Kamis, 29 Maret 2012

Terumbu Karang : Kerusakan Oleh Manusia, Ikan, Bulu Babi, Alga dan El Nino

Arsip Cofa No. C 011

Kerusakan Terumbu Karang Oleh Kegiatan Manusia

Longhurst dan Pauly (1987) melaporkan bahwa terumbu karang saat ini terancam kerusakan di seluruh daerah distribusinya, terutama di tempat-tempat yang penduduk pesisirnya banyak, seperti di Afrika Timur, atau di daerah di mana pariwisata (dan penjualan karang hias) merupakan kegiatan ekonomi penting dan tidak diatur. Di Filipina, sebagai contoh, yang dekat dengan pusat keragaman karang, lebih dari 60 % luas terumbu karang asli telah dirusak dalam waktu 20 tahun oleh penangkapan ikan yang menggunakan dinamit, racun ikan dan muroami.

Guzman et al. (1991) menyajikan data mengenai umur, kelimpahan dan distribusi terumbu karang di Wildlife Refuge, Pulau Iguana, Panama. Total luas penutupan oleh karang hidup sebesar 30,6 % telah ditemukan dan terdiri dari 11 spesies. Pocilloporidae merupakan karang utama pembangun terumbu, yang mewakili 95 % dari luas penutupan oleh karang hidup. Daerah-daerah terumbu karang yang luas di sini telah rusak dengan laju yang lebih cepat selama tiga tahun terakhir akibat aktivitas manusia.

Baca juga Pembentukan, Pertumbuhan, Migrasi dan Keragaman Terumbu Karang

Pengikisan Karang oleh Aktivitas Makan Ikan

Longhurst dan Pauly (1987), berdasarkan laporan beberapa peneliti, menyimpulkan bahwa grazing (aktivitas memakan tumbuhan) oleh ikan herbivora di terumbu karang memasok serpihan batu kapur hingga menjadi endapan pasir putih di sekeliling terumbu karang tersebut. Di terumbu karang Pasifik dan Karibia, diduga bahwa produksi pasir halus oleh erosi karang akibat grazing ikan herbivora bisa mencapai 200 – 600 ton/km2/tahun.

Longhurst dan Pauly (1987) melaporkan bahwa ada sedikit spesies ikan yang secara khusus menyerang karang secara langsung, bahkan beberapa jenis ikan pipa (misal Oxymonacanthus), ikan bleni (misal Exallius) serta ikan kupu-kupu (misal Chaetodon) mengkhususkan diri memakan polip karang individual dan menggigit ujung-ujung cabang karang. Secara umum pemangsaan terhadap karang terbatas pada sedikit spesies ikan, dan potongan karang biasanya hanya merupakan bagian kecil dari material yang dimakan oleh ikan-ikan ini. Bagaimanapun, karena gigitan bisa menimbulkan kerusakan yang memungkinkan alga untuk masuk ke dalam rangka karang dan mencegah pertumbuhan-kembali jaringan karang hidup, kerusakan yang lebih parah bisa terjadi daripada sekedar penyingkiran jaringan tubuh karang sederhana. Beberapa ikan buntal kotak, seperti Ostracion, juga memakan polip karang. Ikan Monacanthidae menggunakan moncongnya yang kecil untuk memotong polip karang individual, sedangkan ikan Balistidae dengan gigi geligi yang lebih kuat dan moncong yang lebih pendek mampu menggigit potongan besar karang.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Kerusakan Terumbu Karang Oleh Bulu Babi

Longhurst dan Pauly (1987) melaporkan bahwa bulu babi Diadema antillarum, yang tersebar dari Florida sampai Suriname, bisa mencapai kepadatan lebih dari 50 individu per meter persegi dan mengikis kalsium dari terumbu karang pada saat memakan alga, bahkan memakan karang hidup. Bulu babi ini merupakan herbivora yang sangat kompetitif dan bisa menyebabkan daerah terumbuh karang yang luas menjadi gundul, dengan cara yang sama seperti bagiamana hamparan kelp diubah menjadi “padang bulu babi” oleh bulu babi Atlantik Utara Strongylocentrotus.

Baca juga Struktur Komunitas Ikan Karang

Kerusakan Karang Oleh Alga dan Peranan Bulu Babi

Coyer et al. (1993) meneliti interaksi antara bulu babi, alga dan karang scleractinia selama 10 tahun di lepas pantai Pulau Anacapa, California. Kelimpahan karang mangkok soliter (hidup sendirian) Balanophyllia elegans Verril dan persen penutupan oleh alga berkorelasi terbalik. Karang dapat terbunuh bila tertutup oleh holdfast (semacam akar pada makro alga), alga berfilamen atau alga koralin keras yang tumbuh dengan cepat. Penutupan karang akibat cepatnya pertumbuhan alga berfilamen dan alga koralin semakin parah bila selalu ada spesies alga yang lebih besar yang menyebabkan karang menarik polipnya kembali. Pengamatan jangka pendek maupun jangka panjang dan percobaan manipulasi menunjukkan bahwa secara nyata makin banyak karang yang menarik polipnya kembali , dan mortalitas karang meningkat di zona yang ditumbuhi alga alami maupun alga buatan daripada di zona tanpa alga. Selain itu, kisaran penarikan polip bervariasi tergantung spesies alga dan derajat gerakan air. Efek negatif alga terhadap karang diperantarai oleh aktivitas makan bulu babi. Bulu babi dengan kepadatan tinggi bisa menyingkirkan alga, sehingga mengurangi mortalitas karang akibat cepatnya pertumbuhan alga dan memungkinkan karang untuk meningkatkan kelimpahannya.

Baca juga Interaksi Antara Terumbu Karang, Ikan Karang dan Perikanan

Kerusakan Terumbu Karang Oleh El Nino

Guzman et al. (1987) menyimpulkan bahwa terumbu karang di Isla del Cano, Costa Rica, tampaknya dipengaruhi oleh penghangatan akibat El Nino Southern Oscillation (ENSO) 1982/1983. Pada bulan Januari 1984 survei terhadap daerah sekitar pulau ini menunjukkan nilai rata-rata luas penutupan oleh karang hidup dan karang mati adalah 5,4 % dan 30,26 %, berturut-turut. Berdasarkan data transek tahun 1980 (sebelum El Nino) dan 1984 (setelah El Nino) luas penutupan oleh karang hidup berkurang 50 %. Kelimpahan sebagian besar karang dan keragaman spesies karang pada tahun 1984 lebih rendah dibandingkan pada tahun 1980, dan dua spesies karang (Gardinerosis planulata dan Porites panamensis) hampir hilang sama sekali. Hamparan terumbu luas di pantai utara dan timur Pulau Cano sekarang mempunyai sedikit karang hidup dan didominasi oleh alga koralin hidup yang keras.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda