Habitat, Makanan dan Pertumbuhan Stolephorus
Arsip Cofa No. C 020
Keragaman Spesies, Habitat dan Makanan Stolephorus
Longhurst dan Pauly (1987), berdasarkan beberapa laporan penelitian, menyatakan bahwa ikan engaulidae kecil yang paling penting bagi perikanan tropis mungkin adalah ikan teri Stolephorus, yang diperkirakan ada 19 – 20 spesies di daerah Laut Cina Selatan dan Filipina. Misalnya Stolephorus amboiensis yang mendominasi perikanan umpan tuna di beberapa daerah di Pasifik barat. Kebanyakan Stolephorus adalah ikan pesisir yang menggerombol; namun Stolephorus punctifer merupakan spesies oseanik stenohalin yang ditemukan pada jarak lebih dari 500 km dari pantai. Ada kemungkinan terjadinya migrasi antar-pulau tetapi diduga tidak ada gerakan antar-daerah utama. Beberapa spesies (Stolephorus commersoni, Stolephorus indicus) merupakan ikan penghuni paparan benua yang hanya sekali-sekali memasuki perairan payau. Spesies lainnya (Stolephorus bataviensis, Stolephorus heterolobus) lebih terbatas di pesisir dan zona neritik (zona perairan dangkal di sekitar benua sampai tepi paparan benua), sementara spesies lain (Stolephorus tri, Stolephorus macrops) paling melimpah di dekat mulut sungai dan sering memasuki perairan payau. Sebagian spesies (Stolephorus indicus, Stolephorus batavius) memakan terutama zooplankton, sedang spesies lainnya (Stolephorus heterolobus) bersifat lebih selektif dan dapat juga mengkonsumsi fitoplankton. Ada korelasi positif antara kelimpahan zooplankton di Selat Singapura dan kelimpahan Stolephorus, yang membentuk bagian penting biomas ikan pelagis.
Pertumbuhan Stolephorus nelsoni
Hoedt (1989) dalam Blaber and Copland (1990) mempelajari sejarah pertumbuhan ikan teri Australia tropis, Stolephorus nelsoni. Penelitian menghasilkan empat kurva pertumbuhan, yang pertama berasal dari peningkatan pertumbuhan sagital otolit dan sisanya berasal dari analisis terpisah terhadap data frekuensi panjang yang dikumpulkan pada tahun 1984, 1988 dan 1989. Nilai-nilai hasil perhitungan untuk konstanta K dan L∞ adalah 2,16 dan 105 mm yang diperoleh dari kurva pertumbuhan berdasarkan otolit. Hal ini sesuai dengan nilai rata-rata K = 2,1 dan L∞ = 97,3 mm yang diperoleh dari data frekuensi panjang. Dari hasil penelitian bisa disimpulkan bahwa pertambahan otolit menyediakan cara yang berguna untuk menduga pertumbuhan harian Stolephorus nelsoni dewasa.
Pertumbuhan dan Komposisi Umur Hasil Tangkap Stolephorus heterolobus
Wright et al. (1989) dalam Blaber and Copland (1990) mempelajari pertumbuhan serta komposisi panjang dan umur ikan teri jawa, Stolephorus heterolobus, yang didaratkan di Jepara, Jawa Tengah bagian utara. Total 12.320 ekor Stolephorus heterolobus telah dikumpulkan dari program sampling reguler antara bulan November 1983 dan Juni 1985. Pertambahan harian sagital otolit digunakan untuk mempelajari pertumbuhan dan komposisi umur stok ikan ini. Ikan tahap post larva, juvenil dan dewasa didaratkan oleh perikanan teri ini, namun hanya juvenil berumur lebih dari 120 hari yang diseleksi sepenuhnya oleh alat tangkap. Tahap juvenil, ditemukan dalam hampir semua sampling bulanan, yang menunjukkan bahwa rekruitmen stok berlangsung terus-menerus. Selain itu, juvenil membentuk mayoritas hasil tangkapan ikan teri baik dari segi jumlah (64 %) maupun biomas (52 %). Ikan dewasa dalam jumlah cukup banyak ditemukan hanya dalam 7 dari 21 sampel bulanan. Mortalitas total, yang diduga dari data frekuensi panjang dikonversi umur, adalah tinggi namun sama dengan yang dilaporkan untuk stok-stok ikan lain yang dieksploitasi.
Perbedaan Kondisi Lingkungan Menyebabkan Perbedaan Laju Pertumbuhan
Milton et al. (1989) dalam Blaber and Copland (1990) mempelajari otolit spesies ikan umpan tuna utama di Kepulauan Solomon dan Maldives. Jumlah pertambahan otolit dihubungkan dengan panjang pada semua spesies. Beberapa percobaan telah dilakukan untuk meyakinkan bahwa pertambahan otolit terjadi setiap hari. Kurva pertumbuhan untuk setiap spesies disusun berdasarkan jumlah pertambahan otolit. Untuk spesies Stolephorus, kurva pertumbuhan ini tidak konsisten dengan kurva pertumbuhan yang dibuat berdasarkan analisis frekuensi panjang. Pertambahan pertumbuhan spesies ikan Spratelloides delicatulus sebelumnya telah diyakinkan terjadi setiap hari. Pertumbuhan spesies ikan ini dan spesies Spratelloides lainnya adalah cepat dan ikan ini hidup tidak lebih dari 5 bulan. Ada kecocokan yang tinggi antara kurva pertumbuhan hasil analisis frekuensi panjang dengan kurva pertumbuhan hasil penentuan umur harian untuk spesies ini. Pertumbuhan bervariasi antar lokasi dan antar negara serta antar spesis ikan umpan tuna. Bagaimanapun, perbedaan ini tidak berkaitan dengan intensitas penangkapan ikan umpan tersebut, tetapi mungkin mencerminkan perbedaan kondisi lingkungan setiap lokasi.
Laju Petumbuhan Stolephorus di Daerah Fishing Ground dan Bukan Fishing Ground
Tiroba et al (1989) dalam Blaber and Copland (1990) melaporkan bahwa ikan teri engraulidae (Stolephorus heterolobus dan Stolephorus devisi) merupakan spesies-spesies dominan dalam perikanan umpan tuna di kepulauan Solomon. Ikan sprat, Spratelloides delicatulus, juga menyumbangkan bagian penting dalam hasil tangkap ikan umpan tuna. Data frekuensi panjang dikumpulkan setiap bulan antara Maret 1987 dan Mei 1989 dari dua daerah yang intensitas perikanan umpan tunanya tinggi serta daerah bukan lokasi perikanan umpan tuna di Kepulauan Solomon. Nilai panjang asimptot (L∞) dan koefisien pertumbuhan dihitung dengan program ELEFAN I, kurva hasil tangkap yang dikonversi ke panjang disusun menggunakan program ELEFAN II. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua spesies ikan teri dieksploitasi oleh perikanan umpan tuna dengan intensitas kecil sampai sedang di kedua lokasi perikanan. Ikan sprat mengalami mortalitas yang agak lebih tinggi. Laju pertumbuhan kedua spesies ikan teri adalah lebih tinggi di lokasi perikanan umpan tuna daripada di daerah bukan lokasi perikanan. Nilai-nilai K dan L∞ relatif konstan antar tahun di semua lokasi.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda