Selasa, 29 Januari 2013

Alergi Terhadap Ikan dan Makanan Laut

Arsip Cofa No. C 130

Konsep Umum Alergi

Lehrer et al. (1992) menyatakan bahwa alergi merupakan respon tak normal sistem kekebalan terhadap substansi asing, yang biasanya tidak berbahaya, seperti serbuk sari, kutu debu rumah, jamur atau makanan. Istilah alergi sinonim dengan “immediate hypersensitivity” (kepekaan-berlebihan yang bersifat segera). Alergi merupakan masalah umum, yang mempengaruhi sedikitnya 15 – 20 % orang Amerika dan mungkin sejumlah cukup besar penduduk negara industri lainnya. Secara umum, sistem kekebalan mempunyai fungsi perlindungan yang menentukan apakah protein jaringan dan molekul besar lain merupakan benda asing melalui produksi sel-sel immunocompetent (sel penanggung jawab kekebalan) dan antibodi. Antibodi merupakan molekul protein, yang sintesisnya terangsang bila terkena antigen.

Pada manusia, antibodi dikelompokkan menjadi empat kelas utama imunoglobulin (IgG, IgA, IgM dan IgE). IgE menarik perhatian karena kaitannya dengan alergi atau reaksi hipersensitif yang segera. Alergen merupakan antigen yang merangsang respon IgE di dalam plasma sel jaringan limfoid yang terletak di dalam saluran pernafasan dan gastrointestinal. Pathogenesis (kemuncukan penyakit) akibat reaksi alergi melibatkan interaksi alergen spesifik dan antibodi IgE yang terikat pada reseptor berbagai sel, seperti sel-sel tiang atau basophil. Penjembatanan antara antibogi IgE terikat-sel dengan alergen menyebabkan pelepasan mediator (perantara), seperti histamin, leukotriene atau sitokin, yang diwujudkan dalam bentuk reaksi alergi (Lehrer et al., 1992).

Baca juga :
Keberadaan Bakteri Pembentuk Histamin Pada Daging Ikan

Protein Penyebab Alergi Terhadap Ikan

Taylor et al. (2004) menyatakan bahwa alergi terhadap ikan merupakan reaksi alergi makanan yang umumnya diperantarai oleh IgE, terutama di daerah geografis di mana ikan menjadi bahan makanan penting. Alergi ikan diduga mempengaruhi 0,4 % dari total populasi manusia di Amerika Serikat. Semua spesies ikan diyakini bisa menyebabkan alergi, tetapi reaksi alergi terhadap ikan yang dilaporkan dalam literatur kedokteran paling banyak disebabkan oleh ikan cod dan salmon. Senyawa utama dalam tubuh ikan yang menyebabkan alergi adalah sejenis protein otot yang terdapat secara alami yang dikenal sebagai parvalbumin. Protein lain dalam tubuh ikan yang terbukti menyebabkan reaksi alergi adalah mencakup kolagen.

Baca juga :
Bakteri Pada Makanan Laut

Penyebab Alergi Terhadap Ikan dan Kerang

Wild dan Lehrer (2005) menyatakan bahwa ikan dan kerang adalah penting dalam makanan dan ekonomi Amerika. Hampir $ 27 milyar dibelanjakan setiap tahun di Amerika Serikat untuk belanja produk makanan laut. Ikan dan kerang juga merupakan penyebab penting hipersensitivitas makanan. Pada kenyataannya, kerang menjadi nomor satu penyebab alergi makanan pada orang Amerika dewasa. Penyebab utama alergi yang terkandung dalam tubuh berbagai spesies ikan dan amfibi adalah parvalbumin. Penyebab utama alergi pada kerang telah diidentifikasi sebagai tropomyosin. Banyak agen baru penyebab alergi reaksi-silang telah diidentifkasi di dalam famili ikan dan di antara kerang, laba-laba dan serangga.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Resiko Alergi pada Pekerja Pabrik Tepung Ikan

Droszcz et al. (1981) memeriksa 51 pekerja pabrik tepung ikan di empat kota pelabuhan di Polandia . Mereka telah bekerja di pabrik tepung ikan selama 1 – 33 tahun dengan rata-rata 10,7 tahun. Semuanya kecuali tujuh orang adalah perokok. Penelitian mencakup kuisioner gejala-gejala pernafasan, sinar-X terhadap dada, pengujian fisik, pendugaan fungsi pernafasan, uji kulit intradermal (kulit bagian dalam) terhadap 10 genus ikan, total serum IgE dan uji presipitin serum terhadap antigen ikan. (Catatan : presipitin adalah antibodi yang menghasilkan gumpalan ketika bereaksi dengan antigen).

Dalam penelitian tersebut, Droszcz et al. (1981) menemukan bahwa penyakit bronchitis kronis ditemukan pada 29 pasien yang diperiksa. Sebanyak 12 orang (23 %) pasien, berdasarkan riwayat kasus mereka atau berdasarkan uji kulit, diduga kuat menderita alergi terhadap ikan; tetapi setelah dibuktikan berdasarkan peningkatan konsentrasi IgE dalam serum darah ternyata hanya dua dari jumlah ini yang menunjukkan alergi. Tidak ditemukan adanya presipitin serum terhadap antigen ikan. Pada enam pasien ditemukan adanya gangguan pernafasan tetapi hal ini disebabkan oleh kebiasaan merokok. Berdasarkan penelitian ini, hanya dua pekerja yang menderita alergi terhadap ikan secara klinis dan imunologis. Dari sudut pandang praktis, jenis pekerjaan di pabrik tepung ikan ini adalah kurang berbahaya daripada yang diharapkan secara teoretis.

Baca juga :
Keracunan Makanan Akibat Mengkonsumsi Ikan Tengiri dan Tuna

Alergi Pada Konsumen dan Pekerja Pengolahan Produk Perikanan Laut

Lehrer et al. (1992) menyatakan bahwa makanan laut merupakan penyebab umum alergi makanan. Reaksi alergi dijumpai pada konsumen setelah menelan daging makanan laut dan pada pengolah makanan setelah menghirup uap dari makanan laut selama dimasak. Telah dilaporkan bahwa beberapa jenis makanan laut mungkin mengandung bahan beracun, yang menyebabkan reaksi serius pada konsumen ketika memakannya. Di samping racun, komponen normal makanan laut, yang biasanya berupa molekul protein tak berbahaya, dapat menyebabkan reaksi alergi hebat yang mengancam jiwa bagi orang yang peka.

Meskipun alergi makanan laut umum dijumpai dalam praktek pengobatan, jumlah kasus yang tepat belum dapat ditentukan. Diduga bahwa sekitar 100.000 sampai 250.000 orang Amerika sedang menghadapi resiko reaksi alergi terhadap produk makanan laut. Seperti pada kebanyakan studi alergi makanan, hanya sepertiga dari individu-individu yang peka-udang menunjukkan hasil uji penolakan udang yang positif. Kombinasi pengujian kulit udang positif dan Radioallergosorbent/RAST udang (> 11 % terikat) memberikan nilai dugaan terbaik (87 %) untuk respon penolakan positif. Walaupun terapi anti alergi telah dikembangkan, penghindaran secara terus-menerus merupakan cara terbaik untuk mengatasi alergi karena makanan, menghirup uap dan pekerjaan.

Lehrer et al. (1992) menambahkan bahwa alergi makanan laut terkait-pekerjaan belum banyak dipelajari, namun berdasarkan penelitian diduga bahwa 57.000 pekerja makanan laut Amerika sedang menghadapi resiko reaksi alergi terkait-pekerjaan. Dari segi alerginisitas berbagai makanan laut, tidak mengherankan bahwa sejumlah reaksi alergi terkait-pekerjaan telah ditemukan pada pekerja makanan laut, termasuk nelayan, pekerja udang, pekerja pengolah makanan laut, pemborong, koki restauran, pekerja budidaya perikanan, penggiling cangkang, pekerja pabrik tepung ikan, pengupas cangkang oyster dan yang mengolah dagingnya.

Baca juga :
Pendugaan Kesegaran Ikan

Alergi Terhadap Ikan pada Anak-Anak

de Martino et al. (1993) menyatakan bahwa alergi ikan adalah masalah klinis terkait dengan konsumsi dan/atau pengolahan ikan. Diperkirakan bahwa 4 – 5 individu tiap 1.000 anak mengalami alergi terhadap ikan cod. Sebagai satu kelompok, anak dengan alergi cod tampaknya menunjukkan kondisi atopic yang lebih hebat dan secara klinis lebih parah. (Atopic adalah bentuk alergi dengan reaksi yang hiper-sensitif seperti eksim atau asma meskipun tidak bersentuhan dengan agen penyebab alergi). Tingkat IgE z-score (rata-rata ± simpangan baku) adalah secara nyata (P < 0,001) lebih tinggi pada 68 anak yang positif-cod (14,27 ± 3,87) dibandingkan pada 533 anak yang positif terhadap alergen lain (8,12 ± 4,06).

Meskipun usia median kelompok ini lebih kecil (59 bulan), anak positif-cod memiliki frekuensi asma yang lebih tinggi (60,2 %) daripada anak dengan alergi jenis lain, dan umur pertama kali terkena asma adalah secara nyata lebih muda (P < 0,001) pada kelompok pertama (32 bulan) dibandingkan pada kelompok terakhir (41 bulan). Selain itu, urticaria (bercak merah pada kulit yang sangat gatal akibat reaksi alergi) dan angioedema (kondisi cairan ang berlebihan dalam pembuluh darah) lebih sering terjadi pada anak dengan alergi-cod (33,8 %) dibandingkan pada pasien dengan alergi pernafasan (6,3 %; P < 0,01), alergi pernafasan dan makanan selain ikan cod (14,8 %; P < 0,01), alergi makanan selain ikan cod (12,2 %; P < 0,01). Rasio pria : wanita pada anak alergi-cod (3,53) secara nyata lebih tinggi dibandingkan pada anak dengan alergi pernafasan (1,78; P = 0,037) atau makanan (0,68; P < 0,0001) (de Martino et al., 1993).

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda