Jumat, 28 September 2012

Kesadahan Air : Pengendalian dan Pengaruhnya Terhadap Ikan

Arsip Cofa No. C 084

Hubungan Kesadahan dan Alkalinitas

Boyd (1982) menyatakan bahwa istilah kesadahan total menunjukkan konsentrasi ion-ion logam bervalensi dua dalam air, yang dinyatakan sebagai ekuivalen kalsium karbonat dengan satuan miligram per liter. Kesadahan total biasanya berhubungan dengan alkalinitas total karena anion dari alkalinitas dan kation dari kesadahan biasanya berasal dari larutan mineral karbonat. Ada korelasi positif yang tinggi antara alkalinitas total dan kesadahan total dalam air kolam di daerah, misalnya, Alabama, AS. Di perairan daerah kering, pemekatan ion akibat penguapan bisa menyebabkan pengendapan ion-ion yang bertanggung jawab atas alkalinitas, sehingga kesadahan total mungkin agak lebih besar daripada alkalinitas total. Sepanjang dataran pesisir, air mata-air (air bawah tanah) kadang mempunyai alkalinitas tinggi dan kesadahan rendah; air kolam yang terisi oleh air dari mata air seperti ini mungkin juga memiliki alkalinitas tinggi dan kesadahan rendah.

Kesadahan Air Untuk Pertumbuhan Ikan Optimum

Swann (2000) menyatakan bahwa kesadahan air terutama mengukur kalsium dan magnesium, tetapi ion-ion lain seperti ion aluminium, besi, mangan, strontium, seng dan hidrogen juga tercakup. Bila tingkat kesadahan sama dengan gabungan alkalinitas karbonat dan bikarbonat, ia disebut kesadahan karbonat. Nilai kesadahan yang lebih besar daripada jumlah alkalinitas karbonat dan bikarbonat disebut kesadahan non karbonat. Nilai kesadahan sedikitnya 20 ppm harus dipertahankan untuk pertumbuhan optimum organisme akuatik. Nilai kesadahan yang rendah bisa dinaikkan dengan menambahkan kapur pertanian.

Baca juga
Komposisi Kimia Air di Perairan Darat

Menurunkan Kesadahan Air dengan Zeolit dan Lumut Sphagnum

Cole (1994) menyatakan bahwa agen penurun kesadahan air yang bekerja berdasarkan pertukaran ion bisa dibuat secara sederhana dari gambut yang berasal dari lumut Sphagnum. Ketika air merembes melalui gambut ini, kalsium diserap dan material tumbuhan tersebut pada saat yang sama menghasilkan ion hidrogen sehingga terbentuk asam sulfat. Inilah sebabnya mengapa rawa-rawa Sphagnum mempertahankan keasaman yang tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa Sphagnum hidup menyerap kation dengan laju yang berbeda; ion trivalen dan bivalen jauh lebih mudah diserap daripada monovalen. Sphagnum mati tetap melanjutkan aksinya sebagai penukar ion. Aksi lumut ini sama dengan aksi damar dan zeolit komersial yang digunakan dalam deionisasi air. Zeolit terbuat dari satu golongan besar aluminium silikat alami yang mengandung air. Mereka menunjukkan efek penyaringan molekular dan memiliki sifat-sifat pertukaran basa yang membuat material ini berguna dalam proses penurunan kesadahan air. Demikian pula, sistem komplek pori-pori sangat kecil di dalam dinding sel Sphagnum bisa diadaptasikan untuk dapat berperanan seperti ini. Telah diketahui bahwa ion-ion logam yang melekat pada permukaan gambut kadang-kadang mencapai lebih dari 100 kali dibandingkan jumlahnya yang ada di dalam air.

Penyebab Rendahnya Kesadahan Air Di Daerah Pesisir

Boyd (1982) menyatakan bahwa air sumur di daerah dataran pesisir sering memiliki alkalinitas tinggi dan kesadahan kalsium rendah. Material geologis di dalam air bawah-tanah di daerah seperti ini sering mengandung banyak natrium. Air dengan nilai kesadahan total dan nilai alkalinitas total yang serupa merembes hingga mencapai “water table” (lapisan batuan kedap air) jauh di dalam tanah. Bila air ini bersentuhan dengan material geologis air bawah-tanah tersebut, maka kalsium dan magnesium yang semula ada di dalam air ditukar dengan natrium dalam material geologis itu. Hal ini menyebabkan air tanah menjadi kurang sadah secara alami.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Gipsum Untuk Meningkatkan Kesadahan Air Kolam Ikan

Menurut Boyd (1982) nilai kesadahan total bisa ditingkatkan dengan memberikan gipsum. Gipsum pertanian adalah 80 % murni dan mengandung sekitar 18,6 % kalsium. Jadi, setiap kilogram gipsum pertanian setara dengan 0,186 kg kalsium, atau 0,186 x (100 : 40) = 0,467 kg CaCO3 (kesadahan dinyatakan sebagai CaCO3). Untuk menaikkan kesadahan total 1 meter kubik air sebesar 1 mg/liter maka diperlukan 1 mg/l CaCO3 : 0,467 kg CaCO3 per kg = 2,14 kg gipsum pertanian. Pemberian gipsum tidak akan meningkatkan alkalinitas total.

Hubungan Kesadahan Air, Pengapuran dan Produksi Ikan

Boyd (1982), dengan mengutip beberapa hasil penelitian, melaporkan bahwa umumnya ada respon positif terhadap pemberian kapur pada kolam yang airnya memiliki kesadahan antara 10 – 20 mg/liter, tetapi respon ini tidak menyolok pada kolam yang kesadahan totalnya di bawah 10 mg/liter. Secara umum, makin jauh nilai kesadahan total di bawah 20 mg/liter, makin besar respon kolam terhadap pemupukan. Agar berespon maksimum terhadap pemupukan, kolam ikan yang kesadahan totalnya kurang dari 20 mg/liter sebaiknya dikapur. Bagaimanapun, bila kesadahan totalnya 12 – 15 mg/liter, peningkatan produksi ikan setelah pengapuran mungkin tidak lebih dari 20 – 25 %, dan bahkan peningkatan produksi ikan yang lebih kecil lagi bisa dihasilkan dari pengapuran kolam yang kesadahan totalnya 15 – 20 mg/liter. Pemberian kapur mungkin percuma dan membuang biaya bila dilakukan di perairan yang kesadahan totalnya hampir 20 mg/liter.

Baca juga
Alkalinitas Perairan dan Pengaruhnya Terhadap Ikan Budidaya

Pengaruh Kesadahan Terhadap Daya Racun Formalin Bagi Telur dan Larva Ikan

Meinelt dan Stueber (1992) mempelajari pengaruh kesadahan air terhadap daya racun formalin bagi telur dan embryo ikan. Uji embryo-larva telah dilakukan untuk ikan Brachydanio rerio selama 144 jam dengan konsentrasi formalin 37 %. Dalam penelitian ini digunakan dua jenis air uji : air pertama 17,3 odH (308,8 mg CaCO3/liter) dan air kedua 3,5 odH (62,5 mg CaCO3/liter). Telah dibuktikan bahwa daya racun formalin meningkat dengan menurunnya kesadahan air.

Baca juga
Formalin Untuk Mengendalikan Parasit Ikan dan DampaknyaTerhadap Kualitas Air Kolam

Pengaruh Kesadahan Terhadap Daya Racun Pestisida Bayluscide

Tchounwou et al. (1992) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor lingkungan terhadap daya racun bayluscide dalam membasmi mirasidia (tahap larva) Schistosoma mansoni. Hasil uji menunjukkan bahwa suhu, pH, kesadahan dan salinitas air berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup mirasidia dan bahwa kemampuan bayluscide dalam membunuh mirasidia sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor ini. Secara ringkas, bahan kimia ini lebih efektif dalam membunuh mirasidia Schistosoma mansoni di dalam air yang bersuhu lebih tinggi, pH lebih rendah, kesadahan lebih rendah dan kadar garam lebih rendah (air tawar).

Baca juga
Karakteristik Fisika-Kimia pH Air

Pengaruh Kesadahan Terhadap Pertumbuhan dan Kerusakan Insang Ikan

Zhang dan Li (1992) mempelajari pengaruh pH rendah dan kesadahan terhadap tingkat kelangsungan hidup embryo, anak ikan dan ikan muda serta perubahan patologis insang ikan. Di dalam air sadah, perkembangan embryo ikan Misgurnus anguillicaudatus tertunda pada pH rendah dan pertumbuhan anak ikan juga terhambat pada pH kurang dari atau sama dengan 5,5. Di dalam air yang kurang sadah, tingkat kelangsungan hidup anak ikan dan ikan muda Ctenopharyngodon idellus terpengaruh pada pH kurang dari atau sama dengan 4,5. Aksi toksikologis terhadap ikan diperkuat akibat efek sinergis (efek saling menguatkan) antara pH rendah dan aluminium. Perubahan patologis yang mencakup peningkatan jumlah lendir, pembengkakan dan pelepasan epitel lamelar insang, hiperplasia (kondisi tertahannya perkembangan di mana organ atau bagiannya tumbuh kerdil) dan penggabungan jaringan insang telah diamati.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda