Jumat, 01 November 2013

Ekskresi Nitrogen dan Amonia : Pengaruh Faktor Biotik dan Lingkungan

Arsip Cofa No. C 158

Pengaruh Kelaparan Terhadap Pola Harian Ekskresi Nitrogen

Brett dan Zala (1975) mengukur laju ekskresi amonia dan urea pada anak ikan sockeye salmon (Oncorhynchus nerka) di perairan tawar, pengukuran dilakukan pada selang waktu 2 – 3 jam sepanjang hari, rata-rata bobot ikan 29 gram dan suhu 15 oC. Satu kelompok ikan diberi pakan dengan ransum tetap sedangkan kelompok lain dilaparkan selama 22 hari. Ekskresi amonia meningkat tajam menjadi 35 mg N/kg per jam, 4 – 4,5 jam setelah mulai makan (pukul 08.30) dan turun ke tingkat dasar 8,2 mg N/kg per jam antara pukul 02.00 dan 08.00. Ekskresi urea relatif tetap stabil pada nilai rata-rata 2,2 mg N/kg per jam sepanjang hari. Ikan yang lapar menunjukkan laju ekskresi nitrogen yang mirip baik dengan ekskresi urea yang stabil maupun dengan ekskresi amonia tingkat dasar pada ikan yang diberi pakan. Konsumsi oksigen naik hingga mencapai puncak 370 mg oksigen/kg per jam tepat sebelum dan selama periode makan 1 jam, kemudian menurun menjadi 170 mg oksigen/kg per jam pada pukul 03.00. Untuk ikan yang lapar, fluktuasi metabolik harian ini berlangsung mulai dari awal (namun bervariasi dan nilainya makin berkurang), sedangkan ekskresi nitrogen tidak menunjukkan respon seperti ini. Disimpulkan bahwa untuk salmon pada suhu 15 oC yang tidak mengalami stres, amonia merupakan produk ekskresi utama metabolisme nitrogen eksogen.

Baca juga
Penanganan Kasus Keracunan Amonia di Akuarium dan di Kolam Ikan

Pengaruh Kadar Protein Pakan dan Tingkat Pemberian Pakan Terhadap Ekskresi Amonia

Chakraborty et al. (1992) mempelajari pengaruh kadar protein pakan dan tingkat pemberian pakan terhadap ekskresi amonia pada ikan mas, Cyprinus carpio. Ekskresi nitrogen dalam bentuk amonia ditentukan pada ikan mas yang bobot badannya 65,0 ± 8,0 gram dalam ruang metabolisme. Ikan diberi pakan dengan kadar protein 20, 35 dan 50 % pada tingkat pemberian 1, 2 dan 3 % bobot badan per hari. Ekskresi nitrogen sebagai persentase pakan yang ditelan adalah meningkat dengan meningkatnya kadar protein pakan tetapi menurun dengan bertambahnya tingkat pemberian pakan. Kehilangan energi dalam ekskresi berkisar dari 4,19 % (dengan kadar protein pakan 20 % pada tingkat pemberian 3 %) sampai 8,74 % (dengan kadar protein pakan 50 % pada tingkat pemberian 1 %).

Baca juga
Dampak Negatif Amonia Tak Terionisasi Bagi Ikan

Pengaruh Kelaparan dan Suhu Terhadap Ekskresi Amonia

Guerin-Ancey (1976b) mengamati pengaruh kelaparan dan suhu terhadap ekskresi amonia dan urea pada Ikan bass Dicentrarchus labrax yang telah diaklimasikan terhadap suhu 16, 18 dan 20 oC. Ekskresi amonia dan urea menurun selama periode kelaparan 7 hari hingga mencapai nilai konstan yang disebut “Endogenous Nitrogen Excretion” (ENE). Nilai ENE adalah 72 mg N per kg bobot badan ikan per 24 jam untuk amonia dan 12 mg N per kg per 24 jam untuk urea. ENE adalah sama untuk kelompok umur 0, 1 dan 2 serta terjadi lebih lambat pada suhu 16 oC dibandingkan pada 20 oC. Persentase urea yang diekskresi meningkat selama periode kelaparan. Cadangan nitrogen, berdasarkan hasil hitungan, adalah lebih besar pada ikan muda dan pada musim gugur.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Pengaruh Suhu Terhadap Ekskresi Nitrogen

Savitz (1969) mempelajari pengaruh suhu terhadap “Endogenous Nitrogen Excretion” (ENE) pada ikan Lepomis macrochirus yang diaklimasikan terhadap suhu 7,2 , 15,6 , 23,9 dan 29,4 – 32,2 oC. ENE adalah jumlah nitrogen yang diekskresi ketika ikan diberi makanan yang tidak mengandung protein – dalam penelitian ini adalah glukosa. ENE berhubungan secara langsung dengan jumlah protein tubuh yang dimanfaatkan untuk energi, dan protein ini harus diganti sebelum pertumbuhan dapat terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa “ekskresi nitrogen endogen” adalah sangat tinggi pada suhu tertinggi dan menurun dengan menurunnya suhu aklimasi dari 29,4 – 32,2 oC ke 15,6 oC. Laju ekskresi nitrogen adalah sama pada suhu 15,6 dan 7,2 oC.

Baca juga
Nitrogen Dalam Ekosistem Perairan

Pengaruh Suhu dan Bobot Badan Ikan Terhadap Ekskresi Amonia

Guerin-Ancey (1976a) meneliti pengaruh suhu dan bobot badan terhadap ekskresi amonia dan urea pada ikan Dicentrarchus labrax yang diaklimasikan terhadap suhu 12, 14, 16, 18, 20, 22 dan 24 oC. Laju ekskresi amonia dan urea adalah sangat tinggi pada suhu tertinggi yang dijuji dan menurun dengan menurunnya suhu. Antara suhu 18 dan 24 oC, laju ekskresi amonia adalah sama sedangkan laju ekskresi urea meningkat sejalan dengan naiknya suhu. Laju ekskresi pada ikan kelompok umur 0, 1 dan 2 juga dipelajari; hasilnya menunjukkan bahwa makin muda umur ikan maka laju ekskresinya menjadi faktor yang makin penting.

Pengaruh Volume Air Budidaya dan Konsentrasi Amonia Terhadap Ekskresi Amonia

Guerin-Ancey (1976c) mempelajari pengaruh volume air dan konsentrasi amonia lingkungan terhadap ekskresi amonia pada ikan muda yang diaklimasikan terhadap suhu 16, 18 dan 20 oC. Ikan bass Dicentrarchus labrax mengekskresi lebih sedikit amonia nitrogen ketika konsentrasi amonia di sekelilingnya meningkat dan ketika volume air berkurang. Ikan yang menghadapi masalah peningkatan konsentrasi amonia lingkungan menunjukkan peningkatan laju ekskresi urea. Keracunan amonia terjadi ketika konsentrasi amonia mencapai 10 mg/liter. Volume minimum yang bersifat non-autotoksik bagi ikan bass adalah 12 liter/kg pada suhu 16 oC, 15 liter/kg pada suhu 18 oC dan 15 – 20 liter/kg pada suhu 20 oC.

Baca juga
Hubungan Konsumsi Oksigen dan Ekskresi Amonia

Pengaruh Konsentrasi Amonia Lingkungan Terhadap Ekskresi Amonia Pada Udang

Chen dan Nan (1992) melaporkan bahwa ekskresi amonia-nitrogen, aktivitas total ATPase dan Na+, K+-ATPase pada udang Penaeus chinensis (10,38 ± 0,30 gram) yang secara individual dikenai 0,037, 5,043, 10,106 dan 20,093 mg/liter amonia-nitrogen (amonia sebagai nitrogen, baik yang tak terionisasi maupun yang terionisasi) telah ditentukan setiap 4 jam sampai 24 jam. Ekskresi amonia-nitrogen pada udang kontrol (yang dikenai konsentrasi amonia-nitrogen 0,037 mg/liter) meningkat sejalan dengan waktu. Ekskresi amonia nitrogen pada udang adalah meningkat dengan meningkatnya konsentrasi amonia-nitrogen lingkungan pada kisaran 0,037 sampai 5,043 mg/liter, tetapi menurun bila kisaran konsentrasi amonia-nitrogen lingkungan 5,043 sampai 20,093 mg/liter. Ekskresi amonia-nitrogen terhambat pada udang yang dikenai konsentrasi amonia-nitrogen lebih dari 10,106 mg/liter setelah 4 jam. Udang yang dikenai konsentrasi amonia-nitrogen 20,093 mg/liter mengambil lebih banyak amonia-nitrogen daripada udang yang dikenai konsentrasi amonia-nitrogen 10,106 mg/liter. Udang yang dikenai konsentrasi amonia-nitrogen 5,043 mg/liter menunjukkan aktivitas total ATPase dan Na+, K+-ATPase di dalam insang yang lebih tinggi daripada udang kontrol setelah 4, 8, 16 dan 24 jam. Bagaimanapun, aktivitas total ATPase dan Na+, K+-ATPase pada udang yang dikenai konsentrasi amonia-nitrogen 10,106 dan 20,093 mg/liter secara nyata lebih rendah dari pada udang yang dikenai konsentrasi amonia-nitrogen 5,043 dan 0,037 mg/liter setelah 8 jam.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda