Rabu, 12 September 2012

Pakan Buatan Untuk Bandeng

Arsip Cofa No. C 077

Pakan Buatan Pengganti Pakan Alami Nener

Borlongan et al. (2000) melakukan penelitian dengan tujuan mengembangkan pakan bergizi seimbang dengan biaya produksi efektif sebagai makanan bagi larva ikan bandeng (Chanos chanos). Dua jenis pakan larva (pakan A dan pakan B) diformulasikan dan dibuat agar mengandung 45 % protein dan 10 % lipida. Beberapa bentuk pakan larva yang telah diuji adalah “microbound (ikatan-mikro)”/bukan pelet (kering-beku), ikatan-mikro/pelet (kering-oven) dan ikatan-mikro/serpihan (kering-drum) dan dievaluasi dalam hal ukuran partikel pakan, daya apung, stabilitas air dan penerimaan (acceptability) pakan. Teknik pembuatan yang menghasilkan pakan dengan ukuran partikel, daya apung dan stabilitas terbaik kemudian diterapkan untuk membuat pakan ikatan-mikro (menggunakan karaginan-K sebagai pengikat) yang selanjutnya dijadikan serpihan dengan menggunakan drum pengering. Pakan tersebut digunakan dalam serangkaian eksperimen pemberian pakan yang bertujuan menentukan pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bandeng yang dipelihara dengan berbagai skema pemberian pakan.

Dalam eksperimen di atas larva bandeng diberi pakan buatan saja atau kombinasi pakan buatan dan pakan hidup. Nener dalam perlakuan kontrol dipelihara dengan pakan hidup seperti Brachionus plicatilis dan naupli Artemia. Larva terlihat menelan pakan, yang menunjukkan bahwa pakan tersebut cocok secara fisik dan menarik bagi larva bandeng. Secara keseluruhan hasil percobaan pemberian pakan ini menunjukkan bahwa pakan buatan dapat diberikan kepada larva ikan bandeng sebagai kombinasi dengan rotifera Brachionus mulai hari ke dua atau ke delapan, dan dapat diberikan sebagai pakan tunggal (tanpa pakan hidup) mulai hari ke-15. Hasil penelitian ini akan dapat mengurangi ketergantungan larva bandeng terhadap pakan hidup dan memberikan keuntungan ekonomis yang nyata dalam bentuk penyederhanaan prosedur hatchery bandeng.

Baca juga
Pakan Alami Larva Bandeng (Chanos chanos)

Tepung Daun Singkong, Kentang dan Kangkung Sebagai Pengganti Tepung Ikan

Borlongan dan Coloso (1994) mempelajari kemungkinan menggantikan sebagian protein tepung ikan dengan protein tepung daun dalam pakan ikan bandeng, Chanos chanos. Lima pakan isokalori/berkalori-sama (375 kcal/100 gram pakan) telah diformulasikan agar mengandung tepung daun yang bersifat isonitrogen (protein 40 %) dan isolipid (10 %). Daun yang dipakai adalah daun kangkung (Ipomea reptans), kentang manis (Ipomea batata), ipil-ipil (Leucaena leucocephala) dan singkong (Manihot esculenta), atau kombinasi daun kangkung, kentang manis dan singkong. Pakan kontrol mengandung tepung ikan dan tepung kedelai sebagai sumber protein sedangkan pakan uji mengandung tepung ikan, tepung kedelai, dan tepung daun yang menggantikan 15 % protein tepung ikan. Sumber-sumber protein ini digabungkan hingga memberikan pola asam amino esensial yang optimal pada pakan. Setiap pakan diberikan kepada tiga kelompok ikan (sekitar 0,3 gram) yang dipelihara pada salinitas 20 ppt dan suhu 29 °C dalam sistem resirkulasi selama 12 minggu. Pertumbuhan, rasio konversi pakan (“Feed Conversion Ratio”, FCR), rasio efisiensi protein (“Protein Efficiency Ratio”, PER) dan kelangsungan hidup ikan yang diberi berbagai jenis pakan tidak berbeda nyata dibandingkan ikan kontrol. Bagaimanapun, ikan yang diberi pakan yang mengandung tepung daun singkong menunjukkan nilai-bilai terbaik untuk pertumbuhan, FCR, PER dan kelangsungan hidup. Data ini memperkuat dugaan bahwa tepung berbagai jenis daun ini bisa digunakan untuk menggantikan sebagian tepung ikan dalam pakan juvenil ikan bandeng bila kebutuhan asam-asam amino esensialnya terpenuhi.

Baca juga
Tepung Kedelai, Kanji dan Ragi Untuk Pakan Ikan

Upaya Memanfaatkan Daun Eceng Gondok Untuk Pakan Nener

Santiago et al. (1984) mempelajari pengaruh pakan buatan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bandeng di perairan tawar. Nener bandeng liar (Chanos chanos), berat rata-rata 15 mg, dipelihara dalam air tawar selama 5 minggu dengan empat jenis pakan buatan kering. Moina atau campuran daun eceng gondok digunakan sebagai pakan. Nener yang diberi pakan buatan mencapai tingkat kelangsungan hidup rata-rata 83 – 95 % dan perolehan berat rata-rata 0,16 – 0,18 gram. Nener yang diberi pakan Moina dan campuran daun eceng gondok memiliki pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang jauh lebih rendah. Empat jenis pakan kering yang mengandung 40 % protein kasar tampaknya cukup bagi nener. Penggantian sampai 5 % protein kasar dengan tepung kedelai dan/atau tepung daun ipil-ipil (Leucaena leucocephala) tidak mempengaruhi pertumbuhan, tetapi pakan yang mengandung tepung daun ipil-ipil memberikan tingkat kelangsungan hidup yang sedikit lebih rendah.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Tepung Kacang Sebagai Alternatif Sumber Protein Pakan Bandeng

Borlongan et al. (2003) melakukan uji coba pemberian pakan selama 12 minggu untuk mengevaluasi penggunaan tepung kacang (Pisum sativum) sebagai sumber protein untuk juvenil ikan bandeng. Pakan praktis yang isonitrogen (30 % protein kasar) dan isokalori (16,5 kJ/gram) telah diformulasikan. Pakan kontrol mengandung tepung ikan, tepung kedelai, tepung daging dan tulang serta tepung kopra sebagai sumber protein utama. Tepung kacang secara bertahap menggantikan 0 %, 5 %, 10 %, 15 %, 20 %, 25 % dan 30 % total protein. Pakan komersial juga diuji sebagai kontrol tambahan. Pakan eksperimen diberikan dengan tiga ulangan kepada kelompok-kelompok juvenil ikan bandeng (berat awal rata-rata 0,42 plus minus 0,01 gram) sebanyak 10 % berat badan per hari.

Hasil percobaan di atas menunjukkan bahwa penampilan pertumbuhan (dinyatakan sebagai persentase perolehan berat dan SGR), kelangsungan hidup, rasio konversi pakan (FCR) dan rasio efisiensi protein (PER) bandeng yang diberi pakan, yang proteinnya diganti dengan tepung kacang sampai 10 %, adalah tidak berbeda nyata (P > 0,05) bila dibandingkan ikan yang diberi pakan kontrol. Penggantian dengan tepung kacang sebanyak 15 % atau lebih menyebabkan bandeng yang memakannya menunjukkan respon pertumbuhan yang secara nyata lebih rendah daripada bandeng yang memakan pakan kontrol tanpa tambahan tepung kacang sedikitpun. Namun demikian, terlihat bahwa ikan bandeng yang memakan pakan yang sampai 20 % total proteinnya diganti dengan tepung kacang menunjukkan laju pertumbuhan dan rasio konversi pakan yang lebih baik daripada pakan komersial kontrol. Komposisi tubuh ikan secara total (protein kasar, lemak kasar, serat kasar, ekstrak bebas-nitrogen dan kadar abu) pada bandeng yang diberi berbagai jenis pakan uji adalah tidak berbeda nyata. Koefisien “apparent digestibility” (daya cerna yang terlihat) untuk tepung kacang dan pakan eksperimen bandeng juga ditentukan. Hasilnya menunjukkan bahwa tepung kacang merupakan sumber protein yang dapat diterima dan dapat menggantikan sampai 20 % total protein pakan dalam pakan ikan bandeng.

Baca juga
Pakan Ikan : Ukuran, Jumlah, Kesegaran dan Pemasakan

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Nener Yang Diberi Pakan Buatan

Alava dan Lim (1988) melaporkan bahwa larva ikan bandeng (Chanos chanos) yang diperoleh dari alam telah ditebarkan, masing-masing 200 ekor, dalam 18 tangki fiberglas berisi 30 liter air laut tersaring dan teraerasi. Nener ini diberi makanan enam jenis pakan kering buatan yang mengandung protein kasar rata-rata 40,8 %. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antar perlakuan. Larva bandeng mencapai berat badan rata-rata 0,173 – 0,202 gram, panjang total rata-rata 29 – 31 mm, nilai efisiensi pakan rata-rata 0,94 – 1,16, dan tingkat kelangsungan hidup rata-rata 92 – 98 %. Respon nener bandeng yang sangat serupa terhadap enam jenis pakan menunjukkan bahwa keenam jenis pakan tersebut mengandung nutrisi esensial yang dibutuhkan oleh ikan yang tumbuh-cepat. Tepung kedelai bisa menggantikan tepung gluten jagung; tepung tulang dan daging dapat menggantikan tepung kepala udang sampai 8 % dari protein kasar.

Baca juga
Pakan Buatan Pengganti Cacing Tubifex

Mortalitas dan Pertumbuhan Bandeng Muda Yang Diberi Pakan Pelet Trout dan Pelet Kelinci

Sembrano-Timbol (1974) melaporkan bahwa ikan bandeng tahap pra-fingerling, fingerling dan juvenil telah ditangkap dari perairan Oahu (Hawaii) dan dipelihara dalam tangki dengan berbagai jenis pakan pelet untuk menentukan mortalitas dan pertumbuhan relatif serta kelayakan pemeliharaan buatan secara total. Hasil pengumpulan ikan bandeng dari alam menunjukkan bahwa bandeng muda terdapat secara lokal di perairan pantai yang dangkal. Bandeng dikelompokkan menjadi 3 kelompok ukuran (< 7, 7 – 11, > 11 gram). Mereka dimasukkan ke dalam tangki identik berisi air laut yang mengalir dengan debit 10 liter/menit.

Dalam dua percobaan pemberian pakan, satu kelompok ikan diberi pakan pelet ikan trout berprotein tinggi (berbasis tepung ikan), kelompok lain diberi pakan berupa pelet kelinci berprotein rendah (berbasis tumbuhan alfalfa) yang harganya seperempat lebih murah dibandingkan yang pertama. Ikan bandeng yang diberi pakan pelet trout menunjukkan perolehan berat yang lebih tinggi. Juga, mortalitas lebih rendah pada ikan bandeng yang diberi pelet trout (rata-rata 8 % dibandingkan 16 % untuk pelet kelinci). Ikan yang bertahan hidup menunjukkan perolehan berat rata-rata 27 % (untuk kelompok yang diberi pelet trout) dan 11 % (untuk kelompok yang diberi pelet kelinci) dalam 8 minggu. Penyakit dan pengaruh suhu dipertimbangkan. Disimpulkan bahwa pelet ikan trout secara nutrisi lebih unggul daripada pelet kelinci pada kondisi percobaan.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda