Senin, 01 Oktober 2012

Sungai : Perubahan Ekologi serta Dampak Terhadap Biota dan Laut

Arsip Cofa No. C 085

Sungai di Asia Tropis Sebagai Ekosistem Yang Terancam Punah

Dudgeon (1992) menyatakan bahwa di antara pengaruh manusia terhadap sungai-sungai Asia tropis, ada tiga yang mengkhawatirkan. Pertama, kerusakan basin drainase (terutama melalui penebangan hutan secara berlebihan) menyebabkan peningkatan beban sedimen tersuspensi dan meluasnya banjir. Lumpur yang secara luas menutupi hamparan banjir mengubah habitat yang menyebabkan lenyapnya atau berkurangnya jumlah spesies. Kedua, modifikasi aliran air yang mengancam eksistensi sungai dan telah dilakukan secara luas di Asia selama berabad-abad. Pencemaran sungai terjadi di seluruh benua Asia ini dan berperanan dalam memunculkan ancaman ketiga. Secara bersama-sama, ketiga ancaman tersebut menyebabkan penurunan populasi dan berbagai rintangan bagi binatang air dan spesies darat yang berhubungan dengan sungai dan dataran banjirnya. Lumba-lumba sungai dan beberapa jenis buaya sangat terancam; selain itu penurunan jumlah spesies unggas air, rusa dataran banjir, ikan, makrofita dan invertebrata telah didokumentasikan. Pembalikan kecenderungan ini adalah sulit karena kerusakan basin drainase, modifikasi aliran air dan pencemaran memiliki pengaruh merusak terhadap ekosistem sungai dan meningkatkan keberhasilan masuknya spesies asing.

Di samping itu, kemampuan ahli ekologi untuk menduga hasil perubahan buatan-manusia dibatasi oleh kekurangan pengetahuan mengenai sejarah hidup spesies dan kekurangan data mengenai basis kesuburan produksi. Walaupun kekurangan informasi rinci, konservasi sungai Asia tropis bisa diefektifkan hanya bila ahli limnologi lebih berperanan. Juga, strategi manajemen berbasis ekologi untuk sungai-sungai Asia tropis akan berhasil hanya bila segi sosio-ekonomi rencana pengembangannya ikut dipertimbangkan. Kegagalan mengatasi tantangan ini bisa menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada ekosistem sungai yang terancam punah tersebut.

Baca juga
Pengaruh Banjir Terhadap Biota Perairan

Perubahan Ekologi Sungai Akibat Limbah Air Panas

Srivastava et al. (1993) melaporkan bahwa air limbah dari pusat listrik tenaga panas berbahan bakar batu bara di Obra, India, masuk ke Sungai Rihand dan mengubah ciri-ciri ekologis ekosistem sungai tersebut. Suhu dan pH air sungai tersebut naik sedangkan kejernihan air, konsentrasi oksigen terlarut, klorida, NO3-N dan PO4-P berkurang. Di bagian sungai yang menerima air limbah, tidak ada fitoplankton selama periode penelitian satu tahun (Januari – Desember 1987). Alga chlorophyceae seperti Spirogyra dan Scenedesmus yang ada di hulu sungai yang tak terpengaruh limbah (lokasi kontrol) digantikan oleh alga Bacillariophyceae seperti Pinnularia dan Nitzschia dengan kepadatan fitoplankton berkurang di hilir sungai yang terpengaruh imbah. Di lokasi kontrol (rata-rata 12 bulan) kepadatan Chlorophyta menyumbangkan 335 unit/liter dari kepadatan fitoplankton total (774 unit/liter) diikuti oleh Cyanophyta (260 unit/liter) dan Bacillariophyta (188 unit/liter). Di lokasi yang terpengaruh limbah, kepadatan maksimum 112 unit/liter disumbangkan oleh Bacillariophyta diikuti oleh Chlorophyta 90 unit/liter dan Cyanophta 60 unit/liter, dengan kepadatan fitoplankton total 221 unit/liter. Indek keragaman fitoplankton dan produktivitas primer berkurang di zona yang terpengaruh limbah panas tersebut.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Perubahan Habitat Sungai dan Dampaknya Bagi Biota

Fisheries Division Queensland Department of Primary Industries (1999) melaporkan bahwa pohon tumbang dan batu yang ada di dalam air sungai serta tumbuhan bawah-air adalah penting bagi ekosistem sungai karena mereka menyediakan tempat berlindung, tempat memijah dan substrat tempat menempel. Perubahan habitat sungai seperti penyingkiran pohon tumbang dari sungai, termasuk penyingkiran kayu atau cabang pohon baik yang terendam maupun yang mencuat ke permukaan air, dan kanalisasi sungai (modifikasi buatan terhadap aliran air untuk memaksimumkan aliran air sungai dan meminimumkan banjir) akan menyebabkan tempat-tempat tersebut menjadi berkurang. Berkurangnya tempat memijah bisa menyebabkan penurunan keberhasilan pemijahan dan selanjutnya mengurangi keragaman fauna ikan yang ada. Penyingkiran vegetasi yang tumbuh di tepi atau tebing sungai juga menyebabkan kehilangan habitat karena vegetasi ini memberikan sumbangan secara langsung kepada habitat sungai melalui pohon-pohon yang tumbang, serasah daun dan ranting yang jatuh ke sungai. Sisa-sisa vegetasi yang tenggelam menyediakan tempat berlindung dan tempat pemijahan yang penting bagi ikan. Penyingkiran vegetasi tepi sungai merupakan salah satu penyebab utama kehilangan habitat di sungai-sungai Queensland, Australia.

Fisheries Division Queensland Department of Primary Industries (1999) menambahkan bahwa bendungan bertindak sebagai perangkap sedimen dan dapat menjebak lebih dari 95 % beban sedimen yang diangkut oleh sungai, dengan air yang meninggalkan bendungan relatif bebas dari sedimen. Hal ini menyebabkan perubahan tajam pada komposisi substrat dan morfologi sungai bagian hilir. Bila kecepatan arus yang meninggalkan bendungan adalah cukup deras, maka hamparan sedimen di hilir sungai bisa terkikis. Hal ini bisa menyebabkan erosi yang cukup besar dan pergeseran tebing sungai bagian hilir serta kerusakan habitat yang penting bagi biota sungai.

Baca juga
Pengaruh Hujan Terhadap Perairan

Pemasukan Sedimen dan Perubahan Morfologi Paparan Benua Oleh Sungai

Longhurst dan Pauly (1987) menyatakan bahwa sungai-sungai besar bisa memodifikasi morfologi paparan benua : sungai Indus, Gangga, Irawady, Amazon, Orinoco, Niger, Zambezi dan sungai Tigris-Eufrat semua memperlebar paparan benua di dekatnya dan membentuk hamparan sedimen mirip kipas di bawah lereng benua. Kipas Gangga meluas sampai ribuan kilometer di dalam Teluk Benggala. Laut-laut tropis menerima sedimen lebih dari 11 juta ton per tahun dari beberapa sungai besar yang mendominasi limpasan air dari benua. Nilai total ini adalah lebih dari 83 % dari semua sedimen yang dibuang ke laut secara global. Tidaklah mengherankan bahwa statistik ini tercermin dalam distribusi sedimen di laut dan paparan benua tropis, juga tercermin dalam tingginya kekeruhan laut pesisir di daerah-daerah tropis.

Baca juga
Kebijakan Lingkungan Nasional dan Peran Masyarakat

Pengaruh Sungai Terhadap Salinitas Air Laut

Longhurst dan Pauly (1987) menyatakan bahwa di beberapa paparan benua, massa air permukaan tropis menjadi lebih dipengaruhi oleh buangan sungai dan diencerkan oleh hujan. Hal ini muncul sebagai fenomena yang secara umum disebut “estuarisasi” paparan benua, atau muncul sebagai lidah buangan air sungai. Peta salinitas permukaan air menunjukkan beberapa daerah di mana estuarisasi paparan benua adalah penting : Teluk Benggala, Laut Cina Selatan, Teluk Panama dan Teluk Guinea. Lidah massa air dari sungai-sungai besar seperti Kongo dan Amazon, dan juga beberapa sungai kecil selama musim hujan, tetap dapat diidentifikasi bahkan di dalam daerah-daerah yang mengalami estuarisasi ini, dan massa air permukaan tropis bersalinitas rendah juga cenderung memiliki kekeruhan dan endapan lumpur yang relatif tinggi.

Baca juga
Subsistem Perairan Pesisir : Estuaria

Teluk Benggala merupakan lokasi klasik estuarisasi paparan benua, dan salinitas di bawah 20 ‰ ditemukan di sebagian besar daerah ini pada akhir periode bertiupnya angin muson barat-daya pada bulan September – Oktober yang disebabkan oleh air buangan sungai dan curah hujan yang melebihi penguapan. Setelah angin muson timur-laut (kering) bertiup, salinitas mulai naik karena penguapan melebihi pemasukan air tawar dari semua sumber. Pembalikan arah angin muson ini juga membalikkan arah “gyre” (sirkulasi massa air laut) di Teluk Benggala sehingga salinitasnya naik selama musim dingin utara, sementara massa air payau perlahan-lahan hilang dari pesisir India dan didorong kembali ke arah pesisir timur Teluk Benggala (Longhurst dan Pauly, 1987).

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda