Rabu, 18 April 2012

Alat Tangkap dan Kelestarian Sumberdaya Perikanan

Arsip Cofa No. C 025

Pengaruh Trawl Terhadap Komposisi Ikan Laut

Longhurst dan Pauly (1987) melaporkan perubahan komposisi hasil tangkap trawl di Teluk Thailand. Pada tahun 1972 kelimpahan total ikan dan invertebrata besar turun 17 % dibandingkan hasil tangkap tahun 1963. Komponen terbesar hasil tangkap tahun 1972 adalah cumi-cumi (Loligo) padahal pada tahun 1963 tidak menduduki sepuluh besar ikan yang paling melimpah. Kelimpahan ikan Leiognathus tahun 1972 turun sekiar 7 % dibandingkan pada tahun 1963 walaupun masih menduduki urutan kedua setelah cumi-cumi. Perubahan komposisi ikan akibat trawl ini masih berlangsung sampai sekarang.

Baca juga :
Struktur Komunitas Ikan Karang

Upaya Mengurangi Hasil Samping Tangkapan Trawl Yang Tak Dikehendaki

Mounsey (1992) melaporkan proyek pembuatan trawl udang sahabat-lingkungan sebagai upaya awal untuk mengurangi hasil samping ikan tangkapan yang tidak dikehendaki. Besarnya hasil samping ikan tangkapan pada perikanan udang di Australia menimbulkan masalah lingkungan, meningkatkan biaya tenaga kerja dan mempengaruhi mutu udang yang merupakan sasaran utama. Perikanan trawl udang merupakan salah satu perikanan yang paling menguntungkan dan paling ekstensif. Ia merupakan industri penting di New South Wales dan Australia Selatan. Lebih dari 1000 kapal trawl untuk menangkap udang beroperasi di sepanjang pantai Queensland dan di Northern Territory (Cape York sampai Cape Londonderry).

Baca juga :
Free Down Load E-Book Perikanan

Alat Pengusir Penyu Pada Pukat Udang

Dampak penggunaan Turtle Excluder Device (TED; Alat Pengusir Penyu) terhadap perikanan udang di Meksiko telah dibahas. Juga perbedaan tipe-tipe TED ini dibahas ringkas. Telah dibuktikan bahwa penggunaan TED pada jaring udang mengurangi kejadian tertangkapnya penyu secara sangat nyata namun tidak mengurangi hasil tangkapan udang (Anonymous, 1991).

Pengaruh Alat Pengusir Penyu Terhadap Hasil Tangkap Udang

Renaud et al. (1993) mempelajari informasi yang dikumpulkan National Marine Fisheries Service mengenai laju penangkapan udang pada perikanan udang komersial selama bulan Maret 1988 – Agustus 1990. Perbandingan dilakukan antara jaring yang dilengkapi Turtle Excluder Device (TED; Alat Pengusir Penyu) dengan jaring udang standar (tanpa TED). Tiga tipe TED diuji : Georgia TED dengan dan tanpa cerobong pemercepat, dan Super Shooter TED dengan cerobong. Daerah penangkapan, waktu penangkapan, dan lama penarikan jaring dikendalikan oleh kapten masing-masing kapal untuk meniru kondisi komersial. Kehilangan rata-rata “catch-per-unit-effort” (CPUE; hasil tangkapan per satuan upaya) udang sebesar 0,12 kg/jam (3,6 %) dan 0,465 kg/jam (13,6 %) yang nyata secara statistik (P < 0,05) ditunjukkan oleh jaring yang dilengkapi Georgia TED (dengan dan tanpa cerobong, berturut-turut) bila dibandingkan dengan jaring standar. Tidak ada perbedaan nyata dalam hal CPUE udang antara jaring standar dengan jaring yang dilengkapi Super Shooter TED bercerobong.

Kematian Lumba-Lumba Akibat Jaring Insang

Read et al. (1993) melaporkan bahwa di banyak daerah, populasi lumba-lumba pelabuhan (Phocoena phocoena) habis atau berkurang; tertangkapnya hewan ini secara tidak sengaja oleh perikanan jaring insang komersial sering menjadi penyebab penurunan populasinya. Lumba-lumba ini hilang dari beberapa bagian Laut Baltik, Laut Utara bagian selatan, dan beberapa daerah di pesisir California tengah. Di daerah lain seperti Greenland barat, Teluk St. Laurence dan Newfoundland, kejadian tertangkapnya lumba-lumba secara tidak sengaja adalah cukup besar hingga mengundang keprihatinan. Secara umum, pemahaman kita tentang demografi lumba-lumba pelabuhan adalah tidak cukup untuk menentukan apakah pertambahan populasinya dapat mengimbangi tingkat kematian yang besar tersebut.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Kelangsungan Hidup Ikan Yang Ditangkap Dengan Jaring Angkat dan Jaring Seret

Sado dan Ita (1992) mengevaluasi efisiensi dua jenis alat tangkap – jaring angkat Atalia dan jaring seret Dala – untuk memanen secara masal ikan clupeidae (Pellonula afzeliusi dan Sierrathrissa leonensis) dalam kondisi hidup yang kemudian akan diangkut ke tempat lain. Walaupun tingkat kelangsungan hidup ikan clupeidae pasca penangkapan dengan Atalia liftnet adalah sangat rendah (34,7 – 35,6 %), Pellonula afzeliusi menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang relatif lebih tinggi dibandingkan Sierrathrissa leonensis bila ditangkap dengan Dala dragnet. Jadi, dengan mempertimbangkan tingkat kelangsunagn hidup relatif ikan clupeidae pasca penangkapan dengan dua jenis alat tangkap tradisional, Dala dragnet lebih efisien daripada Atalia liftnet untuk mengumpulkan ikan clupediae hidup secara masal.

Stres Akibat Pancing

Smith (1982), berdasarkan laporan beberapa peneliti, membahas stres pada ikan yang terkena pancing. Dibandingkan stres kehilangan sisik, stres akibat penangkapan dengan pancing rawai (hook and line) adalah kecil. Terjadi peningkatan kadar glukosa darah dan penurunan kadar klorida darah yang sebanding dengan lama waktu ikan rainbow trout dipermainkan oleh pancing. Respon tersebut terus meningkat sampai selama empat jam setelah ikan dilepaskan, tetapi kembali normal setelah 24 jam kemudian. Respon sedikit lebih besar pada suhu yang lebih tinggi (20 °C dibandingkan 10 – 15 °C) dan pada ikan yang lebih panjang (43 – 48 cm dibandingkan 20 – 25 cm). Karena nilai semua faktor tidak pernah melebihi kisaran normal untuk rainbow trout, disimpulkan bahwa stres akibat pancing masih ada di dalam batas kemampuan fisiologis ikan untuk menyesuaikan situasi itu.

Baca juga :
Struktur Komunitas Ikan Karang

Kematian Ikan Trout Akibat Pancing

Nuhfer dan Alexander (1993) melaporkan bahwa nilai rata-rata mortalitas pemancingan per penangkapan untuk 630 ikan brook trout liar (Salvelinus fontinalis) dengan ukuran panjang tubuh standar lomba adalah 4,3 % selama 48 jam pertama setelah penangkapan. Mortalitas sebesar 8,3 % untuk ikan brook trout yang ditangkap dengan umpan “Mepps spinner” dan “Cleo spoon” yang dilengkapi kait bermata-tiga, namun mortalitas ini secara nyata lebih rendah untuk ikan yang ditangkap dengan alat sama tetapi kaitnya bermata satu. Tidak ada mortalitas pada 126 ikan brook trout yang ditangkap dengan umpan “Rapala” dengan kait bermata dua. Perbedaannya dalam hal frekuensi dan tingkat kerusakan pada lengkung insang dan daerah kerongkongan. Beberapa jenis umpan mungkin tertelan ikan sampai jauh ke dalam tubuh, terutama oleh ikan besar, dan dengan demikian lebih mungkin menyebabkan kematian. Umpan yang menunjukkan aksi bergoyang-goyang cepat ketika ditarik tampaknya kurang mungkin ditelan ikan sampai jauh ke dalam tubuh sehingga mortalitas yang ditimbulkannya lebih kecil. Peluang kematian berhubungan secara tidak nyata dengan suhu yang berkisar dari 5,6 sampai 17,8 °C ketika ikan brook trout terkena kait bermata satu pada bagian tubuh selain insang atau kerongkongan dan tidak banyak mengeluarkan darah. Peraturan terbaru yang membatasi umpan pada kait bermata satu dan melarang pemanenan ikan berukuran panjang total kurang dari 38,1 cm tampaknya sangat dibutuhkan untuk meminimkan kematian ikan akibat pancing.

Baca juga :
Dampak Positif Ukuran Mata Jaring (Mesh Size) Yang Besar

Pengaruh Suhu Terhadap Kematian Ikan Akibat Pemancingan

Muoneke (1992) menentukan nilai dugaan tingkat mortalitas akibat pemancingan pada musim panas dan musim dingin untuk ikan bluegill (Lepomis macrochirus) yang ditangkap pada bulan Juni 1989 di Bendungan Choke Canyon, Texas, dan pada bulan Maret 1990 di Bendungan Danau Cedar, Texas. Suhu air rata-rata 16,7 dan 30 °C selama percobaan pemancingan musim dingin dan musim panas, berturut-turut. Ikan ditangkap dengan pancing yang berumpan jangkrik hidup pada musim panas dan cacing pada musim dingin. Sembilan puluh lima ikan (panjang total 109 – 193 mm) ditangkap pada musim dingin dan 75 ikan (panjang total 146 – 200 mm) pada musim panas. Ikan ditampung selama 72 jam di dalam kurungan plastik silinder berukuran 0,79 m2 x 1 m untuk mengamati penundaan kematian. Salah satu dari 95 ikan mati pada musim dingin dan 19 dari 75 ikan mati pada musim panas. Mortalitas akibat pemancingan secara nyata lebih tinggi pada musim panas dibandingkan pada musim dingin.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda