Selasa, 22 Mei 2012

Antibiotik dari Bakteri, Alga Laut dan Mimi

Arsip Cofa No. C 039

Bakteri Akuatik Penghasil Antibiotik

Austin dan Austin (1999), berdasarkan laporan beberapa penelitian, menyatakan bahwa makin banyak bukti adanya mikroflora-mikroflora akuatik alami yang efektif menghambat patogen ikan yang melibatkan produksi antibiotik atau penghambat berberat-molekul-rendah. Di lingkungan laut telah ditemukan bakteri penghasil antibiotik yang menghambat sekelompok bakteri patogen ikan, termasuk Aeromonas hydrophila. Senyawa penghambat ini menghasilkan antibiotik termolabil (labil-panas) anionik berberat-molekul-rendah (kurang dari 10 kDa). Juga telah dilaporkan adanya senyawa penghambat bakteri Flavobacterium columnare, Serratia liquefaciens dan Vibrio anguillarum. Telah diidentifikasi pseudomonad fluoresensi yang melawan Aeromonas salmonicida. Sejenis Vibrio, galur NM10, telah diisolasi dari usus ikan pepetek (Leiognathus nuchalis). Photobacterium damselae subspesies piscicida dihambat oleh senyawa protein labil-panas berberat molekul 5 kDa. Dua jenis mikroba, yang diduga adalah Aeromonas dan Vibrio, ditemukan pada ikan sebelah dan menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio yang bersifat patogen bagi ikan. Selain itu, sebuah isolat Vibrio alginolyticus, yang semula digunakan sebagai prebiotik dalam hatchery udang Ekuador, efektif dalam mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh Aeromonas salmonicida, Vibrio anguillarum dan Vibrio ordalii. Kejadian relatif penghambatan mikroba ditunjukkan oleh sebuah penelitian terhadap lebih dari 400 isolat bakteri dari saluran usus dan permukaan tubuh ikan turbot, pakan ikan dan air, di mana 28 % (kebanyakan dari lendir usus) bersifat menghambat Vibrio anguillarum. Tampaknya bahwa mikroflora akuatik asli adalah sama pentingnya dengan cara-cara alami pengendalian penyakit. Sebagai tambahan, ada laporan mengenai keunggulan pengendalian penyakit dengan menggunakan biopestisida, Bacillus thuringiensis.

Baca juga :
Kanker dan Senyawa Anti Kanker Dari Tumbuhan dan Hewan Air

Antibiotik Dari Alga Laut

Hashimoto (1979) menyatakan bahwa penelitian terhadap antibiotik pada alga bersel satu dan bersel banyak telah dilakukan secara luas selama dekade 1950 sampai 1960. Akibatnya, banyak spesies alga telah ditemukan memiliki efek menghambat pertumbuhan bakteri, alga, virus, dll. Asam lemak, bromofenol dan terpenoid telah diisolasi sebagai komponen antibiotik dari alga. Asam lemak merupakan komponen biologi yang umum dan tidak dianggap sebagai racun. Bagaimanapun, kadang-kadang asam lemak bersifat racun bagi organisme laut karena kuatnya sifat aktif permukaan. Alga hijau bersel satu, Chlorella vulgaris, menimbun asam lemak antibakteri yang disebut chlorellin. Asam lemak ini tampaknya berasal dari oksidasi lipida. Senyawa antibakteri yang disebut komplek sarganin diperoleh dari ekstrak ether alga coklat Sargassum natans, alga merah Chondria littoralis dan lain-lain dengan cara fraksionasi dalam kolom alumina dan dengan cara kromatografi lapisan. Komponen utamanya berupa asam mudah-menguap yang bersifat menghambat bakteri, jamur dan sel tumor, tetapi tidak beracun bagi hewan pengerat. Substansi penghambat bakteri, seperti Staphylcoccus aureus, telah diekstrak dengan kloroform-metanol (perbandingan 2 : 1) dari diatom Asterionella japonica. Substansi ini memiliki asam lemak berantai panjang dengan lima ikatan ganda.

Baca juga :
Keracunan Makanan Akibat Mengkonsumsi Ikan Tengiri dan Tuna
Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Fenol dan Terpen Sebagai Antibiotik Dari Alga

Hashimoto (1979) mengulas laporan-laporan penelitian mengenai aktivitas antibakteri dari alga. Fenol yang mengandung halogen telah lama dikenal sebagai antiseptik dan disinfektan sehingga tidak mengherankan bila bromofenol dari alga menunjukkan aktivitas antibakteri. Dilaporkan bahwa ekstrak ether dari alga Rhodomela larix dan Symphocladia gracilis merupakan agen aktif terhadap beberapa bakteri, dan diduga bahwa senyawa yang bertanggung jawab atas sifat antibakteri ini adalah sejenis bromofenol. Efek antibakteri juga ditunjukkan oleh alga Laminaria angustata dan Undaria pinnatifida. Fraksi bromofenol yang berasal dari S. gracilis memiliki efek yang kuat dalam menghambat pertumbuhan Bacillus mesentericus. Kristal bromofenol, dengan titik leleh 213 – 214 °C, memperlihatkan aktivitas insektisida yang kuat pada konsentrasi 0,02 sampai 0,04 %. Selain itu, senyawa terpen diketahui menghambat pertumbuhan Staphylcoccus aureus dan Escherichia coli. Sejumlah besar antibiotik yang mengandung terpen dan senyawa-senyawa terkait telah diisolasi dari alga laut genus Dictyopteris dan Laurencia. Dua senyawa sesquiterpen, yaitu zonarol dan isozonarol, telah diisolasi dari alga coklat Dictyopteris zonarioides. Kedua senyawa ini tidak memiliki aktivitas antibakteri tetapi sangat kuat menghambat pertumbuhan sepuluh spesies jamur patogen pada tanaman. Banyak senyawa terpen berhalogen telah diisolasi dari Laurencia spp. dan beberapa di antaranya bersifat antibakteri. Laurinterol telah diekstrak dari Laurencia nidifica dan bertanggung jawab atas sebagian besar aktivitas antibakteri terhadap Mycobacterium smegmatis. Dari Laurencia intermedia telah diperoleh laurinterol dan debromolaurinterol; yang terakhir ini juga ditemukan pada alga Marginisporum aberrans dan bersifat aktif terhadap Bacillus substilis. Telah ditunjukkan bahwa laurinterol dan debromolaurinterol aktif menghambat Staphylcoccus aureus, Mycobacterium smegmatis dan Candida albicans. Prepacifenol diperoleh dari Laurencia filiformis, sedangkan chondriol dan cycloeudesmol ditemukan dalam Chondria oppositiclada. Pepacifenol dan chondriol menghambat Staphylcoccus aureus dan Mycobacterium smegmatis pada konsentrasi tinggi. Cycloeudesmol menghambat pertumbuhan Staphylcoccus aureus, Salmonella choleraesuis, Mycobacterium smegmatis dan Candida albicans dengan kekuatan yang sama seperti streptomisin.

Baca juga :
Racun Pada Hewan Laut

Antibiotik Dari Mimi

Yeo et al. (1993) melaporkan bahwa sebuah komponen bioaktif yang ditemukan di dalam plasma darah mimi Asia Tenggara, Carcinoscorpius rotundicauda, telah ditunjukkan berbeda dengan lektin antibakteri yang berasal dari serum darahnya dan peptida tachyplesin bakterisidal yang dimurnikan dari sel-sel darah. Pemurnian awal faktor antimikrobial melibatkan ultrasentrifugasi limfa darah dan filtrasi gel melewati Sephadex G-100. Sampel semi-murni bersesuaian dengan berat molekul kurang dari 2 kD. Sampel semi-murni ini menunjukkan efek antibakteri terhadap gram positif dan gram negatif, yang terutama berpotensi menghambat Klebsielleae. Komponen ini juga memperlihatkan sifat-sifat anti jamur terhadap ragi dan jamur berfilamen. Efek antimikroba senyawa ini bersifat tahan-panas. Pemurnian lebih lanjut dengan fase terbalik HPLC menyebabkan potensi antimikroba terhadap Klebsiella pneumoniae meningkat dua kali lipat.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

1 Komentar:

Pada 29 Desember 2015 pukul 11.27 , Blogger Unknown mengatakan...

PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

menyediakan antibiotika powder untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda