Sabtu, 13 Oktober 2012

Virus Pada Udang Penaeidae

Arsip Cofa No. C 090

Lima Jenis Virus Utama Pada Udang Windu

Flegel (1997) melaporkan bahwa ada lima jenis virus yang berbeda yang baru-baru ini dipelajari pengaruhnya terhadap budidaya komersial udang windu (Penaeus monodon) di Thailand. Beberapa di antara virus ini menyebabkan penyakit pada spesies udang penaeidae lain dan bahkan pada spesies krustasea lain. Sebagian virus tersebut tidak hanya ada dalam udang budidaya di negara-negara Asia lain, tetapi juga ditemukan pada udang di Australia dan negara-negara di belahan bumi bagian barat. Dalam urutan dari yang memberikan dampak ekonomi terbesar sampai terkecil bagi industri udang Thailand, kelima jenis virus tersebut adalah : white-spot baculovirus, yellow-head virus, hepatopancreatic parvo-like virus, “infectious hypodermal and hematopoeitic necrosis” (IHHN) virus dan monodon baculovirus.

Baca juga
Virus di Dalam Laut, Kerang dan Ikan

Virus Pada Udang Penaeidae

Spann dan Lester (1997) menyatakan bahwa budidaya udang penaeidae di seluruh dunia sangat tergantung pada stok yang ditangkap dari alam liar sehingga sangat berpotensi memasukkan patogen-patogen baru, terutama virus, ke dalam sistem budidaya. Dari 13 virus yang menyerang udang penaeidae budidaya, tujuh di antaranya telah dipelajari dalam 5 tahun terakhir; wabah penyakit virus yang paling merugikan untuk buddiaya udang penaeidae juga telah dilaporkan dalam 5 tahun terakhir. Selama pengamatan terhadap udang liar lokal dan udang budidaya, empat virus baru ditemukan. “Bennettae baculovirus” ditemukan dalam kelenjar pencernaan udang Metapenaeus bennettae liar. Virus ini sangat mirip dengan “monodon baculovirus” (MBV), tetapi memiliki virion yang lebih ramping, tidak bereaksi-silang dengan pemeriksaan DNA untuk MBV dan tidak menginfeksi Penaeus monodon. Dua virus yang secara morfologis tidak dapat dibedakan, satu bersifat patogen (yaitu virus yang berasosiasi dengan insang atau “gill-associated virus”, GAV) dan satu lagi tidak berbahaya (yaitu “lymphoid organ virus”, LOV), ditemukan dalam Penaeus monodon budidaya. LOV dan GAV sangat mirip dengan “yellow head virus” (YHV, virus kepala kuning) dari Thailand. Virus yang mirip dengan virus parvo ditemukan baru-baru ini dalam post larva Penaeus japonicus mati. Sejalan dengan meningkatnya intensitas budidaya udang di dunia, peneliti bisa berharap menemukan virus-virus penaeidae lainnya.

Baca juga
Virus di Perairan

Virus Pada Udang Budidaya Berasal Dari Udang Liar

Menurut Owens (1997) pada awal sejarah budidaya udang di Australia, jelas sekali bahwa keberadaan semua virus dalam akuakultur didahului oleh masuknya udang liar. Selama proses intensifikasi pertambakan, juga sangat jelas bahwa pemeliharaan udang pemijah dari alam liar berpotensi menimbulkan masalah. Tidak ada bukti bahwa virus-virus jenis baru diperkenalkan ke Australia, tetapi yang ada adalah virus-virus tersebut selalu telah ada di dalam udang liar di mana virus-virus tersebut menunggu kesempatan untuk berkembang biak bersamaan dengan meningkatnya kepadatan populasi udang dalam akuakultur. Informasi mengenai virus udang memperkuat dugaan bahwa fauna penyebab penyakit organisme laut di Australia merupakan bagian dari fauna Asia yang lebih besar. Bagaimanapun, ada beberapa bukti bahwa beberapa galur Australia adalah berbeda.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Infeksi Virus IHHN Pada Udang Penaeidae

Owens et al. (1992) melaporkan bahwa mortalitas kronis derajat-rendah telah menjadi wabah pada sekelompok udang Penaeus esculentus yang dihibridisasi dengan udang windu Penaeus monodon di Australia. Pengamatan histopatologis menunjukkan adanya perubahan jaringan yang luas pada insang, hipodermis (lapisan kulit bawah), kelenjar antena, jantung, tali saraf ventral, organ limfa, jaringan hematopoietik (jaringan pembentuk darah), otot dan jaringan penyokong yang mencakup jaringan penyokong intertubula di dalam hepatopankreas. Sel yang terinfeksi menunjukkan inklusi tipe A Cowdry internuklear dengan kromatin bertepi. Inklusi ini tidak bereaksi positif terhadap pewarnaan DHA Feulgen. Mikroskop elektron menunjukkan partikel-partikel berdiameter sekitar 20 nm di dalam sitoplasma dekat nukleus tetapi tidak ada virion. Semua ciri di atas sesuai dengan “infectious hypodermal and hematopoietic necrosis virus” (IHHNV). Virus lain yang menginfeksi udang-udang ini mencakup “lymphoidal parvovirus” (LPV), Plebejus baculovirus (PBV), baculovirus hemositik dan virus berbentuk ikosahedral besar. Ini merupakan laporan pertama tentang IHHNV di negara yang tidak mengimpor udang hidup dan diduga bahwa IHHNV muncul secara alami di daerah Australia Indo-Pasifik Barat.

Baca juga
Virus dan Bakteri Planktonik Dalam Perairan

Pengaruh Padat Penebaran dan Pertukaran Air Terhadap Infeksi Virus IHHN

Browdy et al. (1993) menyatakan bahwa telah lama diduga ada korelasi antara “runt deformity syndrome” (RDS; sindrom kelainan bentuk kerdil), kelainan morfologi, produksi yang rendah dan infeksi virus pada berbagai spesies udang penaeidae. Untuk itu dilakukan penelitian, dalam rancangan percobaan faktorial, dengan padat penebaran yang makin meningkat (60 dan 100/m2) dan pertukaran air yang makin sedikit (100 %, 50 % dan 10 % per hari) sebagai faktor. Dua belas tangki bervolume 29,2 m2 ditebari dengan post larva Penaeus vannamei, yang diduga terinfeksi virus IHHN, dari hatchery Central America, kemudian dipanen setelah 164 hari. Konsentrasi oksigen terlarut yang rendah menyebabkan kelangsungan hidup rendah (43,5 % dan 53,6 %) dalam tangki yang ditebari 100 ekor per m2 dan pertukaran air 10 % per hari. Padat penebaran dan pertukaran air berpengaruh sedikit terhadap kualitas air, kelangsungan hidup atau pertumbuhan udang pada kelompok-kelompok percobaan lainnya. “Runt deformity syndrome” berkorelasi dengan meningkatnya kejadian virus IHHN yang berkaitan dengan inklusi tipe A Cowdry dalam 4 sistem organ. Ada kecenderungan menurunnya kejadian inklusi ketika pertukaran air ditingkatkan dari 50 % menjadi 100 % per hari. Distribusi ukuran udang saat panen menunjukkan bahwa kelainan bentuk badan lebih jarang terjadi pada tangki yang kelangsungan hidup udangnya rendah, yang berarti bahwa mortalitas meningkat pada udang yang dengan parah terinfeksi RDS.

Baca juga
Pengaruh Ablasi Terhadap Molting dan Pertumbuhan Penaeidae

Pertumbuhan dan Kekebalan Udang Yang Pernah Terinfeksi Virus IHHN

Martinez-Cordova (1992) melaporkan bahwa stok udang biru (Penaeus stylirostris) yang terinfeksi virus IHHN (infectious hypodermal and hematopoietic necrosis) telah dipelihara tanpa sengaja di dalam kolam tanah di Sonora, Meksiko, selama musim semi – musim panas. Meskipun kelangsungan hidup udang biru yang terinfeksi tersebut adalah rendah, namun pertumbuhan udang yang bertahan hidup adalah sangat baik dan tampaknya sehat. Udang biru yang tetap hidup setelah terinfeksi adalah kebal terhadap virus IHHN.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda