Selasa, 01 Mei 2012

Residu Oksitetrasiklin Dalam Tubuh Ikan dan Sedimen Kolam

Arsip Cofa No. C 036


Xu and Rogers (1994) menentukan residu antibiotik oksitetrasiklin dalam jaringan tubuh ikan stripped bass, Morone saxatilis, yang telah disuntik secara intraperitoneal (di bagian perut) dengan oksitetrasiklin 50 mg/kg atau diberi pakan yang mengandung oksitetrasiklin 75 mg/kg ikan setiap hari selama 10 hari. Konsentrasi oksitetrasiklin dalam otot ikan yang diberi pakan berantibiotik adalah di bawah batas perhitungan pada 67 % ikan 12 hari setelah perlakuan dan di bawah batas perhitungan pada semua ikan setelah 16 hari pada suhu 23°C. Konstanta laju penghilangan akhir (ß) hasil perhitungan adalah 0,20/hari (kisaran 0,15 – 0,37/hari), dan waktu-paruhnya adalah 2,7 hari (kisaran 1,9 – 4,5 hari). Konsentrasi oksitetrasiklin dalam otot setelah penyuntikan intraperitoneal adalah di bawah batas perhitungan setelah 24 hari pada suhu 23°C. Nilai ß adalah 0,34/hari dengan waktu-paruh 2,0 hari pada ikan yang disuntik oksitetrasiklin secara intraperitoneal.

Baca juga :
Kanker dan Senyawa Anti Kanker Dari Tumbuhan dan Hewan Air


Uno et al. (1992) melaporkan bahwa farmakokinetik (kinetika obat) dan konsentrasi antibiotika oksitetrasiklin dalam jaringan telah ditentukan setelah pemberian lewat-mulut (100 mg/kg berat badan) pada ikan budidaya rainbow trout (Oncorhynchus mykiss), amago salmon (Oncorhynchus rhodurus) dan ikan ekor kuning (Seriola quinqueradiata). Konsentrasi oksitetrasiklin ditentukan dengan metode “high performance liquid chromatography”. Konsentrasi oksitetrasiklin dalam serum darah ketiga spesies ikan tidak sesuai dengan model farmakokinetik kompartemen penyerapan ordo-pertama. Luas daerah di bawah kurva konsentrasi-waktu adalah 32.1, 58.7 dan 38.4 (mikrogram/jam/ml) untuk rainbow trout, amago salmon dan ikan ekor kuning, berturut-turut. Rata-rata waktu tinggal (residence time) yang dihitung berdasarkan kurva konsentrasi-waktu adalah 50.3, 24.6 dan 43.3 jam untuk rainbow trout, amago salmon dan ikan ekor kuning, berturut-turut. Waktu paruh (half-life) biologis oksitetrasiklin dalam serum darah adalah 23, 16 dan 28 jam untuk rainbow trout, amago salmon dan ikan ekor kuning, berturut-turut.

Baca juga :
Antibiotik dari Bakteri, Alga Laut dan Mimi


Meinertz et al. (1998) melaporkan bahwa pemakaian oksitetrasiklin dalam akuakultur yang diijinkan adalah terbatas untuk penyakit-penyakit tertentu pada ikan salmonidae dan channel catfish. Oksitetrasiklin mungkin efektif dalam mengendalikan penyakit pada spesies ikan budidaya lain, tetapi sebelum pemakaiannya diijinkan, sebuah metode analitik untuk menentukan residu oksitetrasiklin dalam jaringan filet berbagai spesies ikan dibutuhkan untuk mendukung upaya pengurangan residu oksitetrasiklin. Penelitian ini bertujuan mengembangkan dan mengesahkan sebuah metode “liquid chromatographic” (LC) yang akurat, tepat dan peka terhadap oksitetrasiklin dalam filet spesies-spesies ikan yang dikonsumsi manusia. Jaringan filet dari ikan walleye, Atlantic salmon, striped bass, white sturgeon, rainbow trout, dan channel catfish dihomogenisasi dan diberi oksitetrasiklin pada konsentrasi 10, 20, 100, 1.000 dan 5.000 nanogram/gram. Dalam jaringan yang diberi oksitetrasiklin sebanyak 100, 1.000 dan 5.000 nanogram/gram, rata-rata penemuan-kembali oksitetrasiklin berkisar dari 83 sampai 90 %, dengan simpangan baku relatif (relative standard deviation) 0,9 sampai 5,8 %. Dalam semua jaringan lain, rata-rata penemuan-kembali berkisar dari 59 sampai 98 % dengan simpangan baku relaif 3,3 sampai 20 %. Kisaran batas-batas perhitungan hasil metode ini adalah 6 sampai 22 nanogram/gram untuk 6 spesies. Metode ini akurat, tepat dan peka untuk oksitetrasiklin dalam jaringan filet enam spesies dari 5 kelompok ikan yang secara filogenetik berbeda.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Malvisi et al. (1996) mengevaluasi distribusi dan penurunan kadar residu oksitetrasiklin dalam jaringan tubuh setelah pemberian antibiotik tersebut lewat mulut pada ikan sea bream dan sea bass di lapangan. Ikan dipelihara dalam jaring apung yang ditempatkan di laut dan diberi pakan komersial yang mengandung oksitetrasiklin 7,5 g/kg sekali sehari selama 14 hari sebanyak 1,0 % (75 mg a.i./kg) biomas per hari. Otot, hati, tulang belakang dan kulit dengan sisik disampling dari ikan yang ditangkap pada berbagai selang waktu selama (hari ke-2, ke-4, ke-6, ke-10 dan ke-14) dan setelah perlakuan (hari ke-10, ke-20, ke-30, ke-40, ke-50 dan ke-60). Analisis oksitetrasiklin dilakukan dengan metode HPLC (high performance liquid chromatography), setelah ekstraksi SPE. Pada ikan sea bream, penyerapan antibiotik yang sangat bervariasi dibuktikan oleh perbedaan antar-ikan dalam hal konsentrasi oksitetrasiklin jaringan tubuh. Konsentrasi tertinggi ditemukan dalam kulit dan hati (7,70 ± 6,71 mikrogram/gram dan 14,65 mikrogram/gram pada hari ke-6, berturut-turut). Tulang belakang menunjukkan konsentrasi enam kali lipat dibandingkan konsentrasi dalam otot, dan mencapai nilai stabil pada hari ke-40 setelah akhir perlakuan (1,73 ± 0,92 mikrogram/gram), yang bertahan sampai akhir penelitian. Konsentrasi oksitetrasiklin dalam otot lebih rendah daripada dalam semua jaringan lain untuk semua percobaan dan menurun sampai kurang dari 0,1 mikrogram/gram pada hari ke-20 setelah perlakuan dihentikan. Pada ikan sea bass terjadi mortalitas yang tinggi yang tidak berkaitan dengan penyakit infeksi dan sampel otot mengandung oksitetrasiklin hanya sedikit atau tidak dapat dideteksi bahkan selama pemberian antibiotik tersebut.

Baca juga :
Residu Pestisida Dalam Daging Ikan Konsumsi


Björklund et al. (1990) mempelajari residu dan “persistence” (daya tahan terhadap penguraian) oksitetrasiklin di dalam tubuh ikan liar dan sedimen di dua kolam budidaya ikan setelah melakukan kemoterapi (pengobatan kimiawi) ikan. Pada ikan liar, residu oksitetrasiklin terdeteksi sampai 13 hari setelah pengobatan. Waktu-paruh oksitetrasiklin dalam sedimen kolam ikan adalah 9 hari dan 419 hari pada dua kolam, berturut-turut. Hasil ini menunjukkan bahwa oksitetrasiklin, pada kondisi anoksik (tanpa oksigen) dan airnya tidak mengalir, bisa bertahan sangat lama di dalam sedimen kolam ikan. Hal ini menyimpulkan bahwa penyingkiran dari sedimen, bukan penguraian, mungkin merupakan faktor utama yang mengurangi konsentrasi oksitetrasiklin di dalam sedimen. Bakteri, yang kebal terhadap oksitetrasiklin, telah diisolasi dari usus ikan liar tersebut.

Baca juga :
Resiko Kesehatan Akibat Mengkonsumsi Kerang


Pouliquen et al. (1992) melaporkan bahwa sebuah prosedur-cepat telah disusun untuk menentukan secara kuantitatif konsentrasi oksitetrasiklin di dalam sedimen dengan menggunakan “high performance liquid chromatography”. Batas-batas pendeteksian dan penentuan berturut-turut adalah 0,05 dan 0,2 mikrogram/gram berat basah sedimen ketika 50 mikroliter sampel disuntikkan. Nilai rata-rata penemuan-kembali oksitetrasiklin dalam sedimen adalah 57,5 %. Metode ini digunakan pada studi eksperimental kinetika oksitetrasiklin dalam sedimen tangki. Tangki-tangki ini dicemari oleh air laut bekas yang berasal dari tangki lain di mana oksitetrasiklin ditambahkan (45 gram per hari selama 7 hari). Selama pengobatan, konsentrasi oksitetrasiklin dalam sedimen perlahan-lahan meningkat sampai maksimum pada nilai rata-rata 4,05 mikrogram per gram. Rata-rata waktu-paruh (half-life) oksitetrasiklin dalam sedimen adalah 60,4 hari. Empat belas hari setelah akhir pengobatan, konsentrasi oksitetrasiklin di dalam sedimen masih tinggi (rata-rata 1,67 mikrogram per gram). Hasil penelitian ini bervariasi antar tangki karena adanya perbedaan kecil dalam hal suhu, intensitas cahaya dan aliran air antar tangki. Disimpulkan bahwa oksitetrasiklin mungkin bertahan sangat lama di dalam sedimen dan bahwa lenyapnya oksitetrasiklin lebih cepat di dalam air laut daripada di dalam sedimen.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda