Rabu, 13 Maret 2013

Pengaruh Banjir Terhadap Biota Perairan

Arsip Cofa No. C 139

Pengaruh Banjir Terhadap Ledakan Populasi Alga di Sungai

Power (1992) melaporkan bahwa Cladophora glomerata, makroalga dominan di danau dan sungai di seluruh dunia, mengalami siklus ledakan populasi (blooming) di sungai yang tidak dikelola di California utara yang secara alami mengalami banjir pada musim dingin dan kekeringan pada musim panas. Di dua kanal yang dikelola yang mungkin jarang kebanjiran, bagaimanapun, standing crop Cladophora yang menempel adalah rendah sepanjang tahun. Perbedaan antara Cladophora di sungai yang dikelola dan yang tidak dikelola menunjukkan bahwa siklus Cladophora dikendalikan secara ekstrinsik (dari luar sistem) oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan hidrografi. Data pendahuluan mengenai pola-pola musiman kelimpahan binatang (konsumen Cladophora) di kanal yang dikelola dan yang tidak dikelola menunjukkan bahwa banjir di musim dingin mendorong ledakan populasi Cladophora di sungai dengan mengurangi kepadatan binatang konsumen tersebut.

Baca juga :
Pengaruh Hujan Terhadap Perairan

Pengaruh Banjir Terhadap Biomas Plankton Danau

Wen (1992) mempelajari komposisi relatif bakterioplankton, fitoplankton, zooplankton dan detritus seston selama periode tergenang air di sebuah danau dataran-banjir di Changjiang tengah (Cina). Puncak-puncak biomas bakterioplankton berkembang tak lama setelah banjir, bersamaan dengan pencucian awal zat hara organik dari vegetasi yang terendam banjir, dan terjadi lagi pada saat air tinggi, tak lama sebelum puncak biomas fitoplankton. Bentuk batang mendominasi biomas karbon bakterial. Fitoplankton mengalami ledakan populasi pasca banjir pada saat ketinggian air banjir mula-mula turun, yang bersesuaian dengan keluarnya air danau ke sungai. Biomas minimal terjadi selama kedatangan banjir, kemungkinan besar akibat gangguan dan pengenceran. Biomas alga biasanya didominasi oleh Chlorophyta. Biomas zooplankton tertinggi terlihat pada akhir banjir yang berhubungan dengan penurunan kekeruhan, dan terjadi lagi pada awal keluarnya air danau ke sungai yang sangat berkaitan dengan tingginya biomas fitoplankton.

Baca juga :
Sungai : Perubahan Ekologi serta Dampak Terhadap Biota dan Laut

Pengaruh Banjir Terhadap Serangga Air di Sungai

Lancaster (1992) melakukan percobaan lapangan untuk menentukan apakah ada variasi harian dalam hal pengaruh banjir terhadap lalat-sehari, baetidae. Banjir jangka-pendek telah dibuat pada kanal eksperimen dengan memompa air-tersaring dari anak sungai pada berbagai jam, yang menyebabkan pembuangan air meningkat tiga atau empat kali lipat. Sampel yang hanyut telah dikumpulkan sebelum, selama dan setelah banjir; sampel banjir dikumpulkan sebelum dan setelah banjir. Laju hanyut Baetis dari kanal yang banjir itu adalah lebih tinggi dibandingkan kontrol pada semua jam. Peningkatan hanyut secara alami terjadi pada semua kanal setelah matahari terbenam, dan laju hanyut pada kanal yang banjir adalah paling tinggi pada saat itu. Kerentanan nimfa untuk hanyut dari kanal telah dihitung sebagai rasio kepadatan nimfa yang hanyut pada kanal yang banjir dan pada kanal kontrol. Baetis tampaknya lebih rentan terhadap banjir setelah matahari tenggelam dibandingkan pada saat fajar atau tengah hari. Pada arus yang tak dimanipulasi, nimfa-nimfa besar paling sering hanyut setelah matahari tenggelam. Banjir tampaknya tidak memberikan pengaruh yang jelas terhadap distribusi ukuran nimfa yang hanyut bila dibandingkan dengan arus yang tak dimanipulasi pada saat yang sama.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Pengaruh Banjir Terhadap Kepiting Bakau (Scylla serrata)

Macnae (1968) menyatakan bahwa di Queensland, Australia, setelah banjir sejumlah besar kepiting bakau (Scylla serrata) tampak keluar dari mulut sungai seolah-olah mereka terbawa hanyut oleh meningkatnya arus air tawar – atau mungkin pengenceran air di dalam liangnya membuat mereka pergi dan kemudian secara pasif terbawa ke arah hilir menuju ke perairan dengan salinitas yang lebih sesuai. Kejadian serupa telah diamati di mulut sungai Keiskama dan sungai Kowie di bagian tenggara Provinsi Cape di Afrika Selatan.

Baca juga :
Aspek Fisiologis Pemindahan Ikan Ke Medium Yang Berbeda Salinitasnya

Pengaruh Banjir Terhadap Tumbuhan Bakau

Menurut Macnae (1968) beberapa spesies tumbuhan bakau hanya tumbuh di tanah yang sangat kering. Spesies ini mencakup Xylocarpus spp., Lumnitzera spp. dan tumbuh-tumbuhan bakau yang berasosiasi seperti Osbornia octodonta dan Pemphis acidula. Avicennia marina, terutama di perbatasan distribusinya, tumbuh lebih tinggi di tanah yang lebih kering pada tepi teluk dari pada pohon yang tumbuh di tempat lebih jauh ke belakang. Juga pohon-pohon asosiasi Barringtonia menunjukkan kesukaan terhadap tanah yang sangat kering, sedang tumbuh-tumbuhan asosiasi nipah hidup di tanah yang tergenang air. Secara ringkas, zonasi tumbuhan bakau yang lengkap hanya ditemukan di daerah yang kisaran intertidalnya cukup besar, dengan curah hujan tinggi di semua musim, yakni air yang tersedia melebihi air yang hilang melalui evaporasi dan transpirasi, dan di mana lempung tersuspensi tersedia dalam air hingga menjamin bahwa pegendapan lumpur di permukaan tanah selalu menaikkan ketinggian tanah sehingga memungkinkan hutan bakau meluas ke arah laut.

Baca juga :
Pengaruh Kecepatan Arus Air Terhadap Alga, Kerang dan Ikan

Pengaruh Banjir Terhadap Reproduksi dan Rekruitmen Ikan Sungai

Agostinho et al. (2004) menyatakan bahwa regim banjir merupakan faktor paling berpengaruh secara musiman di sungai-sungai neotropis. Di dataran banjir Sungai Parana Hulu, Brazil, banjir merupakan faktor utama yang menentukan proses-proses biologis. Pada kenyataannya, siklus biogeokimia di sungai sangat dipengaruhi oleh peningkatan ketinggian muka air secara berkala. Banjir antara lain menyebabkan pertukaran langsung zat-zat hara di sungai. Telah dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh banjir terkendali-bendungan terhadap beberapa karakteristik kumpulan ikan, reproduksi dan rekruitmen. Ikan dikumpulkan dari berbagai habitat di dataran banjir Sungai Parana Hulu (sungai, kanal dan laguna) selama tahun 1986 sampai 2001.

Berdasarkan hasil pengamatan, Agostinho et al. (2004) menyimpulkan bahwa periode air tinggi di Sungai Parana biasanya terjadi dari November/Desember sampai April/Mei. Variasi hidrografi tahunan mempengaruhi spesies-spesies ikan yang strategi sejarah hidupnya berbeda, serta mempengaruhi komposisi dan struktur kumpulan ikan. Banjir besar berkaitan dengan kekayaan spesies yang lebih tinggi. Frekuensi individu dengan gonad matang dan dipijahkan-sebagian, yang menunjukkan bahwa ikan sedang memijah, adalah lebih tinggi selama periode meningkatnya ketinggian air. Ketergantungan pada banjir tampaknya paling rendah untuk spesies yang hidup menetap yang induknya mengembangkan perilaku merawat anak, dan paling tinggi untuk spesies pemigrasi besar yang memijah di bagian hulu basin sungai dan menggunakan daerah yang terendam banjir sebagai daerah pemeliharaan anak ikan. Ikan pemigrasi diuntungkan oleh banjir tahunan yang berlangusng lebih dari 75 hari, di mana periode banjir yang lebih lama akan menghasilkan populasi ikan yang lebih besar. Tingginya muka air pada awal musim panas adalah penting bagi keberhasilan pemijahan spesies pemigrasi. Bagaimanapun, banjir mungkin kurang penting untuk rekruitmen juvenil ikan bila terjadi dalam waktu singkat. Operasi bendungan yang ada di hulu sungai (misalnya melepaskan lebih banyak air selama musim hujan) berpotensi mendorong terjadinya banjir yang lebih besar dengan lama waktu yang cukup untuk mendorong rekruitmen ikan, terutama spesies pemigrasi.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda