Selasa, 01 Mei 2012

Habitat, Distribusi dan Migrasi Lobster Batu

Arsip Cofa No. C 035

Habitat dan Distribusi Lobster Batu

Longhurst dan Pauly (1987) menyatakan bahwa lobster batu (Panulirus spp.) terdapat di mana-mana pada substrat keras di laut-laut tropis dan merupakan bagian penting fauna terumbu karang, dengan sifat ekologis mirip seperti kerabatnya yang hidup di daerah sub tropis (Jasus dan Palinurus). Meskipun tersebar luas, pusat-pusat kelimpahan yang komersial agak jarang dijumpai, dan jumlah spesies yang melimpah di setiap daerah tidak banyak, sehingga hanya sekitar 11 spesies yang menjadi komponen utama semua hasil tangkapan lobster batu tropis. Panulirus longipes, P. ornatus, P. penicillatus dan P. versicolor menghuni terumbu karang dari Mozambique sampai Laut Merah dan Teluk Aden, yang mencakup juga pulau-pulau Mascarene. Di Pasifik barat, dua spesies (Panulirus cygnus dan P. versicolor) terdapat di sekitar Australia dan pulau-pulau di sekitarnya. Spesies yang sama, bersama-sama dengan Panulirus penicillatus, ditemukan hampir di seluruh Pasifik tengah, namun Panulirus marginatus mendominasi Hawaii. Di Pasifik timur, Panulirus inflatus tropis terdapat di sebelah selatan daerah distribusi P. interruptus California, dan kisarannya sampai mencapai daerah upwelling Peru. Di Atlantik, Panulirus argus mendominasi stok Karibia, sedangkan Panulirus regius merupakan satu-satunya spesies di lepas pantai Afrika Barat.

Longhurst dan Pauly (1987) menambahkan bahwa meskipun hanya Panulirus regius yang ada di pesisir Afrika Barat, pada sisi lain benua ini empat sesies Samudra Hindia hidup bersama sepanjang pesisir dari Mozambique sampai Somalia, dengan beberapa spesialisasi lokal yang menarik. Pesisir barat Madagaskar dihuni oleh asosiasi Panulirus versicolor – ornatus – longipes, namun hanya Panulirus penicillatus (yang juga merupakan spesies dominan di Laut Merah dan Somalia) yang ada di pesisir timurnya, kecuali satu daerah yang sempit jauh di sebelah tenggara di mana populasi Panulirus hormarus sangat melimpah dan dominan. Di lepas pantai Australia, ada perbedaan ekologis antara Panulirus longipes – versicolor – ornatus – penicillatus : Panulirus longipes hanya hidup di terumbu, sedang tiga spesies lainnya menempati habitat yang lebih beragam.

Baca juga :
Virus Pada Udang Penaeidae

Distribusi Larva Panulirus Oleh Arus Laut

Pearce et al. (1992) melakukan sampling larva dengan memotong jalur Arus Leeuwin di lepas pantai kepulauan Houtman Abrolhos dari atas kapal RV Franklin pada bulan Agustus/September 1987. Arus ini mengalir deras sepanjang patahan benua, dengan jalur sedikit berliku-liku di dekat pulau-pulau. Suhu air, salinitas dan zat-zat hara teraduk sempurna di daerah paparan benua, tetapi distribusi berbagai plankton agak berbeda di lepas pantai, di dalam Arus, dan di perairan dekat-pantai. Larva Panulirus cygnus terkumpul di lepas paparan benua, yang menunjukkan bahwa metamorfosis ke fase puerulus terjadi di dekat patahan benua.

Baca juga :
Pengaruh Suhu Terhadap Krustasea

Distribusi Larva Lobster Panulirus cygnus

Phillips et al. (1979) mempelajari data larva lobster Panulirus cygnus fase phylllosoma yang ditangkap dalam tujuh pelayaran antara bulan April 1976 dan Januari 1977 di lepas pantai barat Australia. Studi ini dilakukan dengan tujuan menentukan panjang siklus plankton, distribusi phyllosoma di Samudra Hindia tenggara dan kisaran penyebaran lepas-pantai. Analisis menunjukkan bahwa rata-rata panjang umur planktonik adalah kurang dari satu tahun dan mungkin antara 9 dan 11 bulan. Setelah menetas kebanyakan larva phyllosoma tahap awal hanyut ke arah lepas pantai. Sedikit larva tetap ada di atau dekat paparan benua. Kisaran paling barat distribusi larva phyllosoma Panulirus cygnus tidak dapat ditentukan dalam penelitian ini karena banyak phyllosoma masih ditemukan di lepas pantai sampai sejauh 99o 00’ Bujur Timur (1.500 km ke arah lepas pantai), stasiun sampling paling jauh. Phyllosoma terdistribusi di daerah yang luas di Samudra Hindia tenggara, dan ada beberapa stasiun di seberang paparan benua antara 24o 30' Lintang Selatan. dan 35o 00' Lintang Selatan, dari 99o 00' Bujur Timur sampai 115o 00' Bujur Timur, selama pertengahan musim dingin, di mana phyllosoma tidak ditangkap. Kepadatan tertinggi phyllosoma tahap-pertengahan dan akhir ditemukan antara 111o 00' Bujur Timur dan 104o 00' Bujur Timur (antara 375 dan 1.030 km ke arah lepas pantai), pada 29o 30' Lintang Selatan. Daerah dengan kelimpahan larva terbanyak adalah di sebelah barat pusat distribusi lobster dewasa di pesisir.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Distribusi Larva Panulirus ornatus di Australia

Dennis et al. (2001) melakukan survei distribusi larva fase phyllosoma dan fase puerulus dari lobster batu Panulirus ornatus dan spesies Panulirus lainnya di Laut Koral barat-laut pada bulan Mei 1997 dan membandingkannya dengan arus-arus samudra. Distribusi larva Panulirus ornatus menunjukkan bahwa ia merupakan sumber rekruitmen bagi perikanan lobster di Selat Torres. Larva fase phyllosoma dan puerulus Panulirus ornatus mendominasi Panulirus spp. yang tertangkap oleh trawl-plankton. Puerulus yang masih hidup dibawa ke akuarium untuk menunggu konfirmasi identitasnya. Larva Panulirus ornatus fase “pregilled phyllosoma “ (filosoma belum berinsang) adalah paling melimpah di daerah sekitar 300 km sebelah timur Great Barrier Reef utara dan dekat pertemuan Arus Katulistiwa Selatan dan Gyre Laut Koral. Phyllosoma berinsang juga umum di sana tetapi paling banyak jumlahnya di sekitar Great Barrier Reef. Larva fase puerulus paling melimpah di dekat Great Barrier Reef sebelah selatan Selat Torres. Distribusi phyllosoma dan puerulus Panulirus ornatus dalam kaitannya dengan arus laut adalah sesuai dengan hipotesis bahwa phyllosoma dihanyutkan dari daerah pemijahan di Teluk Papua oleh arus batas Hiri menuju ke Gyre Laut Koral dan kemudian ditranspor oleh arus permukaan laut ke arah pantai menuju ke pesisir Queensland dan Selat Torres. Distribusi larva spesies Panulirus lainnya dan Palinurellus wieneckii berbeda dengan distribusi larva Panulirus ornatus.

Baca juga :
Variasi Keragaman, Kelimpahan dan Komposisi Spesies Zooplankton

Migrasi Harian dan Distribusi Vetikal Larva Lobster

Rimmer dan Phillips (1979) mempelajari migrasi harian dan distribusi vertikal larva phyllosoma lobster batu Panulirus cygnus George . Studi di lepas pantai Australia menunjukkan bahwa larva lobster fase filosoma ini melakukan migrasi vertikal harian, dengan cahaya sebagai faktor penting yang mempengaruhi distribusi-kedalaman untuk kesemua 9 tahap phyllosoma. Tahap awal (I sampai III) terjadi di permukaan pada malam hari tanpa terpengaruh intensitas cahaya bulan, sedang tahap akhir (VI sampai IX) terkonsentrasi di permukaan laut hanya pada malam hari dengan intensitas cahaya bulan kurang dari 5 % (dibandingkan intensitas cahaya bulan purnama). Puncak kepadatan tengah-hari larva tahap awal adalah di kedalaman 30 sampai 60 meter, sedangkan puncak kepadatan larva tahap pertengahan (IV sampai VI) dan tahap akhir ada di kisaran kedalaman 50 sampai 120 meter. Kedalaman puncak kepadatan larva meningkat dengan main jauhnya jarak dari pantai. Batas-batas distribusi vertikal phyllosoma tetap ada di dalam kisaran pencahayaan yang diduga sebesar 50 sampai 250 mgrE/m2/detik untuk tahap-tahap awal, 20 sampai 200 mgrE/m2/detik untuk tahap pertengahan dan 5 sampai 50 mgrE/m2/detik untuk tahap akhir. Larva tahap awal menunjukkan kecepatan neto gerakan naik dan turun 13,7 dan 13,0 meter per jam. Migrasi harian dan distribusi vertikal berperanan penting dalam transpor dan penyebaran larva phyllosoma dengan memanfaatkan sirkulasi air Samudra Hindia tenggara. Migrasi harian larva tahap awal menempatkan mereka di permukaan laut pada malam hari, ketika arus permukaan samudra ke arah lepas-pantai yang dikendalikan-angin menjadi dominan, dan di bawah kedalaman arus permukaan (yang menuju ke arah pantai) selama siang hari, ketika arus ke lepas pantai kecil atau negatif, sehingga bertanggung jawab atas transpor larva ke lepas pantai. Larva tahap pertengahan dan akhir, karena distribusi siang harinya lebih dalam dan tidak berada di permukaan air pada malam terang bulan, dihanyutkan oleh arus yang mengalir di bawah permukaan laut. Hipotesis ini menjelaskan kembalinya larva phyllosoma ke daerah dekat tepi paparan benua akibat terbawa transpor masa air ke arah pantai yang mengalir di bawah lapisan permukaan laut.

Baca juga :
Pengaruh Lingkungan Terhadap Reproduksi Invertebrata

Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Settlement Larva Lobster

Caputi dan Brown (1993) mempelajari faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi settlement (pendaratan ke dasar laut) larva lobster batu (Panulirus cygnus). Laju settlement larva lobster fase puerulus bisa digunakan secara meyakinkan untuk menduga rekruitmen perikanan lobster batu (Panulirus cygnus) tiga dan empat tahun kemudian. Telah diterima secara umum bahwa larva tahap-tahap awal dihanyutkan ke lepas pantai oleh arus permukaan yang dikendalikan-angin. Studi-studi terdahulu menunjukkan bahwa ketinggian muka laut pesisir, yang digunakan sebagai indikator kekuatan Arus Leeuwin yang mengalir ke pesisir barat Australia, berhubungan secara positif dengan laju settlement di terumbu karang dekat-pantai setelah umur larva 9 sampai 11 bulan. Dalam makalah ini hubungan yang nyata juga ditunjukkan antara badai musim dingin/semi, yang biasanya berkaitan dengan angin barat, dan laju settlement puerulus (korelasi ganda 0,83, R2 = 0,68, n = 22). Curah hujan dari wilayah-wilayah pesisir digunakan sebagai indeks badai. Sisa (residu) dari hubungan ini menunjukkan autokorelasi positif yang nyata.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda