Senin, 11 Maret 2013

Pengaruh Hujan Terhadap Perairan

Arsip Cofa No. C 138

Hujan Sebagai Sumber Air Bagi Kolam Ikan

Boyd (1982) menyatakan bahwa total hujan tahunan bervariasi dari 25 sampai 250 cm di daerah-daerah di mana ikan diproduksi dalam kolam. Walaupun hujan bisa terjadi sepanjang tahun d daerah tertentu, hujan yang lebih banyak biasanya terjadi selama beberapa bulan daripada bulan-bulan lainnya. Selain itu, total hujan tahunan maupun bulanan sangat bervariasi antar tahun. Air hujan yang jatuh langsung ke kolam ikan jarang cukup banyak untuk mengubah tinggi airnya, Bagaimanapun, hujan merupakan sumber semua air yang digunakan dalam budidaya ikan, sehingga pembudidaya ikan sebaiknya mengenal pola curah hujan di daerahnya itu.

Baca juga :
Komposisi Kimia Air di Perairan Darat

Pengaruh Hujan Terhadap Konsentrasi Karbon Dioksida dan pH Perairan

Menurut Cole (1994) karbon dioksida masuk ke dalam air hujan ketika jatuh ke bumi. Secara teoritis, 0,55 sampai 0,60 mg/liter CO2 ada di dalam air hujan dan dimasukkan langsung ke permukaan perairan. Air hujan yang menembus tanah organik, selain melarutkan gas karbon dioksida, mungkin membawa pula produk-produk penguraian sebelum masuk ke sungai atau danau melalui jalur bawah-tanah. Air hujan dalam kondisi setimbang dengan CO2 atmosfer memiliki pH sekitar 5,6 bila hanya asam karbonat yang terlibat. Bagaimanapun, analisis menunjukkan bahwa nilai pH yang lebih rendah mendominasi air hujan di beberapa bagian dunia.

Baca juga :
Pengaruh Banjir Terhadap Biota Perairan

Pengaruh Curah Hujan Terhadap Konsentrasi Ion di Perairan

Boyd (1982) menyatakan bahwa curah hujan yang tinggi di daerah yang beriklim lembab menyebabkan konsentrasi ion-ion terlarut dalam perairan permukaan relatif rendah. Di daerah beriklim kering, penguapan memekatkan ion-ion di perairan permukaan. Air dari sumur biasanya lebih pekat konsentrasi ion-ionnya daripada perairan permukaan karena air sumur selama periode yang panjang selalu bersentuhan rapat dengan mineral. Secara umum, perairan permukaan di di daerah bercurah hujan sedang atau tinggi akan mempunyai konsentrasi ion total 20 – 500 mg/liter. Di daerah kering, konsentrasi ion total dalam perairan permukaan sering berkisar antara 500 dan 2.500 mg/liter, dan bahkan kadang-kadang lebih tinggi lagi. Sebaliknya, air laut mengandung sekitar 35.000 mg/liter ion total.

Konsentrasi Klorida di Perairan Tawar dan Air Hujan

Holden (1961) melaporkan bahwa analisis terhadap air di sejumlah loch (danau yang sempit atau terkurung-sebagian oleh daratan) di Skotlandia barat laut menunjukkan bahwa konsentrasi klorida (Cl) bervariasi sesuai dengan jarak (D) loch tersebut dari pesisir. Persamaan yang paling cocok yang menghubungkan parameter-parameter ini adalah :

Cl = K.D-n

dengan K dan n adalah konstanta.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Pengaruh Hujan Terhadap Sifat Biogeokimia Danau

Sadro dan Melack (2012) mempelajari pengaruh hujan ekstrim terhadap sifat biogeokimia dan metabolisme ekosistem sebuah danau oligotrofik (kurang subur) di Sierra Nevada, California. Selama periode 10 jam turun hujan musim gugur, air buangan danau meningkat dari < 1,0 liter/detik menjadi lebih dari 3.000 liter/detik; nilai ini lebih besar daripada air buangan danau yang terjadi selama puncak periode melelehnya salju. Sejumlah besar partikel asal-darat dan bahan organik terlarut tercuci ke dalam danau. Semua karbon organik terlarut autochthonous (dari dalam sistem) yang dihasilkan selama satu musim menjadi terbuang keluar danau dan digantikan oleh karbon organik terlarut allochthonous (dari luar sistem) ketika cahaya melemah sampai lebih dari 300 %. Akibat menyempitnya zona fotik (kolom air danau yang mendapat cahaya matahari), penurunan konsentrasi klorofil-a dalam kolom air, serta peningkatan konsentrasi bahan organik terlarut dan partikulat yang tersedia bagi mikroba maka produksi primer kotor danau total berkurang 47 % dan respirasi meningkat 30 % bila dibandingkan dengan nilai rata-rata musim gugur. Sebagai akibatnya, danau berubah dari sedikit autotrofik (bisa memproduksi bahan organik) menjadi sangat heterotrofik (tidak bisa memproduksi bahan organik). Bila frekuensi hujan meningkat, yang diakibatkan oleh perubahan iklim sebagaimana diramalkan, maka peningkatan masukan material asal-darat ke danau-danau di Sierra Nevada bisa menyebabkan produksi primer danau makin sering berkurang, terjadi peningkatan periode hipoksia (konsentrasi oksigen terlarut di bawah normal) dan anoksia (kehabisan oksigen terlarut), dan ekosistem bergeser ke arah heterotrofi selama musim bebas-es.

Baca juga :
Keberadaan Logam Berat di Perairan dan Biota Air

Sumber Beberapa Jenis Logam Dalam Air Hujan di Daerah Pesisir

Szefer dan Szefer (1986) menganalisis konsentrasi beberapa jenis logam dalam sampel air hujan yang dikumpulkan di tiga lokasi di pesisir Baltik. Analisis dilakukan terhadap besi, mangan, timah, tembaga, kadmium, nikel, kobal, kalsium, magnesium, natrium dan kalium dengan menggunakan atomic absorbtion spectroscopy (AAS) dan terhadap uranium serta torium yang ditentukan secara spektrofotometrik dengan menggunakan Arsenazo III. Konsentrasi beberapa logam dalam air hujan menunjukkan adanya variasi regional dan musiman. Natrium, kalium, magnesium dan kobal ada di air terutama dalam bentuk terlarut, sedangkan timah, besi, uranium dan torium umumnya terkandung di dalam materi tersuspensi. Dengan memperhatikan perbandingan konsentrasi setiap logam relatif terhadap besi dan natrium sebagai unsur-unsur normalisasi, bisa dibedakan tiga kelompok logam, yaitu logam yang berasal dari laut (natrium), logam asal-darat (besi, magnesium, kalium, uranium, torium, mangan dan nikel) serta logam asal-manusia (timah, kadmium, tembaga dan kobal).

Baca juga :
Komposisi Kimia Air, Padatan dan Gas Terlarut

Karakteristik Geokimia Partikel Materi Dalam Air Hujan di Daerah Pesisir

Filho et al. (1998) memantau partikel-partikel dalam air hujan di dua daerah pesisir di Rio de Janeiro : wilayah Sepetiba, yang mendapat banyak masukan logam dari aktivitas industri, dan Iguaba, yang tingkat pencemarannya sangat ringan. Partikel-partikel materi diperoleh melalui filtrasi sampel air hujan. Partikel-partikel tersebut kemudian dianalisis dengan alat aktivasi neutron. Hasilnya menunjukkan bahwa asal partikel materi dalam air hujan bisa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kerak bumi dan kegiatan manusia. Masuknya beberapa trace element ke dalam partikel asal-udara mungkin merupakan sumber penting bahan pencemar di lingkungan tanah, sedimen dan laut. Di kedua daerah, konsentrasi unsur-unsur kerak bumi (misalnya, aluminium, besi, natrium dan magnesium) menunjukkan keseragaman yang nyata. Lebih tingginya konsentrasi aluminium dan besi adalah sesuai dengan pendapat bahwa kedua unsur ini mendominasi lingkungan tropis. Konsentrasi unsur-unsur yang berasal dari kegiatan industri meningkat secara nyata di Sepetiba bila dibandingkan dengan di Iguaba. Vanadium menunjukkan pola yang berbeda dengan semua unsur lain karena konsentrasinya lebih tinggi di Iguaba daripada di Sepetiba. Tidak ada kegiatan manusia yang menjadi sumber vanadium di dekat Iguaba. Kemungkinan sumber vanadium ini adalah sisa-sisa hewan tunikata planktonik (Salpa spp.) yang melimpah di perairan Iguaba yang mengalami upwelling, yang mengandung konsentrasi vanadium sangat tinggi, bisa 10 kali lipat dibandingkan konsentrasinya di air laut, yang mencapai lebih dari 1.000 mikrogram per gram berat kering binatang tersebut.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda