Senin, 26 Maret 2012

Menarik atau Mengusir Ikan Dengan Suara dan Dampak Negatifnya

Arsip Cofa No. C 006

Keragaman Hasil Penelitian Pengaruh Suara Terhadap Ikan

Popper dan Hastings (2009) melaporkan bahwa perhatian dunia internasional makin meningkat terhadap pengaruh suara yang dibangkitkan-manusia terhadap ikan dan organisme air lainnya. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa suara yang dibangkitkan-manusia, sekalipun dari sumber berintensitas sangat tinggi, mungkin tidak berpengaruh pada beberapa kasus atau mungkin memberikan pengaruh yang berkisar dari perubahan kecil tingkah laku dan bersifat sementara sampai kematian mendadak. Dalam hal ini, bagaimanapun, hampir tidak mungkin untuk membuat kesimpulan umum berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan satu sumber suara, satu spesies ikan, atau bahkan ikan dari satu kelompok ukuran untuk diterapkan pada sumber suara lain, spesies lain atau kelompok ukuran lain.

Free Download E-book Perikanan

Keunggulan dan Kelemahan Metode Akustik/Penginderaan Jauh Dalam Menduga Stok Ikan

Stepnowski et al. (1993) menyatakan bahwa selama dua dekade terakhir ini metode akustik pendugaan stok ikan memperoleh lebih banyak perhatian dibandingkan metode hasil tangkapan trawl konvensional seperti Catch Curve Method (CCM) atau metode biostatistik lain, seperti Virtual Population Analysis (VPA) dan Length based Fish Stock Assesment (LFSA). Lebih jauh, metode akustik tidak menghadapi masalah dengan diperkenalkannya metode penginderaan jauh satelit, seperti Advanced Very High Resolution Radiometer (AVHRR) pada seri NOAA atau Coastal Zone Colour Scanner (CZCS) pada NIMBUS, untuk menduga kisaran sumber daya perikanan, untuk mengidentifikasi front-front samudra dan untuk mempelajari pola-pola permukaan – yang menentukan nasib telur dan larva ikan.

Menurut Stepnowski et al. (1993) metode biostatistik, meskipun memiliki banyak keunggulan, menghadapi sedikitnya tiga macam keterbatasan yang penting, yakni : lamanya waktu yang diperlukan untuk memperoleh data dan memproduksi hasil, tingginya biaya dan terbatasnya kemampuan automatisasi. Sementara metode penginderaan jauh (remote sensing), sekalipun memiliki keunggulan seperti cakupan daerah yang luas dan cepat, monitoring jangka panjang dan tidak mengganggu medium, namun teknik ini terbatas hanya pada fenomena-fenomena permukaan, tidak akurat, kesimpulan yang didapat terbatas dan memerlukan kalibrasi.

Penggunaan Suara Untuk Mengendalikan Tingkah Laku Ikan

Popper dan Carlson (1998) mengulas hasil-hasil penelitian mengenai penggunaan beberapa macam sinyal indra untuk mengendalikan dan memodifikasi tingkah laku ikan, terutama suara. Suara dalam kisaran infrasonik sampai ultrasonik berpotensi bisa berguna untuk mengendalikan tingkah laku ikan. Bagaimanapun, kebanyakan penelitian seperti ini memberikan hasil-hasil yang bertolak belakang kecuali bila ultrasonik digunakan untuk mengendalikan spesis ikan clupeidae. Diduga bahwa suara bila digabungkan dengan cahaya bisa digunakan untuk mengendalikan tingkah laku ikan.

Baca juga Alat Tangkap dan Kelestarian Sumberdaya Perikanan

Upaya Menarik Ikan Dengan Suara Berfrekuensi Rendah

Richard (1968) melakukan serangkaian penelitian untuk menentukan efektivitas sinyal suara berfrekuensi rendah dalam menarik ikan. Sinyal suara dibuat untuk merangsang pembentukan gangguan hidrodinamis yang biasanya berkaitan dengan pemangsaan aktif. Televisi bawah-air digunakan untuk mengamati kedatangan ikan selama periode kontrol maupun periode uji. Ikan pemangsa demersal berhasil ditarik meskipun mereka terbiasa berespon cepat terhadap rangsangan suara. Ikan karang herbivora, walaupun umum di sekitar lokasi uji, tidak tertarik. Disimpulkan bahwa teknik akustik untuk menarik ikan mempunyai potensi untuk diterapkan dalam perikanan komersial.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Dapatkah Mengusir Ikan Dengan Suara Berfrekuensi Tinggi ?

Dunning et al. (1992) mengamati respon ikan Alosa pseudoharengus terhadap suara berfrekuensi tinggi untuk mengembangkan sistem akustik guna mencegah ikan mendekati saluran pemasukan air di stasiun pembangkit listrik. Empat kelompok ikan dikenai berbagai frekuensi suara yang berkisar dari 110 sampai 150 kHz dengan tekanan suara 125 sampai 180 desiBell. Setiap kelompok ikan yang masing-masingnya terdiri-dari 20 atau 25 ikan diuji di dalam kurungan yang digantung di dalam air. Selama siang hari ikan menggerombol dan sangat menghindari nada yang putus-putus pada frekeunsi 110 dan 125 kHz dengan kebisingan 175 dB atau lebih, nada yang kontinyu pada 125 kHz dan 172 dB, dan suara “broadband” (jalur lebar) yang putus-putus antara 117 dan 133 kHz atau di atas 157 dB. Walaupun ikan dibiasakan dengan nada-nada ini, mereka makin menghindari suara broadband putus-putus pada 163 dB. Respon yang makin mantap dalam menghindari suara broadband mungkin disebabkan kisaran frekuensi sinyal ini. Pada malam hari, ikan Alosa tidak menggerombol, tidak berenang aktif dan tidak bereaksi dengan kuat terhadap suara broaband. Melemahnya respon penghindaran pada malam hari mungkin disebabkan tidak terbentuknya gerombolan ikan dan berkurangnya aktivitas renang.

Baca juga Dampak Positif Ukuran Mata Jaring (Mesh Size) Yang Besar

Kerusakan Pada Tubuh Ikan Akibat Suara

Hastings (1991) melaporkan bahwa suara yang mengganggu organisme air sering timbul di perairan; akibatnya, kebanyakan energi suara dari sumber bawah-air akan memasuki dan berinteraksi dengan tubuh organisme air tersebut. Suara yang sangat kuat bisa membuat tuli atau bahkan membunuh ikan. Hasil-hasil beberapa penelitian menunjukkan adanya kerusakan yang nyata seperti tuli dan organ dalam pecah yang disebabkan oleh suara bawah-air. Data yang tersedia menunjukkan, bagaimanapun, bahwa ikan menderita kerusakan organ-dalam dan gangguan fisiologi serta kerusakan fisik bila terkena tekanan suara yang cukup kuat selama periode yang relatif singkat. Hasil-hasil percobaan membuktikan adanya keterkaitan antara tekanan suara bawah-air yang berfrekuensi 100 sampai 500 Hz dengan berbagai bentuk kerusakan pada tiga spesies ikan air tawar. Disimpulkan bahwa ikan bisa menderita kerusakan morfologis internal (misal kerusakan pada bagian sel-sel rambut yang ada di telinga-dalam) meskipun tidak mengalami kerusakan fisik pada tubuh bagian luar atau gangguan tingkah laku. Jadi, tingkat tekanan suara yang berbahaya bagi organisme air mungkin sebenarnya jauh lebih rendah daripada yang biasanya dilaporkan.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda