Kamis, 21 Februari 2013

Indikator Kesehatan Ikan

Arsip Cofa No. C 135

Perkembangan Konsep Indikator Kesehatan Ikan

Menurut Smith (1982) selama bertahun-tahun definisi untuk kesehatan ikan adalah ketiadaan penyakit. Hal ini menyulitkan karena sukar mengetahui kapan ikan menghadapi masalah dan kemudian mencoba menolong ikan tersebut. Hasilnya sering tidak memuaskan karena salah satu gejala pertama suatu masalah adalah ikan berhenti makan. Cara utama pemberian obat untuk menangani masalah – biasanya masalah penyakit – bila melibatkan jutaan ikan di dalam hatchery besar adalah mencampur antibiotik di dalam makanan. Hal ini berarti bahwa ikan sakit yang telah berhenti makan dengan demikian tidak mendapat obat dan biasanya mati. Kurangnya memahami kesehatan ikan seperti ini tidaklah mengherankan. Ikan yang sakit hanya menunjukkan sangat sedikit tanda-tanda luar hingga penyakitnya menjadi parah, dan mereka mempunyai lebih sedikit cara untuk memberi tahu kesusahannya kepada kita daripada binatang domestik. Sebaliknya, perhatikan bagaimana seringnya seorang dokter mendasari pengobatannya pada apa yang Anda “ceritakan” kepadanya mengenai keluhan-keluhan Anda. Pengetahuan mengenai kesehatan ikan makin berkembang, yang dimulai pada akhir tahun 1960-an, dengan fokus pada perubahan fisiologis yang diharapkan terjadi selama tahap-tahap awal infeksi atau masalah-masalah lainnya. Karakteristik-karakteristik fisiologis yang normal telah cukup dimantapkan sehingga penyimpangan dari normal bisa digunakan sebagai indikator masalah-masalah subletal.

Baca juga :
Hubungan Aerasi dengan Kejadian Penyakit dan Parasit Ikan

Konsentrasi Alkalin Fosfatase Dalam Darah Sebagai Indikator Kesehatan

Fothergill et al. (1991) melaporkan bahwa kadar alkalin fosfatase dalam serum darah diusulkan untuk digunakan sebagai indikator kesehatan lumba-lumba Tursiops aduncas, T. truncatus, Lagenorhynchus obscurus. Nilai-nilai dasar untuk individu lumba-lumba yang diambil ketika binatang tersebut tampak sehat, yaitu nafsu makan, tingkah laku, dan tanda-tanda lain yang dipantau secara rutin adalah normal. Penurunan secara tajam konsentrasi alkalin fosfatase dalam serum darah, yang terjadi pada rentang waktu yang singkat, biasanya menunjukkan adanya penyakit. Konsentrasi alkalin fosfaste dalam serum darah pada lumba-lumba mengikuti pola relatif terhadap umur, seperti yang ditemukan pada manusia, dan bisa menjadi petunjuk kasar untuk menduga kondisi kedewasaan.

Baca juga :
Jamur Dalam Ekosistem Perairan dan Penyakit Yang Ditimbulkannya

Keterbatasan Leukokrit Sebagai Metode Pendugaan Kesehatan Ikan

Wedemeyer et al. (1983) mengevaluasi kepekaan leukokrit sebagai metode pendugaan toleransi stress dan kesehatan ikan dengan mengamati juvenil ikan coho salmon, Oncorhynchus kisutch, atau steelhead trout, Salmo gairdneri, pada kondisi berdesakan, penanganan, stres suhu dan stres penyakit. Leukokrit merupakan indikator yang peka untuk stres fisiologis akibat kondisi berdesakan pada kepadatan populasi 0,2 – 0,4 kg per liter, dan untuk stres akibat penanganan dan stres akibat perubahan suhu. Indikator ini agak tidak peka untuk prosedur sampling fisiologis sehingga tidak bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai metode pendugaan stres. Pada kasus penyakit ikan, infeksi Renibacterium salmoninarum dan Yersinia ruckeri secara subklinis atau aktif tidak memberikan pengaruh penting terhadap nilai leukokrit. Sebaliknya, infeksi Aeromonas salmonicida secara nyata mengurangi nilai leukokrit. Bagaimanapun, tidak ada perubahan yang terlihat selama fase subklinis (inkubasi) sebelum penyakit berkembang. Dengan demikian, potensi leukokrit sebagai metode pendugaan kesehatan ikan tampaknya terbatas.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


“Macrophage Aggregation” Sebagai Indikator Kesehatan Ikan

Wolke et al. (1985), dengan mengutip beberapa laporan peneliti lain, menyatakan bahwa “macrophage aggregation” yang terpisah dan berbentuk bundar sampai oval serta mengandung pigmen umumnya ditemukan tersebar luas di dalam limfa, hati, dan ginjal ikan teleostei tingkat tinggi. Agregasi (kumpulan) seluler ini memiliki banyak nama yang bervariasi, di antaranya yang terbaru adalah “melano-macrophage center” (MMC). Informasi mengenai fungsi agregasi ini diperoleh berdasarkan pengamatan terhadap partikel-partikel, misalnya butiran karbon, yang disuntikkan ke tubuh ikan. Partikel-partikel tersebut ditelan oleh sel-sel fagosit yang kemudian bermigrasi ke “macrophage aggregation”. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi “macrophage aggregation” adalah sebagai pusat penimbunan material yang berlebihan atau benda asing untuk kemudian dihancurkan, dinetralkan daya racunnya, atau dimanfaatkan kembali. Beberapa studi membuktikan bahwa jumlah “melano-macrophage center” (atau “macrophage aggregation”) bervariasi tergantung pada ukuran, kondisi nutrisi atau kesehatan spesies ikan yang diuji. Terlihat bahwa jumlah dan ukuran “macrophage aggregation” meningkat dengan meningkatnya umur, kelaparan, dan/atau penyakit.

Baca juga :
Kekebalan Ikan terhadap Infeksi Patogen dan Parasit

HAI : Indeks Pendugaan Kesehatan Ikan

Adams et al. (1993) menyatakan bahwa “health assessment index” (HAI; indeks pendugaan kesehatan) merupakan perluasan dan penyempurnaan sistem necropsy (pengujian pasca kematian untuk menentukan penyebab kematian atau penyakit). HAI merupakan indeks kuantitatif yang memungkinkan perbandingan seperangkat data kesehatan ikan secara statistik. Variabel indeks merupakan angka-angka yang berkaitan dengan derajat keparahan atau kerusakan organ atau jaringan yang ditimbulkan oleh agen penyebab stres lingkungan. Pendekatan ini telah digunakan untuk mengevaluasi kondisi kesehatan umum populasi ikan di berbagai tipe bendungan di basin Sungai Tennessee (North Carolina, Tennessee, Alabama, Kentucky), di bendungan Hartwell (Georgia, South Carolina) yang tercemar oleh polychlorinated biphenyl (PCB), dan di Sungai Pigeon River (Tennessee, North Carolina) yang menerima limbah dari pabrik kertas berpemutih. Kemampuan HAI untuk menunjukkan secara akurat kondisi kesehatan ikan dalam sistem ini dievaluasi dengan membandingkan indeks tersebut dengan tipe-tipe lain indikator kesehatan ikan (analisis pencemar, bioindikator dan analisis reproduktif) yang dilakukan pada saat yang sama dengan penentuan HAI. Pada semua kasus, HAI menunjukkan status kesehatan ikan di semua lokasi dengan pola yang sama seperti yang ditunjukkan oleh semua metode pendugaan kesehatan tersebut. HAI terbukti merupakan metode yang sederhana dan murah serta cepat untuk menduga kesehatan ikan secara umum.

Baca juga :
Darah Ikan dan Kerang : Pengaruh Kondisi Biologi, Kimia dan Lingkungan

Variasi Di Antara Empat Indeks Kesehatan Ikan Penghuni Estuaria

Leamon et al. (2000) menguji variasi di antara empat indeks kesehatan untuk ikan Fundulus heteroclitus. Keempat indeks tersebut adalah kandungan glikogen hati, indeks hati-somatik, indeks kondisi dan rasio RNA-DNA. Ikan dikumpulkan dari lima lokasi pesisir di tenggara Connecticut. Kesehatan ikan, sebagaimana ditentukan dengan keempat indeks tersebut, bervariasi cukup besar antar estuaria dan antar jenis kelamin. Hubungan antara setiap indeks dan panjang spesimen ikan adalah berbeda nyata antara estuaria untuk kedua jenis kelamin. Bila diregresikan terhadap panjang, kemiringan indeks-indeks tersebut bervariasi dari positif sampai negatif. Untuk setiap indeks, ada perbedaan nyata di antara beberapa panjang rata-rata pada setiap estuaria untuk kedua jenis kelamin. Rangking estuaria untuk sebuah indeks tidak selalu sama dengan rangking estuaria tersebut untuk indeks lain.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda