Jumat, 05 April 2013

Pengaruh Kekeruhan Terhadap Binatang Air

Arsip Cofa No. C 142

Pengaruh Kekeruhan Terhadap Invertebrata Bentos Sungai

Quinn et al. (1992) mempelajari dampak pembuangan lumpur terhadap invertebrata bentik dengan membandingkan komunitas yang ada di arah hulu dan hilir dari pertambangan emas aluvial di 6 sungai di pesisir barat South Island, New Zealand. Rata-rata kekeruhan meningkat 7 – 154 NTU dibandingkan kontrol (rata-rata 1,3 – 8,2 NTU) akibat buangan pertambangan selama 2 bulan sebelum sampling. Pola peningkatan padatan tersuspensi (sangat berhubungan dengan kekeruhan, r = 0,95) adalah sama. Kepadatan invertebrata secara nyata lebih rendah di semua lokasi hilir, yang berkisar dari 9 sampai 45 % (median 26 %) dari kepadatan di lokasi-lokasi hulu yang bersesuaian. Kepadatan hilir sebagai persentase kepadatan hulu adalah berkorelasi negatif dengan logaritma beban kekeruhan (r = - 0,82, P < 0,05). Kepadatan taksa umum adalah biasanya lebih rendah di hilir penambangan. Kekayaan taksonomi secara nyata lebih rendah di lokasi-lokasi hilir pada empat sungai yang menerima beban kekeruhan lebih tinggi (kekeruhan rata-rata meningkat 23 – 154 NTU). Biomas dan produktivitas epilithon (organisme penempel batu) lebih rendah, dan mutu makanan yang lebih jelek di daerah hilir mungkin menyebabkan menurunnya kepadatan invertebrata. Pada beberapa lokasi, penurunan permeabilitas dasar sungai dan oksigen terlarut di sela-sela sedimen serta reaksi penghindaran oleh invertebrata (yakni, meningkatnya individu yang hanyut), juga berperanan dalam menyebabkan rendahnya kepadatan invertebrata.

Baca juga :
Pengaruh Hujan Terhadap Perairan

Pengaruh Kekeruhan Terhadap Juvenil Udang Penaeus

Lin et al. (1992) melaporkan bahwa juvenil Penaeus japonicus selama 3 minggu dikenai berbagai tingkat kekeruhan sedimen tersuspensi : kontrol (2 ± 2 NTU), kekeruhan sedang (35 ± 15 NTU) dan kekeruhan tinggi (65 ± 15 NTU). Tingkat mortalitas udang meningkat setelah terkena kekeruhan tinggi. Juvenil udang tahap akhir yang terkena kekeruhan menjadi kurang toleran terhadap perubahan salinitas lingkungan dan menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi pada salinitas rendah. Pengaruh kekeruhan terhadap kapasitas osmoregulasi dipelajari dengan menentukan gradien (perbedaan) osmotik antara hemolimfa dan medium eksternal pada air laut pekat (salinitas 42 ppt) dan air laut encer (salinitas 15 ppt). Pada udang juvenil muda, kapasitas osmoregulasi umumnya tidak terpengaruh oleh kekeruhan. Pada juvenil tahap akhir, kapasitas osmoregulasi diturunkan secara nyata oleh kekeruhan. Penurunan kapasitas osmoregulasi disebabkan oleh terganggunya pengaturan konsentrasi Na+ dan Cl-. Aktivitas Na+-K+ ATPase dalam insang juvenil tahap akhir adalah meningkat dengan meningkatnya kekeruhan, tampaknya sebagai reaksi kompensasi atas terganggunya keseimbangan osmotik dan ionik.

Baca juga :
Penyebab Kekeruhan di Perairan Alami dan Kolam Ikan

Pengaruh Kekeruhan Air Terhadap Aktivitas Makan Pada Ikan

Gregory dan Northcote (1993) mempelajari pengaruh kekeruhan terhadap aktivitas makan pada juvenil ikan chinook salmon (Oncorhynchus tshawytscha) di laboratorium. Daya penglihatan ditentukan dengan mengukur “jarak reaksi” juvenil ikan chinook terhadap mangsa yang berupa Artemia dewasa. Ikan chinook menunjukkan penurunan “jarak reaksi” sejalan dengan peningkatan kekeruhan; penurunan tersebut bersifat logaritma linier. Aktivitas makan pada ikan ini terhadap mangsa yang ada di permukaan air (Drosophila), mangsa planktonik (Artemia) dan bentos (Tubifex) diamati pada berbagai kisaran kekeruhan air (< 1, 18, 35, 70, 150, 370 dan 810 NTU). Hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas makan berkurang pada kondisi yang lebih keruh untuk ketiga jenis mangsa. Diduga bahwa meningkatnya laju makan pada kondisi keruh mencerminkan penurunan resiko ancaman predator.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Pengaruh Kekeruhan Terhadap Perilaku Menghindari Pemangsa

Gregory (1993) mengamati pengaruh kekeruhan terhadap perilaku menghindari pemangsa pada ikan juvenil chinook salmon (Oncorhynchus tshawytscha) dalam percobaan laboratorium terkendali. Model berupa burung dan ikan digunakan untuk menciptakan resiko pemangsaan. Ketika tidak ada pemangsa, juvenil chinook tersebar secara acak di dalam arena percobaan pada kondisi keruh (sekitar 23 NTU), tetapi pada kondisi jernih (kurang dari 1 NTU) mereka tidak jauh-jauh dari dasar. Bila model burung dan ikan pemangsa dimasukkan, ikan chinook mengubah distribusinya dan menempati bagian-bagian perairan yang lebih dalam tanpa tergantung pada tingkat kekeruhan. Bagaimanapun, respon mereka dalam kondisi keruh kurang menyolok dan berlangsung lebih singkat. Kekeruhan tampaknya mengurangi rasa takut akan pemangsaan pada juvenil ikan chinook.

Baca juga :
Pengaruh Kedalaman Perairan Terhadap Ikan

Kesukaan Juvenil Ikan Laut Terhadap Kekeruhan

Cyrus dan Blaber (1987) mengamati kesukaan juvenil 10 spesies ikan laut yang umum dijumpai di estuari-estuari Afrika tenggara. Percobaan yang dilakukan memungkinkan untuk menghilangkan semua faktor lingkungan selain kekeruhan. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ikan Liza dumerilii (Steindachner) adalah spesies perairan jernih (< 10 NTU); Liza macrolepis (Smith), Rhabdosargus sarba (Forsskal), Gerres filamentosus Cuvier, dan Valamugil buchanani (Bleeker) lebih menyukai “perairan jernih sampai keruh sebagian” (< 50 NTU); Monodactylus argenteus (L.) menyukai perairan dengan kekeruhan sedang (10 – 80 NTU); dan empat spesies ikan sisanya, yaitu Rhabdosargus holubi (Steindachner), Acanthopagrus berda (Forsskal), Pomadasys commersonni (Lacépède) dan Terapon jarbua (Forsskal) tidak terikat dengan kekeruhan. Analisis statistik terhadap data laboratorium dan lapangan menunjukkan adanya korelasi yang nyata.

Pengaruh Kekeruhan Terhadap Distribusi dan Hasil Tangkap Ikan Laut

Cyrus dan Blaber (1992) mempelajari kekeruhan dan salinitas serta pengaruhnya terhadap distribusi ikan selama dua setengah tahun di estuaria Embley di Australia utara tropis. Baik kekeruhan maupun salinitas bervariasi secara nyata selama periode penelitian tetapi tampak jelas bahwa ada tiga pola musiman. Ketiga pola ini berkaitan dengan musim hujan, musim kering awal dan musim kering akhir. Selama ketiga musim tersebut timbul gradien kekeruhan dan salinitas yang jelas. Gradien kekeruhan dan salinitas ini merupakan kelanjutan dari gradien serupa yang ada di lingkungan laut sekitarnya di teluk Albatros. Derajat dan kisaran kedua faktor ini sangat ditentukan oleh pola curah hujan musiman di daerah tangkapan-air Sungai Embley. Distribusi dan kelimpahan 45 spesies ikan yang paling umum telah dianalisis dalam kaitannya dengan pola-pola kekeruhan, salinitas dan suhu di estuari ini. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa kepadatan ikan di dalam estuari adalah berkorelasi dengan kekeruhan dan salinitas tetapi tidak dengan suhu. Ada hubungan terbalik yang kuat antara kekeruhan dan salinitas. Catch per Unit Effort (CPUE; hasil tangkap per satuan upaya) untuk setiap spesies ikan telah ditentukan dalam masing-masing dari ketiga kisaran kekeruhan dan salinitas. Hasilnya menunjukkan bahwa pola-pola yang berkaitan dengan kekeruhan dan salinitas ditemukan pada 30 dari 45 spesies ikan yang diamati.

Baca juga :
Pengaruh Banjir Terhadap Biota Perairan

Hubungan Kekeruhan dan Jenis Ikan Laut Dominan

Longhurst dan Pauly (1987) menunjukkan adanya hubungan antara kekeruhan dan jenis ikan dominan di paparan benua. Pada komunitas ikan tropis paparan benua telah diidentifikasi empat kumpulan ikan : ikan-ikan di perairan dekat-pantai dan estuari berlumpur dengan air yang keruh yang didominasi oleh sciaenidae; kumpulan ikan di perairan jernih dengan sedimen berupa deposit berpasir dan dicirikan oleh banyaknya ikan sparidae; kumpulan ikan di habitat terumbu berbatu (perairan jernih) yang didominasi oleh ikan lutjanidae; dan terakhir adalah kumpulan ikan di terumbu karang (perairan jernih) tanpa ada ikan dominan. Perbedaan mendasar pada keempat kumpulan ikan ini terutama adalah antara perairan keruh dan perairan jernih.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda