Rabu, 18 April 2012

Kanker dan Senyawa Anti Kanker Dari Tumbuhan dan Hewan Air

Arsip Cofa No. C 027

Konsumsi Ikan Laut Meningkatkan Resiko Terkena Kanker Tiroid

Glattre et al. (1993) menguji hipotesis yang menyatakan bahwa konsumsi makanan laut meningkatkan resiko kanker tiroid; pengujian dilakukan dengan metode studi kasus terkendali. Data dari National Health Screening Service (NHSS; Dinas Perlindungan Kesehatan Nasional) yang memuat informasi makanan sekitar 60.000 penduduk Norwegia dihubungkan dengan data kanker tiroid tahun 1955 – 1989 milik Cancer Registry (Pendataan Kanker). Hasilnya memberikan kesimpulan bahwa orang yang secara teratur mengkonsumsi minyak ikan cod, hati ikan atau sandwich ikan memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker tiroid daripada orang yang mengkonsumsi tidak teratur atau tidak mengkonsumsinya, dan orang yang lebih banyak makan malam dengan ikan per minggu juga memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker tiroid.

Baca juga :
Resiko Kesehatan Akibat Mengkonsumsi Kerang

Karsinogen (Senyawa Penyebab Kanker) Pada Ikan dan Kerang

Gesamp (1991) mengulas secara kritis literatur Eropa dan Amerika Utara mengenai kanker pada ikan dan kerang, serta menunjukkan bahwa walaupun ada banyak laporan “kanker” dan kerusakan jaringan “pra kanker” pada ikan dan kerang, ada cukup bukti bahwa akibat pemakaian terminologi yang tidak tepat, sebagian laporan tersebut adalah salah atau menyesatkan. Walaupun efek negatif terhadap individu ikan tidak dapat dibantah, ulasan ini mengidentifikasi bahwa tak ada alasan untuk menghubungkan kelangsungan hidup populasi ikan laut, pada tingkat lokal sekalipun, dengan adanya karsinogen di lingkungan laut. Dari sudut pandang kesehatan manusia, data konsumsi senyawa karsinogen potensial lewat ikan dan kerang laut memberikan sedikit alasan untuk mengkhawatirkan masalah ini; bagaimanapun, mungkin ada peningkatan resiko bagi konsumen yang banyak makan makanan laut dalam kasus di mana makanan laut yang ditelan tercemar secara tak normal oleh karsinogen (senyawa penyebab kanker), terutama PAH.

Baca juga :
Racun Pada Hewan Laut

Produksi Senyawa Anti Kanker (Tolitoksin) Oleh Scytonema

Patterson dan Bolis (1992) meneliti “tolytoxin”, senyawa yang dihasilkan oleh cyanophyta dari genus Scytonema dan Tolypothrix serta menghambat pertumbuhan jamur berfilamen dan perbanyakan sel mamalia. Penelitian bertujuan mempelajari kemungkinan pemanfaatan tolitoksin sebagai obat anti kanker potensial dan sebagai sarana farmakologis. Tolitoksin dan senyawa-senyawa terkait dikenal secara kolektif sebagai scytophycin. Produksi tolitoksin dalam kultur cair telah diidentifikasi pada galur Scytonema ocellatum Yang menghasilkan relatif banyak toksin. Pertumbuhan dan hasil diduga melalui rancangan percobaan dimensi-tunggal dan matematika-statistika (Plackett-Burman). Tolitoksin dihasilkan oleh kultur yang tumbuh aktif dan ditimbun baik di dalam sel maupun pada media sekitarnya. Produksi tolitoksin ditentukan oleh komposisi garam-garam mineral dalam medium kultur dan oleh keberadaan sumber karbon organik dari luar. Penambahan karbohidrat ke dalam medium kultur menyebabkan penurunan pertumbuhan dan secara nyata mengurangi pembentukan tolitoksin.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Efek Anti Tumor Dari Ekstrak Rumput Laut

Cho et al. (1990) meneliti efek anti tumor “protein-polysaccharide fraction” (PPF; fraksi protein-polisakarida) yang diekstrak dari beberapa jenis rumput laut seperti tanduk rusa laut (Codium fragile) dan laver (Porphyra yezoensis) terhadap sel-sel sarcoma-180. Pada PPF yang diekstrak dari rumput-rumput laut ini, kadar polisakarida tanduk rusa laut dan laver adalah 62,26 % dan 65,78 %, berturut-turut. Polisakarida dengan kadar terbanyak yang ditemukan dalam rumput laut adalah fruktosa. Asam-asam amino utamanya adalah asam aspartat, asam glutamat, glisin dan sistein. Penghambatan pertumbuhan tumor padat menunjukkan nilai tertinggi 53,30 % bila 50 mg/kg tanduk rusa laut dberikan. Efek perpanjangan umur adalah 17,35 % pada 50 mg/kg laver. Mengenai efek aktivitas imunologis, bila 100 mg/kg tanduk rusa laut diberikan, maka jumlah sel darah putih yang bersirkulasi menunjukkan jumlah terbanyak 82,23 % tetapi jumlah sel darah putih ini bekurang jika waktunya diperpanjang. Jumlah sel nanah peritoneal total pada kelompok yang diberi tanduk rusa laut meningkat tajam dibandingkan kelompok kontrol. Analisis hematologis terhadap kelompok percobaan memberikan hasil yang sama dengan kelompok kontrol.

Baca juga :
Nilai Gizi Ikan Untuk Konsumsi Manusia

Kurilostatin, Senyawa Anti Tumor Dari Sepon Laut

Popov et al. (1991) mempelajari pengaruh kurilostatin terhadap sel tumor, limfosit, eritrosit dan juga liposoma lesitin-kolesterol. Kurilostatin merupakan sejenis alkaloid tak lazim dari sepon laut yang memiliki sifat anti tumor. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa alkaloid ini memiliki potensi aktivitas sitostatik dalam hubungannya dengan sel tumor dan limfosit yang diaktifkan-mitogen tetapi tidak memperlihatkan aktivitas anti tumor secara in vivo. Telah nyata bahwa kurilostatin merangsang pelepasan kalsium bebas dari sel ini. Diduga bahwa sifat ini mendasari aksi sitostatiknya.

Baca juga :
Ikan Asap : Keberadaan Senyawa dan Jamur Berbahaya

Isometakromin, Senyawa Anti Kanker Dari Sepon Laut-Dalam

McConnell et al. (1992) mengisolasi isometakromin, senyawa sesquiterpene-quinone baru yang secara struktural berhubungan dengan metakromin C, dan senyawa-senyawa ilimaquinone serta 5-epi-ilimaquinone, dari sejenis sepon perairan dalam yang terasuk famili Spongiidae kemudian menentukan strukturnya dengan metode spektral. Isometakromin menunjukkan sitotoksisitas (bersifat racun bagi sel) secara in vitro terhadap sel kanker paru-paru manusia line A 549 (IC-50 = 2,6 mikrogram/ml), tetapi tidak terhadap P 388 murine leukimia (IC-50 = 10 mikrogram/ml atau lebih), dan juga menunjukkan aktivitas anti mikroba.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda