Senin, 26 Maret 2012

Bioekologi, Keragaman Spesies dan Distribusi Moluska

Arsip Cofa No. C 007

Bioekologi Moluska

Menurut Hegner (1946) sebagian besar moluska mensekresi cangkang dari bahan kapur untuk melindungi tubuhnya yang lunak dari binatang-binatang lain dan dari kerusakan fisik karena lingkungan seperti pukulan ombak atau kekeringan. Tubuh moluska diselimuti oleh suatu selubung membran yang disebut mantel. Mantel inilah yang mensekresi cangkang. Moluska tersebar luas hampir di setiap tempat, di darat dan di laut. Siput (gastropoda) hidup di atas tanah dan bernafas dengan semacam insang. Sungai dan kolam merupakan habitat yang disukai banyak jenis siput, baik yang bernafas dengan insang maupun paru-paru. Moluska biasanya memakan vegetasi atau tumbuhan dan binatang mikroskopis, tetapi ada beberapa jenis yang memangsa binatang besar. Moluska meliputi sekitar 80.000 spesies yang telah dikenal.

Baca juga
Reproduksi Cumi-Cumi

Peranan Moluska Dalam Siklus Zat Kapur

Menurut Welch (1952) di antara binatang penghuni perairan darat, moluska memberikan sumbangan paling penting sebagai pembentuk kapur. Kalsium karbonat yang digunakan dalam pembentukan cangkang moluska pada akhirnya, setelah binatangnya mati, jatuh ke dasar perairan; dan di perairan dangkal yang dihuni populasi besar kerang dan siput, cangkang ini berperanan penting dalam membentuk endapan dasar perairan.

Baca juga
Bioekologi, Mortalitas dan Tingkah Laku Cumi-Cumi

Penyebaran Gastropoda dan Bivalva

Menurut Hickman et al. (2001) moluska ditemukan dalam kisaran habitat yang luas, dari daerah tropis sampai laut kutub, di tempat dengan ketinggian melebihi 7.000 meter, di kolam, danau dan sungai, di hamparan lumpur, di pantai dan di samudra terbuka. Kebanyakan di antara mereka hidup di laut dengan pola hidup yang beragam, termasuk pemakan dasar perairan (bottom feeder), peliang, pengebor dan pelagis. Di laut gastropoda umum dijumpai baik di zona litoral maupun di dasar laut yang dalam, bahkan ada yang hidup pelagis di permukaan laut. Beberapa gastropoda beradaptasi terhadap perairan payau dan yang lainnya terhadap perairan tawar. Di darat mereka dibatasi oleh beberapa faktor seperti kandungan mineral dalam tanah serta suhu ekstrim, kekeringan dan keasaman tanah. Kebanyakan bivalva hidup di laut, tetapi banyak pula yang menghuni perairan payau, sungai, kolam dan danau. Sebagian besar bivalva hidup menetap dan merupakan pemakan-penyaring (filter feeder) yang menangkap makanan yang dibawa arus air yang ditimbulkan oleh insang.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Moluska Purba Penghuni Karang dan Laguna

Pada periode interglasial akhir (sekitar 125.000 tahun yang lalu) terjadi pengangkatan terumbu karang Falmouth Formation di Jamaika yang mengandung berbagai jenis fauna moluska bentik. Koleksi moluska dalam jumlah banyak telah dikumpulkan dari dua lokasi terumbu yang kondisi lingkungannya bertolak belakang. Lumpur berkapur asal laguna telah sangat mengeras, yang menyebabkan bias ke arah individu-individu besar, sedangkan sedimen berpasir yang lembek berasal dari rangka karang dan memungkinkan menyampling banyak mikromoluska. Identifikasi terhadap lebih dari spesimen bivalva, gastropoda dan scapopoda menunjukkan bahwa fauna moluska dari setiap lingkungan didominasi oleh spesies yang berbeda. Berdasarkan jumlah, fauna rangka karang didominasi oleh mikrogastropoda Caecum pulchellum dan gastropoda epifauna lain, sedangkan Bulla striata dan cerithidae mendominasi sedimen laguna. Hanya Cerithium algicola yang menyusun lebih dari 2 % fauna di kedua lokasi (Donovan dan Littlewood, 1993).

Moluska Purba Penghuni Karang dan Laguna

Pada periode interglasial akhir (sekitar 125.000 tahun yang lalu) terjadi pengangkatan terumbu karang Falmouth Formation di Jamaika yang mengandung berbagai jenis fauna moluska bentik. Koleksi moluska dalam jumlah banyak telah dikumpulkan dari dua lokasi terumbu yang kondisi lingkungannya bertolak belakang. Lumpur berkapur asal laguna telah sangat mengeras, yang menyebabkan bias ke arah individu-individu besar, sedangkan sedimen berpasir yang lembek berasal dari rangka karang dan memungkinkan menyampling banyak mikromoluska. Identifikasi terhadap lebih dari spesimen bivalva, gastropoda dan scapopoda menunjukkan bahwa fauna moluska dari setiap lingkungan didominasi oleh spesies yang berbeda. Berdasarkan jumlah, fauna rangka karang didominasi oleh mikrogastropoda Caecum pulchellum dan gastropoda epifauna lain, sedangkan Bulla striata dan cerithidae mendominasi sedimen laguna. Hanya Cerithium algicola yang menyusun lebih dari 2 % fauna di kedua lokasi (Donovan dan Littlewood, 1993).

Keragaman Spesies Moluska di Zona Intertidal Berbatu

Roman Contreras et al. (1991) memberikan informasi mengenai moluska pantai yang dikumpulkan pada bulan Februari, Juni dan Agustus1984 di daerah pantai berbatu di Teluk Chamela, Meksiko. Lima puluh lima spesies moluska telah dikumpulkan dengan tangan, alat keruk (dredge) dan metode transek. Dua puluh sembilan spesies dikumpulkan dengan meode terakhir ini, 26 di antaranya adalah gastropoda dan hanya tiga spesies bivalva. Spesies moluska yang paling melimpah adalah Littorina aspera Philippi, Siphonaria palmata Carpenter, Nerita (R.) scabricosta Lamarck, Septifer zeteki Hertlein & Strong, Littorina modesta Philippi dan Nerita tuniculata Menke. Littorina aspera menghuni daerah di antara zona supralitoral dan garis surut maskimum, sedangkan Littorina modesta terbatas pada zona mesolitoral. Keragaman moluska paling tinggi adalah di daerah pantai berbatu dengan substrat yang beraneka ragam, dan keragaman rendah ditemukan di daerah berbatu-batu licin yang terlindung-sebagian. Karakeristik pantai berbatu adalah penting dalam pola-pola distribusi spesies. Coralliophila (C.) macleani Shasky, Nassarius limacinus (Dall), Ruthia mazatlanica Shasky dan Stylocheilus longicauda (Quoy & Galmard) adalah spesies-spesies moluska yang baru pertama ditemukan di Teluk Chamela.

Baca juga
Pengaruh Suhu Terhadap Moluska

Keragaman Spesies Gastropoda dan Bivalva di Garis Pantai dan Terumbu Karang

Gonzales et al. (1991) menganalisis 298 spesies moluska (99 bivalva dan 199 gastropoda) dari 33 lokasi sepanjang garis pantai dan terumbu karang Semenanjung Yucatan, Meksiko, dengan tujuan mengetahui kisaran geografis dan keragaman spesies. Daerah terumbu karang menunjukkan kekayaan spesies yang paling banyak. Famili dengan jumlah spesies terbanyak adalah Tellinidae, Arcidae, Mytilidae dan Lucinidae untuk lamellibranch (bivalva), sedangkan famili Fissurellidae dan Muricidae memiliki jumlah spesies terbanyak di antara gastropoda.

Baca juga
Pengaruh Lingkungan Terhadap Reproduksi Invertebrata

Habitat dan Distribusi Cephalopoda

Menurut Hickman et al. (2001) kelas cephalopoda mencakup cumi-cumi, gurita, nautilus dan sotong. Kisaran ukuran cephalopoda adalah mulai 2 atau 3 cm ke atas. Cumi-cumi yang umum dijual, Loligo, panjangnya sekitar 30 cm. Cumi-cumi raksasa Architeuthis adalah invertebrata terbesar yang kita kenal. Semua cephalopoda hidup di laut dan merupakan pemangsa aktif. Mereka tampaknya peka terhadap salinitas. Beberapa dijumpai di Laut Baltik, yang airnya kurang asin. Cephalopoda ditemukan di berbagai kedalaman laut. Gurita sering terlihat di zona intertidal, di antara celah-celah batu, tetapi kadang-kadang juga ditemukan di bagian laut yang dalam. Cumi-cumi yang lebih aktif jarang dijumpai di perairan yang sangat dangkal, dan kadangkala tertangkap pada kedalaman 5.000 meter. Nautilus biasanya ditemukan di dekat dasar laut pada kedalaman 50 sampai 560 meter, dekat pulau-pulau di Pasifik barat daya.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

1 Komentar:

Pada 12 Februari 2016 pukul 11.23 , Blogger Unknown mengatakan...

hegner (1946) dakpusnya mana yah?

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda