Senin, 26 Maret 2012

Aspek Ekologi dan Pemanfaatan Kandungan Kimia Dalam Rumput Laut

Arsip Cofa No. C 008

Kandungan Protein Dalam Rumput Laut

Walford dan Wilber (1955) mengulas hasil-hasil penelitian mengenai kandungan protein dalam rumput laut. Penggunaan rumput laut sebagai sumber unsur kimia yang dibutuhkan manusia bukanlah hal baru. Praktek ini telah lama dilakukan sejak awal abad delapan belas. Dilaporkan bahwa asam-asam amino utama yang ditemukan dalam rumput laut Laminaria saccharina, Laminaria cloustoni, Ascophyllum nodosum dan Pelvetia canaliculata adalah sebagai berikut : asam aspartat, asam glutamat, glisin, alanin, valin, leusin, isoleusin. Pada spesies-spesies rumput laut tersebut juga ditemukan dalam jumlah sedang asam amino serin, treonin, prolin, fenilalanin dan lisin serta dalam jumlah sangat sedikit sekali asam amino arginin. Berdasarkan berat kering, spesies-spesies tersebut mengandung rata-rata 6,3 % peptida dan protein. “Daun” alga Laminaria mengandung sebanyak 14 % (berdasar berat kering) protein kasar di perairan Skotlandia pada waktu-waktu tertentu dalam setahun. Fucus vesiculosus ditemukan mengandung asam-asam amino berikut : glisin, alfa-alanin, tirosin, serin, treonin, sistin, metionin, arginin, lisin, prolin, histidin, asam aspartat, asam glutamat, valin, leusin, isoleusin dan fenilalanin. Pada spesies ini hidroksiprolin ditemukan bersama dengan ninhidrin, tetapi triptofan tidak pernah dijumpai. Kandungan protein pada Fucus vesiculosus bervariasi sesuai dengan musim dalam setahun dari 4 % sampai 14 %.

Baca juga Komunitas, Ekologi dan Pemanfaatan Rumput Laut

Variasi Geografis Kandungan Protein Dalam Rumput Laut

Walford dan Wilber (1955), berdasarkan laporan beberapa peneliti, menyimpulkan bahwa lokasi pengumpulan alga (rumput laut) tampaknya mempengaruhi kadar proteinnya. Alga dari laut terbuka mengandung nitrogen organik dalam jumlah lebih besar daripada yang dikumpulkan di perairan yang terlindung atau tempat di antara keduanya. Tepung rumput laut dari Denmark mempunyai kadar protein kasar sekitar 13 %, dibandingkan dengan yang dari perairan Skotlandia (11 %) atau Norwegia (7 %). Di Jepang, Laminaria dari daerah Horotzumi mengandung sekitar 6,4 % protein (berat kering), sedangkan Laminaria dari daerah Mitsuishi 8 %. Variasi serupa dalam hal kandungan alga di sepanjang pesisir California juga telah diketahui.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Variasi Musiman Biomas, Kadar Algin dan Manitol Pada Rumput Laut

Kalimuthu et al. (1991) melakukan penelitian dari bulan September 1985 sampai Agustus 1986 mengenai “standing crop” (panenan tetap), kadar algin dan manitol dari tiga spesies alga coklat Colpomenia sinuosa, Hydroclathrus clathratus dan Rosenvingea intricata yang tumbuh di Pulau Shingle dan Kilakkarai dekat Mandapam, India. Rumput laut spesies-spesies ini ditemukan antara bulan September dan Maret dengan biomas tumbuhan maksimum pada bulan Desember sampai Februari. Standing crop bervariasi dari 0,814 sampai 4,250 kg berat/m2 untuk Colpomenia sinuosa, 1,823 sampai 4,971 kg berat/m2 untuk Hydroclathrus clathratus dan 3,309 sampai 12,024 kg berat/m2 untuk Rosenvingea intricata dan kadar algin berkisar dari 4,7 sampai 14,1 %, 7,5 sampai 14,7 % dan 10,4 sampai 20,5 % berturut-turut dengan nilai-nilai maksimum selama Desember sampai Februari. Kadar manitol bervariasi dari 0,5 sampai 2,2 % dalam rumput-rumput laut ini. Tidak ada variasi musiman yang menyolok dalam hal hasil algin dan manitol pada ketiga jenis alga tersebut. Periode dari Desember sampai Februari adalah cocok untuk memanen tumbuhan penghasil algin ini guna memproduksi natrium alginat.

Baca juga Agar-Agar Rumput Laut

Pemanfaatan Rumput Laut Untuk Pupuk dan Pestisida

Crouch dan Van Staden (1993) melaporkan bahwa pekatan rumput laut, yang dibuat dari alga Ecklonia maxima, bila diberikan sebagai obat tanah ke benih tomat, secara nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman tersebut dan menurunkan serangan Meloidogyne incognita. Pekatan rumput laut yang diberikan ke daun tomat berpengaruh kecil terhadap pertumbuhan tanaman dan meningkatkan jumlah bisul nematoda. Pekatan rumput laut mengurangi efek menghambat terhadap serangan hama nematoda penyebab bisul-akar pada akar-terpotong tomat yang mudah terserang. Pemberian pekatan rumut laut dengan konsentrasi sama ke tanaman yang kebal-nematoda meningkatkan jumlah masa telur hama ini.

Baca juga Binder (Perekat) Dalam Pelet Pakan Ikan

Tepung Rumput Laut Sebagai Agen Pengikat Pakan dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ikan

Hashim dan Mat Saat (1992) mengevaluasi empat spesies rumput laut lokal (Ulva spp., Sargassum spp., Polycavernosa spp. dan Gracilaria spp.) dan karaginan sebagai agen pengikat pada pakan pelet untuk anak ikan gabus (Channa striatus) selama periode 8 minggu. Lima pakan isonitrogen (berkadar nitrogen sama) telah disiapkan yang mengandung 5 % agen pengikat ditambah 5 % tepung gandum. Pakan kontrol mengandung 10 % tepung gandum. Pakan berbasis karaginan memiliki stabilitas air terbaik sedangkan pakan kontrol yang hanya mengandung tepung gandum memiliki kestabilan terburuk setelah 60 menit. Laju pertumbuhan dan nilai efisiensi pakan terbaik telah diamati untuk ikan yang diberi pakan karaginan-tepung gandum. Di antara jenis-jenis rumput laut yang diuji, tepung Ulva spp. memiliki kestabilan terbaik serta memberikan laju pertumbuhan relatif dan nilai efisiensi pakan tertinggi. Kelangsungan hidup anak ikan tertinggi ditemukan untuk kelompok yang diberi pakan berbasis karaginan sedangkan kelangsungan hidup terendah adalah pada kelompok yang diberi pakan tepung Sargassum spp.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda