Jumat, 24 April 2015

Merangsang Pemijahan Ikan Dengan LHRH (Luteinising Hormone Releasing Hormone)

Arsip Cofa No. C 192

Pemijahan Buatan Pada Bandeng Dengan Testosteron dan GnRH-A

Marte et al. (1988) telah melakukan sembilan percobaan untuk meneliti pengaruh pemberian secara kronis (menahun) hormon testosteron dan analog hormon pelepas gonadotropin tehadap kematangan pertama kali ikan bandeng umur 4 – 6 tahun dan pematangan kembali ikan umur 6 sampai lebih dari 9 tahun yang gonadnya telah menyusut/telah dikeluarkan isinya.

Pencangkokan hormon testosteron (T) atau T yang dikombinasikan dengan luteinizing hormone-releasing hormone analogue (LHRH-A) tidak banyak berpengaruh terhadap laju pematangan gonad ikan bandeng umur 4 tahun. Persentase ikan matang gonad adalah rendah dan sama dengan kontrol pada percobaan 1 (T, 31 – 35 %; kontrol, 35 %) dan percobaan 3 (T, 13 %; T plus LHRH-A, 28 %; kontrol, 22,2 %). Kebanyakan ikan umur 4 tahun yang matang gonad adalah jantan; betina matang gonad hanya diperoleh dari kelompok yang dicangkoki T pada percobaan 1. Pada percobaan 3, betina matang gonad yang dicangkoki T dapat menahan telur-telur yang berkuning telur, sedangkan ikan betina kontrol yang matang gonad tidak dapat, hal ini menunjukkan bahwa testosteron mungkin meningkatkan vitelogenesis dan mempertahankan kesatuan oosit vitelogenik. Ikan betina umur 4 tahun yang dipelihara dalam tangki, sekitar setengah ukuran ikan betina lebih tua yang pertama kali matang gonad, dirangsang untuk memijah. Hal ini merupakan masus pertama pematangan dan pemijahan bandeng umur 4 tahun yang dipelihara dalam tangki (Marte et al., 1988).

Marte et al., (1988) menambahnkan bahwa seperti pada percobaan 1 dan 3, persentase ikan dengan gonad telah dikeluarkan isinya yang matang kembali pada percobaan 7 dan 8 serupa dengan yang dicangkoki-T dan kontrol. Sebaliknya, ikan umur 4 tahun yang belum matang gonad pada percobaan 2 dan 4, ikan umur 5 dan 6 tahun yang belum matang gonad pada percobaan 5 dan 6, serta ikan umur 6 tahun dengan gonad telah dikeluarkan isinya pada percobaan 9 tetap tidak matang gonad atau gonadnya menyusut semuanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil-hasil percobaan ini mencakup umur dan sejarah reproduktif ikan, waktu pencangkokan hormon, kondisi percobaan dan pemeliharaan, serta stres.

Baca juga :
Mekanisme Kerja dan Pengaturan Sekresi Hormon

Pemijahan Buatan Dengan Hormon LHRH

Nandeesha et al. (1990) menyatakan bahwa sejumlah penelitian telah dilakukan pada spesies mamalia yang memperlihatkan kontrol neuroendokrin terhadap sekresi hormon-hormon gonad. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangsangan sekresi gonadotropin endogen lebih mungkin dilakukan daripada penggunaan gonadotropin eksogen seperti ekstrak pituitari atau HCG. Luteinising Hormone Releasing Hormone (LHRH) mampu melepaskan Luteinising Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari kelenjar pituitari. Laporan penelitian yang dilakukan di Cina mengenai keberhasilan analog LHRH mamalia (D-Ala6, Pro9NEt) dalam merangsang pemijahan ikan karper telah menarik perhatian dunia terhadap penggunaan LHRH untuk memijahkan berbagai spesies ikan. Meski beberapa spesies ikan telah dilaporkan hanya berespon terhadap LHRH analog, penelitian mendetail tentang metodologi pemijahan ikan karper dengan LHRH analog di Cina menunjukkan bahwa petani ikan biasanya menggabungkan analog ini dengan pituitari atau HCG untuk memperoleh keberhasilan yang dikehendaki.

Kombinasi LHRH dan Antagonis Dopamin Untuk Pemijahan Ikan Buatan

Menurut Nandeesha et al. (1990) kemajuan besar dalam penelitian pemijahan ikan adalah penemuan dopamin yang beraksi sebagai faktor penghambat sintesis gonadotropin. Penelitian mendetail mengenai alasan kegagalan pemijahan ikan bila hanya menggunakan LHRH saja dengan jelas menunjukkan bahwa dopamin mempengaruhi aksi LHRH terhadap sekresi gonadotropin. Jadi, penghambatan aksi dopamin dengan agen-agen antagonis seperti pimozide akan mendorong aksi LHRH sehingga pemijahan bisa berhasil. Serangkaian penelitian di Cina yang dibiayai oleh IDRC dan dilakukan oleh Dr. R.E. Peter dari Kanada dan Dr. H.R. Lin dari Cina membuktikan bahwa kombinasi LHRH analog dengan antagonis dopamin dapat efektif menggantikan fungsi pituitari ikan dalam merangsang pemijahan ikan karper. Kedua ilmuwan ini menamakan teknik baru pemijahan tersebut “Linpe Method”.

Baca juga :
Reproduksi dan Endokrinologi

Cangkok Hormon LHRH Untuk Merangsang Pemijahan Bandeng

Lee et al. (1985) dalam Lee dan Liao (1985) melaporkan bahwa baru-baru ini ada beberapa metode yang dikembangkan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan penyuntikan hormon yang berulang-ulang. Teknik baru ini menggunakan pelet hormon yang melepaskan sejumlah tertentu “pesan” kimia selama periode yang panjang. Satu contoh khas pelet yang mampu melepaskan hormon sedikit demi sedikit adalah pelet yang berisi hormon pelepas-hormon luteinizing atau luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH) dalam bentuk matriks kolesterol. Pelet ini dibuat untuk mengendalikan pelepasan senyawa neuropeptida tersebut ke dalam tubuh binatang.

Struktur molekul LHRH telah diketahui sehingga kita dapat memproduksi secara sintetis LHRH analog yang beberapa kali sampai ratusan kali lebih kuat daripada neuropeptida alami. LHRH analog (LHRH-A) ini dibentuk menjadi pelet dan telah berhasil digunakan untuk memperpanjang periode pemijahan ikan salmon Atlantik dan ikan rainbow trout. Ketika bandeng diberi pelet kolesterol LHRH-A seperti ini, kematangan gonad dengan persentase lebih tinggi dilaporkan berhasil dicapai pada ikan tersebut dan kematangan gonad ini terjadi kira-kira sebulan sebelum masa musim reproduksi normalnya (Lee et al., 1985, dalam Lee dan Liao, 1985).

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Merangsang Pelepasan Gonadotropin Dengan LHRH Pada Ikan Mas

Menurut Peter (1983) dalam Hoar et al. (1983) LHRH sintetis dapat merangsang pelepasan GtH (gonadotropin hormon) dari pituitari teleostei. Telah ditemukan bukti langsung yang pertama untuk hal ini : penyuntikan LHRH secara intravena pada ikan mas, Cyprinus carpio, menyebabkan peningkatan secara tajam konsentrasi GtH dalam plasma darah dalam waktu 2 – 6 menit setelah penyuntikan. Dengan LHRH dosis rendah (250 nanogram/kg), mula-mula konsentrasi GtH plasma meningkat kemudian kembali normal dalam waktu sekitar 10 menit. Bagaimanapun, peningkatan konsentrasi hormon ini terus berlangsung sedikitnya selama 25 menit pada ikan yang diberi dosis tinggi (1 mikrogram/kg). Dua kali penyuntikan LHRH (3 mikrogram/kg) dengan selang waktu 3 jam menyebabkan peningkatan konsentrasi GtH plasma selama sedikitnya 12 jam. Kepekaan tertinggi terhadap LHRH selama siklus reproduksi ikan mas adalah dari musim pemijahan musim semi sampai musin panas, dan bahwa kepekaan minimal adalah pada musim dingin di mana kegiatan seksual ikan tidak aktif. Sayangnya, ovulasi buatan pada ikan mas dengan penyuntikan LHRH masih gagal.

Baca juga :
Pemijahan Buatan Pada Ikan

Variasi Kepekaan Gonad Ikan Terhadap LHRH

Peter (1983) dalam Hoar et al. (1983), berdasarkan laporan peneliti-peneliti lain, menyatakan bahwa perlakuan terhadap ikan salmon Atlantik atau rainbow trout yang belum matang gonad dengan steroid estrogen mendorong pituitari memproduksi GtH. Hormon pelepas hormon luteinizing (LHRH) menyebabkan pelepasan GtH dengan laju tergantung-dosis dari pituitari secara in vitro pada ikan rainbow trout muda yang diberi perlakuan steroid. Bagaimanapun, pituitari ikan yang tidak diberi perlakuan tidak melepaskan GtH setelah disuntik LHRH. Dalam kaitannya dengan respon in vivo terhadap LHRH, rainbow trout matang gonad (namun belum memijah) lebih peka terhadap LHRH dibandingkan ikan pada TKG (Tingkat Kematangan Gonad) lain. Penyuntikan tunggal LHRH menyebabkan peningkatan konsentrasi GtH yang tergantung-dosis, peningkatan ini tetap bertahan selama sedikitnya 6 jam, pada rainbow trout (Salmo truta) jantan yang matang gonad (sedang mengalami spermiasi). Senyawa analog LHRH buatan yang menghambat pelepasan LH pada mamalia (analog LHRH penghambat atau “inhibitory LHRH analogue”/i-LHRHa) juga menghambat pelepasan GtH yang dirangsang secara in vivo oleh LHRH pada ikan brown trout jantan dewasa. Bagaimanapun, senyawa-senyawa analog LHRH yang sangat aktif tidaklah lebih aktif daripada LHRH dalam merangsang peningkatan konsentrasi GtH plasma. Dengan menggunakan pituitari dari ikan rainbow trout muda yang diberi perlakuan steroid secara in vitro, telah ditemukan fakta bahwa senyawa analog LHRH paling aktif yang sedikit lebih aktif daripada LHRH dalam merangsang pelepasan GtH hanyalah des-Gly10[D-Ala6]LHRH etilamida; i-LHRHa juga efektif secara in vitro.

Baca juga :
Prosedur Penyuntikan Pituitari dan Pemijahan Buatan Pada Ikan Karper

Pengaruh Pemberian LHRHa Terhadap Konsentrasi Gonadotropin

Crim et al. (1988) melakukan penelitian dengan menggunakan ikan bioesei berupa ikan rainbow trout umur setahun yang testosteronnya mulai berkembang; hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan secara in vivo dengan LHRH analog asal mamalia berhasil merangsang pelepasan hormon gonadotropin (GtH). Setelah penyuntikan-sekali LHRH analog (LHRHa) secara intraperitoneal, baik LHRHa maupun GtH dengan cepat meningkat di dalam plasma darah dan tetap tinggi selama beberapa jam. Meskipun konsentrasi LHRHa dalam plasma darah turun sampai ke tingkat yang tak dapat dideteksi setelah 11 jam, namun konsentrasi GtH dalam plasma darah, yang mulai menurun setelah 7,5 jam, tetap lebih besar daripada nilai kontrol selama kira-kira 2 hari. Ikan trout yang kembali diberi LHRHa setelah kira-kira 47 jam mengalami peningkatan konsentrasi GtH dalam plasma darah secara cepat, yang menunjukkan bahwa pituitari tetap mempertahankan kepekaannya terhadap pemberian LHRHa selanjutnya. Berlawanan dengan peningkatan dalam waktu relatif singkat konsentrasi GtH plasma setelah pemberian LHRHa melalui penyuntikkan-sekali, peningkatan konsentrasi GtH yang lebih lama yang berlangsung selama beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu telah terbukti terjadi setelah pencangkokan hormon secara intramuskular atau intraperitoneal pada ikan trout dengan sebuah pelet LHRHa kolesterol. Penelitian lebih lanjut terhadap pelet campuran selulosa/kolesterol menunjukkan bahwa semua pelet kolesterol dengan adanya selulosa meningkatkan laju pelepasan LHRHa secara in vivo, terutama bila dibandingkan dengan pelet kolesterol murni (100 %) yang mengandung coklat mentega sebagai agen perekat. Disimpulkan bahwa pelepasan LHRHa secara cepat (dalam waktu singkat) dapat dicapai dengan menggunakan pelet selulosa/kolesterol, sedangkan pelepasan LHRHa dalam waktu panjang dapat dicapai dengan menggunakan pelet kolesterol murni.

Cangkok LHRHa Meningkatkan Konsentrasi Hormon Gonadotropin Dalam Jangka Panjang

Crim et al. (1988) melaporkan bahwa LHRH analog dari mamalia, (D-Ala6, Pro9-NHEt)LHRH, merupakan hormon yang berpotensi merangsang pelepasan GtH pada ikan rainbow trout umur setahun yang testosteronnya mulai berkembang. Penyuntikan-sekali cairan yang mengandung 20 mikrogram/kg LHRHa menyebabkan peningkatan konsentrasi LHRHa sampai ke level yang dapat dideteksi di dalam plasma darah yang belangsung beberapa jam, dan mempunyai pengaruh berjangka relatif singkat terhadap profil GtH plasma yang berlangsung tidak lebih dari 48 jam dengan konsentrasi tertinggi GtH plasma terjadi selama beberapa jam pertama, yakni kira-kira 5 jam setelah perlakuan. Pemberian LHRHa melalui pencangkokan pelet kolesterol memperpanjang periode di mana hormon peptida ini bekerja terhadap ikan dan memungkinkan konsentrasi GtH plasma tetap tinggi dalam tubuh ikan selama lebih dari 48 jam, bahkan selama beberapa minggu tergantung pada jenis pelet selulosa/kolesterol yang dipakai. Pelet kolesterol murni, terutama yang mengandung agen perekat berupa mentega coklat, relatif lambat dalam melepaskan LHRHa sehingga memungkinkan pelepasan LHRHa dalam jangka panjang (berminggu-minggu). Dalam hal ini metode pencangkokan intraperitoneal maupun intramuskular sama-sama efektif. Sulit untuk menentukan dosis LHRHa yang tepat dalam cangkokan kolesterol bagi ikan-ikan dengan ukuran dan spesies yang berbeda; data terdahulu memperkuat dugaan bahwa untuk merangsang pemijahan ikan sea bass dengan berat badan 1 sampai 5 kg, dosis ambang LHRHa dalam sebuah pelet kolesterol kira-kira adalah 25 – 125 mikrogram hormon per pelet.


REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda