Selasa, 02 Oktober 2012

Pengaruh Padat Penebaran Dalam Akuakultur

Arsip Cofa No. C 086

Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Produksi Penaeus monodon dan Kualitas Air

Allan dan Maguire (1992) melaporkan bahwa enam belas kolam fiberglas berdiameter 3,5 meter dan tinggi 1,2 meter dengan dasar sedimen telah digunakan sebagai model kolam budidaya udang windu (Penaeus monodon) untuk meneliti pengaruh empat tingkat padat penebaran (5, 15, 25 dan 40 udang per m2) terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perolehan berat pada udang serta kualitas air, sumber daya pakan alami, perilaku makan udang dan pengembalian ekonomi (economic return). Kelangsungan hidup udang adalah tinggi (lebih dari 88 %) dan tak terpengaruh (P > 0,05) oleh padat penebaran dan ada hubungan eksponensial yang makin menurun secara nyata (P < 0,05) antara perolehan berat dan padat penebaran (y = 9,177 e-0,0103x; r = -0,88) dan hubungan linier yang meningkat secara nyata (P < 0,001) antara biomas final total (g/m2) dan padat penebaran (y = 21,044 + 8,348x ; r = 0,99). Perolehan biomas, konsumsi pakan semu (input pakan) dan rasio konversi pakan meningkat (P < 0,001) dengan meningkatnya padat penebaran.

Analisis ekonomi sederhana menunjukkan bahwa pengembalian ekonomi dipengaruhi oleh padat penebaran (P < 0,01), tetapi perbedaan antara perlakuan-perlakuan yang lebih menguntungkan (15, 25 dan 40 udang per m2) adalah tidak nyata (P > 0,05). Konsentrasi oksigen terlarut dan konsentrasi pigmen alga dipengaruhi oleh padat penebaran (P < 0,001), namun efek terkait-padat penebaran terhadap kualitas air tidak menjelaskan penurunan pertumbuhan udang akibat meningkatnya padat penebaran. Kepadatan populasi makrobentos, tetapi tidak berlaku untuk meiobentos, dalam lapisan sedimen pada setiap kolam menurun dengan meningkatnya padat penebaran. Bagaimanapun, penurunan pertumbuhan udang pada padat penebaran yang lebih tinggi mungkin disebabkan oleh menurunnya aktivitas memakan plankton (grazing) seperti ditunjukkan oleh jumlah lambung yang tidak mengandung pakan alami maupun pakan tambahan.

Baca juga
Pengaruh Kekurangan Oksigen Terhadap Ikan dan Makrobentos

Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Mortalitas Kerang Abalon (Haliotis)

McCormick et al. (1989) dalam Guzman del Proo (1992) melaporkan bahwa kerang abalon merah (Haliotis rufescens), hijau (Haliotis fulgens) dan pink (Haliotis corrugata) yang dibesarkan di hatchery dan panjang rata-rata 35 mm telah dibudidayakan selama 11 bulan dalam sistem budidaya tangki di darat di Oxnard, California, AS, dan pada saat yang bersamaan selama 9 bulan dalam rangkaian wadah berupa separuh-tong yang digantungkan dalam air di lepas pantai pulau San Martin, Baja California, Meksiko. Abalon juvenil ditebarkan dalam tangki pada kepadatan yang setara dengan 10 % dan 20 % dari luas permukaan yang tersedia. Padat penebaran di dalam tong berkisar antara 8 % sampai 17 % dari luas permukaan interior. Abalon hijau menunjukkan mortalitas terendah, dengan rata-rata 1 % per bulan, baik pada padat penebaran rendah maupun tinggi. Mortalitas abalon merah pada padat penebaran tinggi dan rendah di dalam tangki dan tong rata-rata 4 % per bulan selama 6 bulan pertama kemudian turun menjadi 1 % per bulan. Abalon pink yang ditebarkan pada kepadatan tinggi di dalam tangki memilki mortalitas tinggi (7 % - 16 %) selama dua bulan pertama. Abalon merah dan hijau tumbuh dengan laju yang bisa dianggap sama di dalam tangki dan tong. Dampak laju pertumbuhan, kelangsungan hidup serta rasio panjang dan total berat menunjukkan bahwa abalon hijau bisa menjadi alternatif pengganti abalon merah, yang merupakan standar industri, untuk budidaya komersial di daerah perairan hangat.

Baca juga
Budidaya Ikan Intensif : Padat Penebaran, Kualitas Air dan Penghematan Biaya

Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Produksi Ikan Polikultur

Fex de Santis (1988) mempelajari pengaruh padat penebaran terhadap polikultur ikan black cachama (Colossoma macropomum), ikan nila (Oreochromis niloticus) dan bocachico (Prochilodus reticulatus magdalenae). Kolam budidaya dipupuk setiap 15 hari, dan diberi pakan dengan kadar protein neto 24 % untuk semua ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat penebaran yang diuji tidak berpengaruh terhadap produktivitasnya. Ikan cachama mencapai laju pertumbuhan yang lebih tinggi.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Anak Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Dambo dan Rana (1993) mengevaluasi pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup anak ikan nila (Oreochromis niloticus). Anak ikan nila ini (berat rata-rata 10,56 ± 0,28 mg, panjang rata-rata 9,09 ± 0,05 mm) ditebarkan dalam tangki-tangki bervolume 2 liter dengan kepadatan 2, 5, 10, 15 dan 20 ekor per liter dan dipelihara selama 33 hari setelah pembuahan, pada suhu 30 oC (± 1 oC). Panjang rata-rata, berat rata-rata, dan laju pertumbuhan spesifik secara nyata lebih rendah (P < 0,05) untuk padat penebaran yang lebih banyak. Koefisien keragaman untuk kelima tingkat padat penebaran adalah berbeda nyata (P < 0,05). Faktor kondisi, bagaimanapun, tidak berbeda nyata (P < 0,05) dan kelangsungan hidupnya adalah tinggi untuk semua perlakuan padat penebaran. Data ini menunjukkan bahwa kultur Oeochromis niloticus adalah layak pada semua tingkat padat penebaran yang diuji tetapi 5 – 10 ikan per liter disarankan untuk kultur anak ikan di hatchery (pembenihan) bila menghendaki ukuran yang lebih seragam.

Baca juga
Pengaruh Kekeruhan Terhadap Binatang Air

Pengaruh Padat Penebaran Ikan Terhadap Konsumsi Makanan, Pertumbuhan dan Konsumsi Oksigen

Joergensen et al. (1993) mengukur laju pengambilan makanan, laju pertumbuhan dan laju konsumsi oksigen pada ikan Arctic charr (Salvelinus alpinus), yang ditebarkan dengan kepadatan rendah (15 kg/m3), sedang (60 kg/m3) dan tinggi (120 kg/m3). Laju pertumbuhan adalah sama untuk ikan-ikan yang ditebarkan pada kepadatan sedang dan tinggi, tetapi berkurang banyak untuk kelompok ikan yang ditebarkan pada kepadaan terendah. Perbedaan pertumbuhan mungkin disebabkan oleh perbedaan yang serupa dalam hal laju pengambilan makanan. Rendahnya laju pengambilan makanan mungkin juga merupakan sebab utama rendahnya laju konsumsi oksigen pada kelompok ikan yang ditebarkan dengan kepadatan rendah. Padat penebaran mempengaruhi perilaku ikan, dan perilaku menggerombol diamati pada kelompok ikan dengan padat penebaran sedang dan tinggi. Tidak ditemukan korelasi nyata antara panjang badan awal, laju pengambilan makanan dan laju pertumbuhan ikan pada semua kelompok padat penebaran. Oleh karena itu, hambatan sosial akibat pembentukan hierarki dominansi pastilah bukan merupakan sebab utama penurunan nafsu makan dan pertumbuhan pada ikan-ikan yang ditebarkan dengan kepadatan rendah.

Baca juga
Hubungan Aerasi dengan Kejadian Penyakit dan Parasit Ikan

Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Kondisi Fisik dan Pertumbuhan Ikan

Purser dan Hart (1991) mengulas hasil-hasil penelitian yang mempelajari hubungan antara padat penebaran ikan rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) dan pertumbuhannya. Pada padat penebaran yang tinggi, ikan terlihat stres, kondisinya buruk, berwarna gelap, bergerak lamban, siripnya rusak dan tampak kesulitan mencari makan. Hubungan yang terbalik ditemukan antara pertumbuhan dan kepadatan ikan.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda