliformes, yang meliputi ikan belanak dan silverside; Perciformes, yang mencakup selar, pompano, bluefish, tengiri dan tuna serta snapper dan grunt yang hidup menggerombol.

Secara anatomis Clupeiformes dan Mugiliformes merupakan ikan yang agak primitif, sedangkan Perciformes lebih modern. Meskipun tidak berhubungan, ikan-ikan ini memiliki persamaan yang penting. Seperti pada kebanyakan ikan lain yang hidup bergerombol, umumnya mereka berbadan licin dan berwarna keperakan. Yang lebih penting, mereka mempunyai sirip dada pipih dan kecil yang digerakan oleh otot yang tidak memungkinkan banyak gerakan. Seperti yang pertama kali diamati oleh C.N. Breder, Jr. dari American Museum of Natural History, ikan-ikan ini tidak dapat berenang mundur. Bila mereka melewati sebutir makanan dan gagal menangkapnya maka ia tidak bisa mundur tetapi harus berenang membentuk lingkaran besar bila ingin kembali untuk mendapatkan makanan tersebut. Pembatasan gerakan ini menguntungkan dalam mempertahankan keteraturan gerombolan, karena menyebabkan ikan hanya bisa bergerak maju.

Karena famili-famili ikan yang hidup bergerombol meliputi ikan-ikan yang secara anatomis primitif maupun modern, bukti-bukti dari spesies yang masih hidup tidak menunjukkan apakah tingkah laku menggerombol merupakan adaptasi primitif ataukah adaptasi modern. Catatan fosil juga tidak dapat menjawab pertanyaan ini. Ikan hering ditemukan dalam jumlah besar pada sedimen Eosin dan kita bisa mengemukakan pendapat yang masuk akal bahwa ikan-ikan tersebut mengembangkan tingkah laku menggerombol sampai sekarang. Tetapi ikan ini berevolusi lama sebelum jaman Eosin, dan tidak mungkin untuk menentukan cara apa yang ditempuh oleh ikan-ikan hering pada jaman itu untuk mengembangkan tingkah laku menggerombol.

Menurut Shaw (1962) banyak keuntungan yang dapat diambil dari tingkah laku menggerombol meskipun penelitian belum dapat membuktikannya :

1. Diyakini bahwa suatu gerombolan ikan menyebabkan predator, termasuk manusia yang bermaksud mengamatinya, mengira bahwa gerombolan tersebut merupakan seekor binatang besar yang menakutkan. Tidak ada bukti nyata yang mendukung pernyataan ini bahkan orang dapat dengan mudah melihat bahwa ikan yang menggerombol merupakan sasaran empuk predator. Bila predator gagal menyergap seekor ikan, masih ada ikan lain yang dapat ditangkap predator itu. Dalam satu pecobaan dengan ikan mas koki, disimpulkan bahwa ikan memangsa lebih sedikit Daphnia ketika mangsanya ini tersedia dalam jumlah melebihi kebutuhan sementara jumlah ikan mas koki lebih sedikit. Diduga bahwa jumlah mangsa yang lebih banyak akan membingungkan predator. Pernyataan ini sesuai dengan analisa matematika bahwa suatu gerombolan dengan jumlah anggota melebihi nilai tertentu tidak dapat dibunuh secara besar-besaran oleh penyerang. Tetapi orang mungkin akan bertanya mengapa beberapa predator membentuk gerombolan ?

2. Dugaan lain yang masuk akal bagi pembentukan gerombolan ikan adalah bahwa gerombolan memudahkan dalam mencari mangsa. Ikan-ikan muda menjelajahi perairan dengan membentuk gerombolan, dan tingkah laku sosial ini dalam mencari makan tampaknya merangsang mereka untuk tumbuh cepat. Seperti yang ditunjukkan dalam pemeliharaan larva ikan, ikan lain yang sedang makan merangsang larva ikan yang melihatnya (mengecap atau menciumnya) untuk makan.

3. Keuntungan lain yang sering disebut-sebut adalah berkenaan dengan reproduksi spesies yang hidup menggerombol. Ketika musim reproduksi tiba mereka tidak menunjukkan tingkah laku meminang, mereka juga tidak memilih jodoh; ikan jantan dan betina dari spesies yang hidup menggerombol biasanya sulit dibedakan bila dilihat sepintas kilas. Ikan menghamburkan telur dan spermanya dalam jumlah tak terhitung di daerah pemijahan dan membiarkan telur-telur ini melayang-layang sebagai plankton. Hal ini mempertinggi keberhasilan pembuahan. Bagaimanapun, dari beberapa gerombolan yang diamati , pernah ditemukan gerombolan-gerombolan ikan yang semuanya terdiri dari jantan saja atau betina saja.

4. Sebagai tambahan ada satu keuntungan lain yang diperoleh oleh ikan-ikan yang hidup menggerombol. Berdasarkan hukum hidrodinamika, berenang dalam gerombolan merupakan cara yang lebih efisien untuk bergerak di dalam air. Tenaga yang dikeluarkan ikan untuk berenang mungkin lebih sedikit karena ikan dapat memanfaatkan turbulensi yang dihasilkan oleh ikan-ikan yang ada di sekitarnya. Meskipun ikan pada barisan depan gerombolan mungkin mengeluarkan energi yang sama dengan yang dikeluarkan oleh ikan-ikan yang hidup sendirian, namun ikan-ikan di belakangnya bisa mengurangi energi yang dikeluarkan untuk berenang. Jarak optimum antar ikan dalam gerombolan mungkin diatur sedemikian hingga agar mereka mendapat efisiensi energi yang maksimum, artinya energi untuk berenang sesedikit mungkin.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda