Rabu, 18 April 2012

Pengaruh Lingkungan Terhadap Reproduksi Invertebrata

Arsip Cofa No. C 021

Pengaruh Kelaparan Terhadap Reproduksi Cumi-Cumi Idiosepius

Lewis and Choat (1993) meneliti biologi reproduksi cumi-cumi tropis Idiosepius pygmaeus pada individu liar dan individu di akuarium. Spesies ini menghasilkan kelompok-kelompok telur ganda lebih dari 80 % dari kisaran bobot individu dewasa, yang menunjukkan adanya koordinasi antara pertumbuhan sel-sel reproduktif dan pertumbuhan sel-sel tubuh. Produk reprodukif adalah konsisten dalam satu individu tetapi bervariasi antar individu. Sintesis dan pematangan oosit (sel telur) terjadi terus-menerus setelah individu mencapai kematangan seksual. Kematian tidak berhubungan dengan kepayahan akibat bereproduksi. Di bawah kondisi kekurangan makanan, individu dalam kurungan meletakkan lebih sedikit telur tetapi mempertahankan ukuran telur dan periodisitas peletakan telur. Stres akibat kelaparan tidak berpengaruh terhadap lama peletakan telur ataupun bobot saat mati. Penelitian ini memberikan bukti lebih lanjut bahwa “terminal spawning” (pemijahan yang diakhiri dengan kematian) tidak umum di antara cephalopoda.

Baca juga Reproduksi Cumi-cumi

Pengaruh Keterbatasan Makanan dan Jenis Makanan Terhadap Reproduksi Nyamuk

Jones (1993) memelihara larva nyamuk Toxorhynchites splendens (Wiedemann) di dalam air tawar dan memberinya makan berupa larva Culex quinquefasciatus Say atau larva Aedes aegypti (L.) secara ad libitum. Pemberian makanan berupa larva Culex quinquefasciatus ada yang secara ad libitum (sekenyangnya), ada yang dibatasi dua mangsa per hari selama periode perkembangan 1-10 hari, dua mangsa per hari selama 10 hari pada periode pupa (kepompong), dan dua mangsa per hari selama periode pupa. Laju reproduksi nyamuk dewasa yang dihasilkan dibandingkan di antara semua perlakuan. Laju reproduksi yang lebih tinggi secara nyata berkorelasi dengan bobot badan yang lebih berat saat memasuki tahap pupa, tetapi bobot badan saat pupa tergantung pada laju penelanan makanan hanya selama fase akhir. Nyamuk dewasa dari larva yang memakan Aedes aegypti secara ad libitum meletakkan lebih sedikit telur daripada nyamuk yang memakan larva Culex quinquefasciatus secara ad libitum selama periode perkambangan fase keempat. Laju produksi telur harian adalah lebih tinggi pada semua kelompok yang memperoleh mangsa secara ad libitum pada fase keempat dibandingkan pada kelompok yang menerima dua mangsa per hari selama fase keempat.

Baca juga Reproduksi dan Endokrinologi

Pengaruh Parasit Terhadap Reproduksi Bulu Babi

Hagen (1992) melaporkan bahwa populasi bulu babi hijau (Strongylocentrotus droebachiensis), di Vestfjorden, Norwegia utara, terinfeksi oleh nematoda endoparasit, Echinomermella matsi, pada tahun 1987. Keberadaan Echinomermella matsi meningkat dari 5,5 % pada tahun 1983 menjadi 65,4 % pada tahun 1991 di lokasi penelitian di Godoeystraumen. Bulu babi yang terinfeksi memiliki indeks gonad rata-rata lebih rendah daripada bulu babi yang tidak terinfeksi, dan dua per tiga bulu babi yang terinfeksi mengalami penyusutan gonad sedemikian hingga jenis kelaminnya tidak diketahui. Kepadatan rata-rata populasi Strongylocentrotus droebachiensis di Godoeystraumen tampaknya tidak berubah, tetapi rata-rata diameter cangkangnya menurun sebesar 14,6 %, dari 36,4 mm pada tahun 1983 menjadi 31,1 mm pada tahun 1991. Akibat perubahan ini maka kapasitas reproduksi populasi bulu babi tampaknya berkurang kira-kira 58 %.

Baca juga Gonad Ikan dan Avertebrata
Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Pengaruh Cahaya, Salinitas dan Suhu Terhadap Pemijahan Amfipoda

Morritt and Stevenson (1993) melaporkan bahwa siklus pemijahan alami kutu pantai Orchestia gammarellus menunjukkan adanya betina yang mengandung telur di dalam populasi lapangan antara bulan April dan September; spesis ini berhenti memijah selama musim dingin (Oktober – Maret). Jumlah betina lebih banyak daripada jumlah jantan selama musim pemijahan. Binatang yang dikumpulkan dari lapangan perlahan-lahan menjadi lebih mudah untuk dibawa ke kondisi pemijahan dibandingkan binatang yang dikumpulkan pada bulan berikutnya pada akhir musim pemijahan alami. Ada fase pemulihan pada akhir musim pemijahan alami, tetapi rentang waktunya bisa dikurangi dengan meningkatkan suhu sekeliling binatang tersebut. Permulaan reproduksi ataupun fekunditas betina tidak dipengaruhi oleh panjang hari (percobaan dengan kondisi siang/terang 14 jam dan malam/gelap 10 jam memberikan hasil yang sama dengan kondisi siang 24 jam dan malam 0 jam). Salinitas tidak memberikan pengaruh yang mantap terhadap permulaan pemijahan atau fekunditas betina, walaupun laju perkembangan embryo pasti menjadi lebih lambat pada salinitas tertinggi (100 % air laut). Faktor lingkungan yang penting bagi pengendalian reproduksi Orchestia gammarellus adalah suhu. Suhu yang lebih tinggi menyebabkan amfipoda ini memulai reproduksi lebih cepat (dalam kisaran 15 – 22 oC). Awal pemijahan di lapangan terjadi bila suhu udara maksimum mencapai 10 oC.

Baca juga Pengaruh Suhu Terhadap Reproduksi Avertebrata

Pengaruh Lingkungan Terhadap Keberhasilan Pemijahan Pada Kopepoda

Ianora et al. (1992) melaporkan bahwa dibutuhkan waktu 2 – 3 bulan agar laju reproduksi yang tinggi menghasilkan kelimpahan populasi yang tinggi pada kopepoda planktonik Centropages typicus, dengan produksi tertinggi pada saat kelimpahan betina relatif rendah dan produksi rendah pada saat kelimpahan tinggi di perairan Teluk Naples. Mortalitas telur pada saat itu tinggi. Kecenderungan musiman dalam hal persentase keberhasilan pemijahan tidak bersesuaian dengan fluktuasi musiman intensitas pemijahan, dan tidak berhubungan dengan variasi faktor-faktor lingkungan seperti suhu dan konsentrasi klorofil-a. Teknik pewarnaan fluorosensi menunjukkan bahwa telur yang tidak menetas dulunya telah dibuahi dan bahwa pada kebanyakan kasus perkembangan berjalan sampai ke tahap lanjut sebelum embryo mati. Penyebab tingginya mortalitas telur adalah tidak pasti, tetapi mungkin tidak hanya disebabkan oleh ketidaksuburan akibat kegagalan perkawinan-ulang.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda