Senin, 11 Oktober 2010

Pakan Alami Penaeus

Arsip Cofa No. K 1443

Isi Perut Udang Penaeus indicus dan Penaeus merguiensis

Pakan yang tidak tepat merupakan salah sebab kematian Penaeus. Informasi mengenai pakan alami udang dan karakteristik nutrisinya merupakan latar belakang yang penting dalam menyusun formula pakan buatan (Angsupanich et al., 1999).

Berangkat dari fakta bahwa ukuran udang budidaya paling besar hanya sepertiga dari ukuran udang laut liar, Hou dan Liang (1992) melakukan penelitian terhadap masalah ini. Mereka menyimpulkan bahwa pakan hidup dan segar mengandung sejenis enzim aktif yang memungkinkan udang bisa secara sempurna mengasimilasi zat-zat gizi yang ada di dalam pakan sehingga mempercepat pertumbuhannya.

Dalam habitat aslinya makanan Penaeus berupa organisme yang ada di dalam lingkungannya itu. Sebagai contoh, P. setiferus, merguiensis, indicus dan stylirostris yang menghuni perairan dekat pesisir memakan mikroorganisme bentik. (Longhurst and Pauly, 1987; Macnae, 1968). Demikian pula pakan alami P. indicus dan P. merguiensis di Teluk Tammalang, Thailand Selatan terdiri dari (berdasarkan frekuensi kejadian) 56-89 % bivalva, 44-83 % gastropoda, 16-71 % amfipoda, 4-29 % polikhaeta, 20-44 % foraminifera, 25-52 % jaringan tumbuhan dan 4-23 % diatom (Angsupanich et al., 1999).

Angsupanich et al.(1999) melaporkan bahwa Penaeus bersifat omnivora sampai kisaran tertentu meskipun beberapa spesies menunjukkan spesialisasi makanan. Dari penelitian terhadap 5 jenis penaeid Australia diusulkan agar udang penaeid digolongkan sebagai "pemakan detritus" atau "omnivora pemakan sisa-sisa mahluk hidup". Laporan lain menyebutkan bahwa P. indicus makan terutama krustasea seperti kopepoda, ostrakoda, amfipoda, dekapoda kecil dan larva-larvanya, sementara larva echinodermata, moluska, polikhaeta, juga hidroid, trematoda dan foraminifera kadang-kadang ditemukan dalam usus udang ini

Pakan Alami Udang Penaeus esculentus dan Penaeus semisulcatus

Wassenberg dan Hill (1987) melaporkan bahwa bivalva, gastropoda, ophiuroidea, krustasea dan polikhaeta merupakan makanan yang paling melimpah pada juvenil dan dewasa P. esculentus dan P. semisulcatus. Kedua peneliti ini juga menunjukkan bahwa perbedaan makanan udang disebabkan perbedaan ketersediaan makanan tertentu. P. esculentus lebih menyukai krustasea sebagai makanan daripada bivalva jika pilihan tersebut tersedia. Sedangkan juvenil spesies lainnya, P. japonicus, tampaknya merupakan karnivora oportunistik yang lebih menyukai makrobentos dan chironomid. Pada penelitian lain ditunjukkan bahwa P. setiferus dalam lingkungan mikronya lebih menyukai polikhaeta capitellidae daripada jenis makrobentos lainnya.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Pakan Alami Penaeus dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

Larva P.monodon telah dipelihara dari zoea-1 (Z-1) sampai misis-3 (M-3) dengan menggunakan pakan dua jenis alga Chaetoceros calcitrans dan Tetraselmis chuii. Naupli Artemia ditambahkan pada kedua perlakuan untuk fase misis. Rata-rata tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan berbeda nyata pada level 5 % selama hari kedua dan ketiga kultur, tetapi tidak berbeda nyata selama tahap misis dan akhir periode kultur 8-hari. Larva Z-3 dan M-3 yang diberi pakan C. calcitrans memiliki kandungan protein kasar lebih rendah tetapi lipidanya lebih tinggi daripada larva yag diberi T. chuii. Perbedaan kandungan karbohidrat terlihat pada larva M-3 (Tobias-Quinitio dan Villegas, 1982).

Berbagai spesies fitoplankton telah digunakan sebagai pakan dalam kultur larva penaeidae. Tobias-Quinitio dan Villegas (1982) melaporkan bahwa pertumbuhan larva P. setiferus dan P. aztecus lebih cepat dengan pakan Tetraselmis daripada dengan Skeletonema. Penggunaan diatom, Chaetoceros gracilis, sebagai pakan istimewa untuk P. stylirostris dan P.vannamei dari fase zoea sampai misis adalah efektif dalam memperoleh tingkat kelangsugan hidup 84,8 %. Genus fitoplankton lainnya seperti Isochrysis, Cylindrotheca, Phaeodactylum dan Nitzschia telah digunakan dalam kultur penaeidae. Beberapa jenis menghasilkan peningkatan kelangsugan hidup dan laju pertumbuhan larva, sedang jenis-jenis lainnya menyebabkan pertumbuhan yang baik tetapi tingkat kelangsungan hidupnya rendah, dan sebaliknya. Perbedaan-perbedaan ini mungkin disebabkan ukuran atau komposisi kimia sel alga.

Baca juga :
Penaeus vannamei : Reproduksi, Budidaya, Pakan dan Pertumbuhan

Kelangsungan Hidup Larva Penaeus orientalis Yang Diberi Pakan Alga Spirulina dan Chaetoceros

Cao dan Xiang (1992) menggunakan Spirulina platensis sebagai satu-satunya pakan dalam kultur misis Penaeus orientalis. Chaetoceros muelleri dipakai sebagai pakan kontrol. Tingkat kelangsungan hidup larva udang yang diberi pakan S. platensis hanya 8,7 %, yang diberi pakan C. muelleri 28,7 % dan yang diberi pakan kedua jenis alga adalah 17,5 %. Kesimpulannya adalah bahwa S. platensis bukanlah pakan yang ideal bila digunakan sendirian untuk misis P. orientalis meskipun ia mengandung protein yang melimpah.

Pakan Terbaik Bagi Udang Penaeus vannamei dan Penaues stylirostris

Chamberlain dan Lawrence (1985) mempelajari pengaruh pemberian pakan berupa kerang, udang, cumi-cumi dan cacing serta campuran keempat jenis pakan terbebut terhadap pertumbuhan dan reproduksi Penaeus vannamei dan P. stylirostris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan campuran memberikan pengaruh paling baik, sedang cumi-cumi merupakan pakan tunggal terbaik, diikuti oleh udang, cacing dan kerang. Laju pertumbuhan udang yang diberi pakan campuran meningkat 4 - 7 kali lipat dibandingkan udang yang diberi pakan tunggal mana pun. Pemberian pakan campuran juga menyebabkan kematangan ovari dan pemijahan pada udang yang semula mendapat perlakuan tak produktif akibat pemberian pakan kerang saja.


REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda