Rabu, 12 September 2012

Pakan Alami Larva Bandeng

Arsip Cofa No. C 076

Makanan Alami dan Aktivitas Makan Larva Bandeng di Laut dan Estuaria

Banno (1980) mengumpulkan larva bandeng (nener) setiap minggu dan setiap hari dari habitat laut dan estuaria untuk mengetahui kebiasaan makan, periodisitas makan dan kelimpahannya selama musim larva 1977 dan 1978 di Hamtik, Antique. Analisis isi perut larva bandeng (panjang total 13,4 ± 0,9 mm dan berat badan 7,5 ± 1,9 mg) menunjukkan bahwa hanya 71 dari 636 dan 34 dari 391 larva yang dikumpulkan setiap minggu dari habitat laut dan estuaria, berturut-turut, mengandung plankton di dalam ususnya. Demikian pula, hanya 40 individu dari 1289 sampel laut dan 71 dari 1377 sampel estuaria yang dikumpulkan setiap hari, menelan plankton. Lima genera diatom, tiga kopepoda, dua tipe foraminifera, dan butiran pasir ditemukan dalam usus larva bandeng. Yang paling umum adalah Coscinodiscus sp., Oithona sp., Paracalanus sp. dan Calanus sp. Larva bandeng mulai makan plankton pada jam 06.00 dan berhenti pada pukul 19.00, dengan periode makan paling aktif pada jam 07.00 sampai 13.00, aktivitas makan sedang pada periode jam 14.00 sampai 17.00 dan aktivitas makan paling kecil pada jam 00.00 sampai 02.00. Data ini menunjukkan rendahnya aktivitas makan plankton pada bandeng di kedua tipe habitat. Hal tersebut bisa disebabkan oleh sedikitnya jumlah plankton selama pengumpulan larva bandeng. Bagaimanapun, hal ini sangat memperkuat dugaan bahwa sumber utama makanan larva bandeng adalah detritus dan nutrien anorganik yang sangat melimpah di sepanjang daerah pesisir dan yang mudah dimanfaatkan oleh larva bandeng untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Kelimpahan larva bandeng tidak berhubungan dengan ketinggian pasang surut.

Baca juga
Pakan Alami Penaeus

Mana Yang Lebih Baik Untuk Pakan Nener : Chlorella sp., Tetraselmis sp. atau Isochrysis ?

Juario dan Storch (1984) melakukan evaluasi biologis terhadap fitoplankton sebagai makanan larva ikan bandeng. Kultur fitoplankton Chlorella sp., Tetraselmis sp dan Isochrysis galbana digunakan sebagai pakan tunggal bagi larva bandeng (Chanos chanos) yang baru ditangkap (umur sekitar 21 hari). Studi ultrastruktural terhadap sel acinar pankreas dan hepatosit (sel hati) menunjukkan bahwa larva bandeng tidak dapat memanfaatkan Chlorella secara langsung, karena dinding selnya keras. Sebaliknya, larva bandeng dapat memanfaatkan secara langsung Tetraselmis dan Isochrysis. Tetapi bila Tetraselmis digunakan sebagai satu-satunya pakan maka nutrisinya tidak cukup untuk kebutuhan pertumbuhan dan kelangsungan hidup nener sehingga secara nutrisi Tetraselmis kurang baik dibandingkan Isochrysis.

Baca juga
Struktur Komunitas dan Dinamika Populasi Plankton

Pengaruh Alga Terhadap Kualitas Brachionus Sebagai Makanan Nener

Acosta (1984) melakukan dua rangkaian eksperimen untuk mengevaluasi kualitas Brachionus plicatilis yang diberi pakan satu spesies tunggal alga bersel satu, Chlorella sp., Isochrysis galbana dan Tetraselmis tetrahele serta kombinasi mereka sebagai pakan untuk larva ikan bandeng. Dalam percobaan I, pertumbuhan paling baik terjadi pada larva bandeng yang diberi pakan Brachionus yang memakan Isochrysis, diikuti oleh larva bandeng yang memakan Brachionus yang diberi pakan Tetraselmis; pertumbuhan paling buruk dialami oleh larva bandeng yang memakan Brachionus yang diberi pakan Chlorella. Pengamatan dengan mikroskop elektron memperkuat hasil penemuan ini dan membuktikan bahwa hepatosit (sel hati) larva bandeng yang memakan Brachionus dengan Isochrysis memilki ciri ultra struktural yang optimum. Sel hati ini berukuran teratur, inti sel berdensitas ringan dan plasma banyak mengandung partikel glikogen. Sedangkan hepatosit larva bandeng yang memakan Brachionus dengan Chlorella menunjukkan kondisi abnormal; sel hati ini berukuran lebih kecil dengan inti sel berwarna gelap dan menyusut, jumlah glikogen dan mitokondria sedikit. Dalam percobaan II, larva bandeng yang diberi pakan Brachionus yang memakan kombinasi ketiga spesies alga tersebut di atas menunjukkan pertumbuhan yang secara nyata lebih baik daripada larva bandeng yang memakan Brachionus yang diberi pakan kombinasi dua spesies alga manapun. Larva bandeng yang diberi pakan Brachionus yang diberi pakan kombinasi spesies fitoplankton mengalami pertumbuhan yang lebih cepat daripada larva bandeng yang memakan Brachionus yang diberi pakan satu spesies tunggal fitoplankton. Laju pertumbuhan sangat tinggi pada semua perlakuan. Perbedaan tingkat kelangsungan hidup larva bandeng adalah tidak nyata.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Nener Yang Diberi Pakan Artemia dan Kombinasi Artemia + Pakan Buatan

Figueroa-Bombeo (1983) melakukan percobaan untuk membandingkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva udang dan bandeng yang diberi pakan Artemia, pakan buatan dan kombinasi keduanya dengan rasio 1 : 1. Post larva Penaeus monodon dan larva Chanos chanos dipelihara selama 30 hari dengan padat penebaran 15 ekor per liter di dalam akuarium dan tangki putih (white basin), berturut-turut. Larva bandeng yang diberi pakan Artemia memiliki nilai tertinggi untuk berat badan rata-rata (0,14 gram) dan panjang total rata-rata (26,91 mm); nilai-nilai tersebut berbeda nyata dengan perlakuan-perlakuan lain. Konversi pakan terbaik 9,52 diperoleh larva yang diberi pakan lumat; nilai ini secara nyata berbeda dengan konversi pakan larva yang diberi pakan basah (moist diet) saja. Rasio efisiensi protein larva bandeng yang diberi pakan Artemia secara nyata lebih besar daripada perlakuan-perlakuan lain. Kelangsungan hidup adalah tertinggi untuk larva yang diberi pakan Artemia (48 %) tetapi nilai ini tidak berbeda nyata dengan larva yang diberi jenis-jenis pakan lainnya. Larva bandeng dengan berat rata-rata 20,7 mg lebih menyukai Artemia dengan kisaran ukuran 1 sampai 2 mm.

Baca juga
Pakan Buatan Untuk Bandeng (Chanos chanos)

Proses Pencernaan Bandeng Dalam Kaitannya Dengan Pakan Alami

Benitez et al. (1982) mempelajari proses pencernaan ikan bandeng (Chanos chanos), yang dipelihara dalam tambak air payau, dalam hubungannya dengan pakan alami yang berupa dua tipe : (1) komplek komunitas alga bersel satu dan plankton lain dan (2) alga hijau berfilamen beserta organisme-organisme yang berasosiasi dengannya. Pencernaan karbohidrat terjadi terutama di dalam pilorik kaeka dan usus. Ikan yang memakan alga berfilamen memiliki aktivitas karbohidrase yang secara umum lebih tinggi. Studi terhadap aktivitas amilase usus dan “feeding index” (indeks aktivitas makan) selama periode 24 jam menunjukkan bahwa puncak aktivitas amilase terjadi satu kali sehari pada sekitar tengah hari ketika perutnya penuh. Hal ini memperkuat dugaan bahwa sekresi enzim adalah bersamaan dengan aktivitas makan. Aktivitas protease terjadi terutama di dalam pilorik kaeka, usus dan pankreas. Ikan yang memakan alga bersel satu memperlihatkan aktivitas protease yang secara konsisten lebih tinggi. Aktivitas chymotrypsin diamati pada ikan yang memakan kedua tipe pakan alami. Sebaliknya, aktivitas tripsin hanya terjadi pada ikan yang memakan alga bersel satu. Tripsin bandeng sangat dihambat oleh ekstrak kasar dari alga berfilamen. Penghambatan tersebut bisa menyebabkan rendahnya laju pertumbuhan ikan yang memakan pakan alami ini.

Baca juga
Kultur Masal Brachionus dan Pemanfaatannya Sebagai Pakan Larva Ikan

Aktivitas Enzim Lipase Dalam Hubungannya Dengan Jenis Alga Yang Dimakan

Borlongan (1990) melaporkan bahwa ikan bandeng (Chanos chanos) telah diberi dua macam pakan alami untuk menentukan pola distribusi enzim lipase sepanjang saluran pencernaan dan untuk mengidentifikasi kondisi optimum bagi aktivitas lipase. Satu jenis makanan terdiri dari komplek biologis alga bersel satu dan diatom (Pakan A) dan yang lain terdiri dari alga hijau filamen berserat, yang didominasi oleh Chaetomorpha brachygona (Pakan B). Lokasi utama sekresi lipase dalam saluran pencernaan ikan bandeng adalah usus, pankreas dan pilorik kaeka. Aktivitas lipase alga lebih tinggi untuk ikan yang diberi Pakan A daripada yang diberi Pakan B. Aktivitas lipase usus terlihat maksimal pada suhu 45 °C dan pada pH 6,8 dan 8,0. Aktivitas lipase pankreas tampak maksimal pada suhu 50 °C dan pH 6,4 dan 8,6. Adanya dua nilai pH optimal, satu agak asam dan yang lain basa untuk lipase usus dan lipase pankreas, menunjukkan adanya keragaman fisiologis dalam pencernaan lipida pada ikan bandeng.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda