Sabtu, 13 April 2013

Peran Kalium Bagi Kolam, Udang dan Ikan

Arsip Cofa No. C 145

Peran Kalium Bagi Kolam Ikan

Boyd (1982) menyatakan bahwa pupuk kalium sangat mudah larut dan ion K+ dilepaskan ketika pupuk larut. Ion-ion kalium tidak diserap oleh tumbuhan tetapi tetap ada dalam larutan atau berperanan dalam reaksi pertukaran ion dengan sedimen. Siklus geokimia untuk kalium di kolam agak tidak penting bila dibandingkan dengan siklus fosfor dan nitrogen. Konsentrasi kalium dalam perairan alami biasanya berkisar antara 0,5 dan 10 mg per liter. Kalium biasanya tidak penting dalam pemupukan kolam.

Baca juga :
Dinamika Zat Hara di Estuaria

Pengaruh Kalium Dalam Air Terhadap Kebutuhan Kalium Pakan Pada Udang

Zhu et al. (2006) mempelajari pengaruh konsentrasi kalium dalam air laut terhadap kebutuhan kalium pakan pada udang Litopenaeus vannamei; penelitian dilakukan dengan air laut buatan bersalinitas 30 ‰. Konsentrasi kalium dalam air yang diuji adalah 332, 156 dan 104 mg per liter. Kandungan kalium dalam pakan eksperimental berbasis kasein-gelatin adalah 1,09 %, 1,53 %, 2,49 % dan 3,46 %, berturut-turut. Percobaan pemberian pakan berlangsung selama 56 hari. Pertumbuhan, aktivitas makan, “nutrient retention” (aktivitas mempertahankan nutrisi), dan efisiensi konversi pakan pada udang tersebut secara nyata dipengaruhi oleh konsentrasi kalium dalam air laut (P < 0,05), tetapi kandungan kalium dalam pakan memberikan sedikit pengaruh. Berat badan akhir, laju pertumbuhan spesifik, rasio efisiensi protein dan efisiensi konversi pakan pada udang yang terkena konsentrasi kalium dalam air 104 mg/liter adalah, berturut-turut, lebih dari 37 %, 26 %, 25 % dan 27,5 % lebih rendah dibandingkan pada udang yang terkena kalium berkosentrasi lebih tinggi (P < 0,05). Tidak ada efek interaksi yang nyata antara konsentrasi kalium air laut dengan kandungan kalium dalam pakan. Baik konsentrasi kalium dalam air laut maupun kandungan kalium dalam pakan tidak mempengaruhi kandungan kalium dalam tubuh udang. Hal ini menunjukkan bahwa Litopenaeus vannamei kurang mampu mengasimilasi kalium dari makanan secara efisien pada salinitas 30 ‰, dan bahwa penambahan kalium dalam pakan memberikan sedikit pengaruh terhadap pertumbuhan udang ketika konsentrasi kalium dalam air sekelilingnya adalah cukup.

Baca juga :
Upaya Mengatasi Eutrofikasi

Pengaruh Penambahan Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Penaeus di Perairan Darat Asin

Prangnell dan Fotedar (2006) menyatakan bahwa udang “western king”, Penaeus latisulcatus, merupakan spesies kandidat untuk dibudidayakan dalam perairan darat yang asin (inland saline water). Kelangsungan hidup, pertumbuhan, faktor kondisi, osmo- dan iono-regulasi udang ini telah dipelajari dengan memeliharanya di dalam perairan darat yang asin dan diperkaya dengan kalium selama 202 hari. Udang PL 40 ditebarkan dalam tangki 250 liter dengan tiga jenis media : air dari perairan darat yang asin dengan penambahan kalium sampai 80 % (DA 80) dari konsentrasinya dalam air laut, 100 % (DA 100) dari konsentrasi kalium dalam air laut, dan media berupa air laut (AL).

Baca juga :
Nitrogen Dalam Ekosistem Perairan

Berdasarkan percobaan tersebut, Prangnell dan Fotedar (2006) menyimpulkan bahwa kelangsungan hidupnya adalah 53 % dalam AD 80, 64 % dalam AD 100 dan 68 % dalam AL. Rata-rata berat, panjang total, panjang karapas, faktor kondisi dan interval ganti kulit pada udang ini adalah secara nyata lebih tinggi (P < 0,05) dalam AL daripada dalam AD 100 dan AD 80. Laju pertumbuhan spesifik udang ini dalam air laut secara nyata lebih tinggi (P < 0,05) daripada dalam AD 80. Tidak ada perbedaan nyata (P > 0,05) dalam hal kapasitas osmoregulasi di antara semua media kultur. Konsentrasi Na+, K+, Ca2+ dan S dalam serum darah dipengaruhi oleh konsentrasinya di dalam media kultur. Ca2+ adalah satu-satunya kation utama yang mengalami hiper-regulasi dan cenderung ditimbun, sedangkan Mg2+ dipertahankan pada konsentrasi yang jauh lebih rendah di dalam serum darah daripada di dalam media kultur. Kandungan air dalam hepatopankreas, otot ekor dan rangka-luar serta indeks organosomatik meningkat dari AD 80 ke AD 100 ke air laut (AL). Lebih rendahnya laju pertumbuhan dan faktor kondisi udang yang dipelihara dalam air perairan darat asin yang diperkaya dengan kalium menunjukkan adanya faktor pembatas lain selain konsentrasi kalium. Udang western king adalah regulator yang lebih baik untuk kation bervalensi-dua daripada kation bervalensi-satu, dan kebutuhan energi yang lebih banyak untuk meregulasi ion-ion dalam air perairan darat yang asin mungkin menjadi penyebab utama laju pertumbuhan yang lebih rendah.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Peran Kalium Dalam Pemanfaatan Air Bawah-Tanah Untuk Budidaya Kakap

Partridge dan Lymbery (2008) melaporkan bahwa dunia internasional sangat tertarik untuk memanfaatkan sumber air bawah-tanah yang asin di daratan untuk budidaya ikan laut (marikultur); bagaimanapun, kekurangan kalium merupakan faktor yang bisa membatasi pemanfaatan tersebut. Untuk itu dilakukan studi pengaruh penambahan kalium (sebanyak antara 25 dan 100 % dari jumlah kalium yang ada dalam air laut bersalinitas setara) terhadap pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup dan respon fisiologis ikan kakap (Lates calcarifer) pada salinitas hiperosmotik (45 ppt), hampir-isoosmotik (15 ppt) dan hipoosmotik (5 ppt). Kalium berkonsentrasi setara 25 % tidak diuji pada salinitas 45 ppt karena menyebabkan kematian ikan kakap pada penelitian terdahulu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang dipelihara dalam kalium berkonsentrasi setara 50 % pada salinitas 45 ppt tetap hidup selama 4 minggu tetapi kehilangan berat badan; sedangkan ikan yang dipelihara dalam kalium berkonsentrasi setara 75 % dan 100 % tetap hidup dan beratnya bertambah. Homeostasis kalium plasma darah pada ikan ini dipertahankan oleh mekanisme buffering dari otot rangka. Bahwa ikan-ikan ini menunjukkan dehidrasi otot, peningkatan aktivitas (Na+–K+) ATPase dalam insang, ginjal dan usus serta peningkatan konsentrasi natrium dan klorida dalam darah menunjukkan bahwa mereka mengalami stres osmotik. Pada salinitas 15 ppt, semua perlakuan konsentrasi kalium menghasilkan laju pertumbuhan yang sama. Buffering kalium plasma darah juga terjadi pada perlakuan konsentrasi kalium 25 dan 50 % tetapi tampaknya dalam kondisi kesetimbangan. Ikan kakap pada salinitas 5 ppt menunjukkan pertumbuhan yang sama untuk semua perlakuan konsentrasi kalium. Pada salinitas ini, tidak terjadi buffering kalium plasma dari otot; dan pada perlakuan konsentrasi kalium 25 % tampak bahwa konsentrasi kalium darah secara nyata lebih rendah dibandingkan semua perlakuan kalium tetapi tidak mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup maupun aktivitas (Na+–K+) ATPase. Data in menunjukkan bahwa secara proporsional lebih banyak kalium yang dibutuhkan pada salinitas hiperosmotik dibandingkan pada salinitas iso- dan hipo-osmotik, dan juga menunjukkan bahwa ikan kakap mempunyai kebutuhan yang lebih sedikit akan kalium daripada spesies ikan lain yang telah dipelajari dalam studi budidaya di air bawah-tanah asin di darat (Partridge dan Lymbery, 2008).

Baca juga :
Zat-Zat Hara Dalam Sedimen dan Air Danau

Kebutuhan Kalium Pada Anak Ikan Lele

Wilson dan El Naggar (1992) selama 8 minggu melakukan studi pemberian pakan untuk menentukan kebutuhan kalium pada juvenil ikan lele channel catfish, Ictalurus puntatus. Enam jenis pakan dengan kandungan kalium berkisar dari 0,01 sampai 0,49 % diberikan dengan tiga kali ulangan pada ikan lele (rata-rata berat awal 16,6 gram) dalam akuarium arus-mengalir dan suhu air 26,7 ± 1,1 °C. Air budidaya mengandung 4 mg/liter kalium. Tidak ada perbedaan nyata dalam hal perolehan berat ikan ataupun efisiensi pakan di antara kelompok-kelompok percobaan. Tidak ada hubungan dosis-respon antara kandungan kalium dalam pakan dan kandungan kalium dalam tubuh ikan utuh, yang menunjukkan bahwa ikan lele ini tidak membutuhkan kalium dari pakan bila dipelihara dalam air yang mengandung kalium 4 mg/liter atau lebih. Bagaimanapun, bila data ini digunakan untuk menghitung keseimbangan kalium dalam seluruh tubuh ikan untuk setiap kelompok percobaan maka jelas bahwa ikan lele membutuhkan kalium yang dapat dipenuhi oleh kalium dalam pakan atau kalium yang diserap ikan dari air budidaya. Analisis regresi linear terhadap kandungan kalium dalam pakan vs nilai-nilai keseimbangan kalium dalam seluruh tubuh menunjukkan kebutuhan kalium sebesar 0,26 %. Kebutuhan sebesar ini adalah sama dengan kebutuhan kalium pada tikus, ayam dan babi muda.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda