Ikan Umpan Pada “Pole and Line” dan Longline
Arsip Cofa No. C 074
Penangkapan Ikan Umpan Tuna
Maniku et al. (1989) dalam Blaber and Copland (1990) menyatakan bahwa perikanan tuna di Maldives merupakan salah satu komponen utama perekonomian di negara itu. Kebanyakan ikan tuna ditangkap dengan “pole and line”, yang membutuhkan banyak ikan kecil hidup sebagai umpan. Metode penangkapan ikan umpan ini adalah sebagai berikut : kapal “pole and line” meninggalkan pulau untuk menangkap ikan umpan di terumbu karang sekitarnya tepat sebelum fajar kemudian segera setelah memperoleh cukup umpan kapal tersebut menjelajahi daerah penangkapan ikan tuna di luar atol. Kapal kembali dengan membawa hasil tangkapannya pada akhir sore atau awal petang. Tiga kelompok ikan umpan yang dominan adalah ikan pisang-pisang (caesionidae), Spratelloides dan cardinal fish (Apogonidae).
Gerombolan Ikan
Pengaruh Fase Bulan Terhadap Hasil Tangkap Ikan Umpan Tuna
Mohan dan Kunhikoya (1987) mempelajari hasil tangkap ikan umpan dan tuna dalam hubungannya dengan fase bulan selama musim penangkapan ikan tuna pole-and-line 1983 – 1984. Hasil tangkap ikan umpan dan tuna selama musim tersebut secara keseluruhan adalah relatif tinggi selama fase bulan baru dan rendah selama fase bulan seperempat terakhir. Hasil tangkap tuna per kg ikan umpan adalah tinggi selama fase bulan seperempat terakhir dan rendah selama fase bulan baru. Upaya pada perikanan umpan maupun tuna serta CPUE ikan umpan dan ikan tuna adalah paling tinggi selama fase bulan baru, kemudian menurun perlahan-lahan dan mencapai nilai terendah pada fase seperempat terakhir.
Mohan dan Kunhikoya (1987) menambahkan bahwa nelayan di Pulau Minicoy menangkap ikan hidup dari laguna pada pagi atau sore hari, tetapi tidak pada malam hari, dengan menggunakan cahaya, sebagaimana yang sering dilakukan di Kepulauan Hawaii dan pulau-pulau Pasifik lainnya. Hal ini mungkin disebabkan karena cahaya menarik ikan-ikan engraulidae yang merupakan komponen utama tangkapan ikan umpan di pulau-pulau Pasifik. Di Minicoy, ikan umpan yang paling banyak tertangkap adalah tergolong famili Dussumieridae, Pomacentridae, Lutjanidae dan Atherinidae. Di Papua New Guinea, hasil tangkap ikam umpan dilaporkan rendah selama fase bulan baru. Tetapi di Minicoy hasil tangkap ikan umpan adalah paling tinggi selama fase bulan baru dan rendah selama seperempat terakhir. Selama fase bulan baru gerombolan ikan tuna muncul dalam konsentrasi sangat tinggi di dekat permukaan laut sehingga CPUE untuk ikan umpan maupun ikan tuna adalah sama-sama tinggi selama periode ini. Bagaimanapun, kadang-kadang ketika kondisi laguna menjadi buruk akibat cuaca, ikan umpan sulit ditangkap pada fase bulan apapun, yang menyebabkan penurunan CPUE untuk ikan umpan. Hal ini selanjutnya mempengaruhi CPUE tuna, yang tergantung secara langsung pada ketersediaan ikan umpan.
Tuna dan Ikan Mirip-Tuna
Upaya Mengurangi Kehilangan Ikan Umpan Akibat Dimakan Burung Laut
Løkkeborg (1998) melaporkan bahwa burung laut yang memakan umpan selama pemasangan long-line kadang-kadang terkait dan mati. Kehilangan umpan akibat masalah ini bisa berdampak serius terhadap efisiensi long line. Dua metode pemasangan long line telah diuji sebagai jawaban atas masalah ini dalam perikanan long line otomatis di Atlantik utara : (1) tali pancing dipasang melewati semacam terowongan yang menjaga agar tali tersebut tetap di bawah permukaan laut, dan (2) menggunakan alat pengusir burung. Kehilangan umpan dan hasil tangkap spesies sasaran serta burung laut dibandingkan dengan penggunaan long line tanpa kedua metode tersebut. Tertangkapnya burung tanpa sengaja berkurang pada kedua metode ini ; yang paling efektif adalah alat pengusir burung. Kehilangan umpan tengiri juga berkurang secara nyata dengan penggunaan alat pengusir burung, tetapi tidak pada penggunaan metode terowongan. Tidak ada peningkatan hasil tangkap spesies ikan sasaran untuk kedua metode tersebut. Bagaimanapun, kehilangan umpan akibat dimakan burung dianggap sebagai masalah kecil dalam eksperimen penangkapan ikan ini. Disarankan menggunakan kombinasi kedua metode ini agar dapat banyak mengurangi kejadian tertangkapnya burung dalam perikanan long line otomatis di Atlantik utara.
Kelemahan Cumi-Cumi Sebagai Umpan Long Line
Woll et al. (2001) melaporkan bahwa survei longline kerja sama Norwegia-Greenland telah dilakukan di East Greenland pada bulan Agustus 1997, dengan menggunakan berbagai tipe mata pancing dan umpan. Kebanyakan nelayan longline Norwegia menggunakan mata pancing tipe EZ 12/0. Mata pancing ini dibandingkan dengan tiga versi pancing baru “sirkular 14/0”. Total tangkapan 2.899 ekor halibut Greenland (sejenis ikan sebelah) dari 45.760 pancing berumpan cumi-cumi telah digunakan dalam analisis selektivitas pancing. Secara rata-rata, CPUE adalah 281 kg/1.000 pancing untuk pancing EZ. CPUE untuk pancing sirkular adalah 36 % lebih tinggi sehingga secara keseluruhan ada perbedaan nyata dalam hal CPUE antara pancing EZ dan pancing sirkular. Cumi-cumi dan ikan grenadier digunakan secara bergantian pada 6.630 pancing. CPUE ikan halibut Greenland adalah 25 % lebih tinggi untuk umpan ikan grenadier. Umpan ikan grenadier memberikan hasil-samping tangkapan yang lebih sedikit dibandingkan dengan umpan cumi-cumi (1,1 dan 20,7 % berdasarkan jumlah, berturut-turut).
Alat Tangkap dan Kelestarian Sumberdaya Perikanan
Pengaruh Jenis dan Warna Umpan Terhadap Hasil Tangkap Penyu dan Ikan Non Sasaran
Yokota et al. (2009) melaporkan bahwa pengaruh spesies umpan (tengiri dan cumi-cumi) dan warna umpan (biru dan tanpa warna) terhadap kejadian tertangkapnya penyu loggerhead Caretta caretta tanpa sengaja dalam perikanan longline pelagis di Pasifik Utara bagian barat telah dipelajari dalam eksperimen perikanan longline yang dipasang dangkal. Hasil tangkap penyu loggerhead dianalisis menggunakan “generalized linear model” (GLM) dengan distribusi Poisson. Faktor-faktor potensial (spesies umpan, warna umpan, hasil tangkap spesies lain dan suhu permukaan laut) yang mempengaruhi hasil tangkap penyu loggerhead diikut sertakan sebagai variabel penjelas. Analisis model menunjukkan bahwa spesies umpan mempengaruhi hasil tangkap penyu loggerhead, sedangkan warna umpan tidak. Model ini memperkirakan bahwa laju penangkapan penyu loggerhead adalah 75 % lebih kecil untuk umpan berupa ikan tenggiri daripada umpan berupa cumi-cumi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pemilihan ikan umpan sangat efektif dalam pengurangi kejadian tertangkapnya penyu loggerhead tanpa sengaja dalam perikanan longline pelagis, tetapi penggunaan umpan berwarna biru tidak berpengaruh. Analisis terhadap model yang serupa juga dilakukan terhadap spesies ikan sasaran dan spesies ikan bukan sasaran, seperti ikan pedang Xiphias gladius, marlin bergaris Tetrapturus audax, tuna mata besar Thunnus obesus, hiu biru Prionace glauca dan cucut mako sirip pendek Isurus oxyrinchus serta spesies non sasaran lainnya. Perbedaan besar antara spesies umpan dan warna umpan yang ditemukan pada kasus penyu loggerhead tidak ada pada spesies-spesies non sasaran tersebut.
Dampak Positif Ukuran Mata Jaring (Mesh Size) Yang Besar
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda