Jumat, 30 Maret 2012

Stres Mempengaruhi Hormon, Kekebalan Penyakit dan Perilaku Ikan

Arsip Cofa No. C 013

Pengaruh Stres Terhadap Hormon

Mazeaud et al. (1977) melaporkan bahwa penanganan ikan mendorong timbulnya gangguan berbagai parameter biologis yang telah banyak diteliti atau diulas dengan tujuan menganalisis dan menentukan stres yang ditimbulkannya. Penanganan ikan seperti penangkapan, transportasi, pemindahan dari air tawar ke air air laut dan vaksinasi menimbulkan beberapa jenis stres yang mendorong ikan meronta-ronta, mengalami hipoksia, kejutan suhu dan kejutan osmotik. Banyak jenis stres membawa akibat yang mematikan. Kematian yang lambat dan kondisi yang menyedihkan mungkin tidak tampak untuk sementara waktu setelah ikan mengalami stres. Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa stres pada ikan diikuti oleh cepatnya perubahan konsentrasi hormon katekolamin dan kortikosteroid dalam plasma darah. Adrenalin dan noradrenalin ada di dalam plasma darah dengan konsentrasi tinggi pada ikan yang sedang beristirahat dan meningkat dengan cepat setelah beberapa menit mengalami hipoksia atau meronta-ronta pada ikan siklostoma, selachii dan teleostei; adrenalin (atau noradrenalin, tergantung spesies ikan) menjadi dominan.

Baca juga
Mekanisme Kerja dan Pengaturan Sekresi Hormon

Mazeaud et al. (1977) menyatakan bahwa perubahan konsentrasi endokrin (hormon), yang merupakan akibat awal dari stres, dianggap sebagai efek utama. Data yang diperoleh dari ikan coho salmon (Oncorhynchus kisutch), dan sockeye salmon (Oncorhynchus tshawytscha) menunjukkan bahwa semua jenis stres menyebabkan peningkatan konsentrasi katekolamin, terutama adrenalin, yang beredar bersama darah. Tidak ada perbedaan kuantitatif dalam hal intensitas respon antar spesies ikan tetapi ada variasi antar individu yang besar. Pada ikan coho salmon jantan dewasa, perilaku meronta-ronta dan hipoksia (kekurangan oksigen) juga menyebabkan peningkatan konsentrasi kortikosteroid dalam plasma darah. Efek sekunder timbul sebagai akibat perubahan endokrin tersebut. Gangguan metabolik ini mencakup peningkatan kadar glukosa darah secara nyata dan penurunan (atau peningkatan, tergantung spesies ikan) kadar asam amino bebas dalam plasma darah. Gangguan metabolik yang disebabkan stres jangka pendek bisa berlangsung dalam periode yang relatif lama. Penelitian terbaru mengenai proses osmoregulasi menunjukkan bahwa aksi katekolamin terhadap permeabilitas insang bisa menjelaskan terjadinya aktivitas minum air yang dipicu stres pada ikan air tawar dan terjadinya bdehidrasi pada ikan air laut.

Baca juga
Hormon Pertumbuhan Ikan

Hormon-Hormon Yang Terpengaruh Stres

Matty (1985) melaporkan bahwa hormon yang konsentrasinya mungkin berubah akibat rangsangan stres pada ikan adalah hormon-hormon tiroid, prolaktin, angiotensis dan peptida-peptida neurohipofisa, yakni vasotosin dan isotosin. Mengherankan bahwa rangsangan stres tidak menyebabkan perubahan kadar hormon pertumbuhan. Bila ikan rainbow trout budidaya diangkut maka perlu dicatat bahwa kadar tiroksin dan triyodotironin dalam darah turun sampai 75 persen. Pemulihan ke kadar normal dilakukan dengan menyuntikkan hormon TSH. Mungkin stres merangsang faktor hipotalamus penghambat-TSH, tetapi hal ini hanya merupakan dugaan. Sebagai tambahan, hormon prolaktin tak diragukan memainkan peranan dalam respon stres akibat perubahan salinitas. Karena ia merupakan hormon penting bagi keseimbangan mineral-air yang mempertahankan permeabiltas membran terhadap ion dan air, maka perubahan salinitas akan mempengaruhi kadar prolaktin dalam plasma darah. Peranan hormon ini mungkin sepenting kortikosteroid dan katekolamin dalam kondisi ketika rangsangan stres menyebabkan ketidakseimbangan osmoregulasi.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Hubungan Stres dan Daya Tahan Terhadap Penyakit

Ellis (1981) dalam Pickering (1981) menyatakan bahwa stres berhubungan dengan daya tahan terhadap penyakit. Stres menyebabkan banyak perubahan sistem fisiologis ikan, termasuk sistem pertahanan tubuh yang mencakup respon-respon seperti perbaikan jaringan, fagositosis, peradangan serta respon spesifik dan non spesifik yang diperantarai oleh sistem limfa. Stres mempengaruhi banyak mekanisme pertahanan, menghambat beberapa proses dan merangsang proses-proses lainnya. Hal ini bisa menguntungkan atau merugikan bagi ikan, tergantung pada interaksi komplek antara faktor-faktor stres dan kondisi fisiologis ikan tersebut yang selanjutnya menentukan keberhasilan ikan beradaptasi terhadap situasi ini.

Pencegahan Stres Untuk Memperbaiki Sistem Pengemasan dan Pengangkutan Ikan Hias

Lim et al. (2003) menyatakan bahwa sistem pengemasan ikan hias saat ini dicirikan oleh kepadatan ikan yang sangat tinggi dan limbah metabolik yang banyak di dalam air transpor setelah pengapalan. Studi terbaru dengan menggunakan ikan guppy sebagai model menunjukkan bahwa mortalitas pasca-pengapalan bisa dikurangi dengan cara meningkatkan daya tahan ikan terhadap stres. Oleh karena itu perhatian perlu ditekankan pada persiapan ikan sebelum diangkut dan pemulihan ikan setelah pengapalan. Dalam hal ini petani ikan bisa memberikan sumbangan penting dengan memberikan pakan yang bisa meningkatkan kesehatan sebelum ikan dikumpulkan untuk diangkut. Eksportir bisa melakukan uji stres salinitas untuk mengidentifikasi ikan-ikan yang siap diangkut, memberi obat pembasmi parasit dan mengoptimalkan teknik-teknik seperti mem-puasa-kan (melaparkan) ikan atau menambahkan garam ke dalam air transpor untuk meningkatkan daya tahan ikan terhadap stres. Importir bisa melakukan prosedur aklimasi yang layak dan membiarkan ikan memulihkan diri di dalam air bersalinitas rendah guna mengurangi kematian pasca pengapalan. Karena kebanyakan mortalitas pasca pengapalan diperantarai oleh stres dan terjadi selama periode pemulihan satu minggu, maka perlu dipertimbangkan upaya merevisi basis sistem garansi bagi pelanggan, yaitu kematian saat kedatangan diubah menjadi kematian kumulatif pada 7 hari pasca pengapalan (atau kematian setelah 7 hari), dengan tujuan mengurangi kehilangan ikan setelah pengapalan.

Baca juga
Kekebalan Ikan terhadap Infeksi Patogen dan Parasit

Pengaruh Stres Terhadap Perilaku Ikan

Furevik et al. (1993) menyatakan bahwa perilaku meloncat-loncat dan berputar-putar pada ikan salmon Atlantik di dalam jaring apung bisa memberikan petunjuk penting tentang kondisi ikan. Aktivitas di permukaan air ini telah dipelajari pada ikan dalam jaring apung dalam hubungannya dengan faktor-faktor lingkungan dan prosedur operasional. Perilaku meloncat pada salmon dalam jaring apung berbeda dengan perilaku serupa ketika migrasi ke hulu sungai. Ikan biasanya mendarat di permukaan air dengan sisi tubuhnya, dan dalam sekitar 6 % loncatan dilaporkan bahwa ikan menabrak pagar jaring apung. Aktivitas meloncat ini jarang dilakukan pada musim dingin. Aktivitas meloncat meningkat dengan meningkatnya serangan kutu parasit dan berkurang setelah kutu tersebut hilang. Bagaimanapun, selama perlakuan kimiawi untuk menanganai serangan kutu parasit, aktivias meloncat adalah tinggi. Ketika berputar-putar, ikan perlahan-lahan mengenai permukaan air. Aktivitas berputar-putar berrvariasi antar hari, tetapi relatif konstan sepanjang tahun. Aktivitas berputar-putar meningkat setelah timbul berbagai gangguan, dan mungkin berkaitan dengan kehilangan gas gelembung renang selama situasi stres. Tingginya aktivitas berputar-putar dengan demikian menjadi petunjuk adanya stres akut, sedangkan tingginya aktivitas meloncat-loncat menunjukan tingginya serangan kutu parasit atau adanya stres akut.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

1 Komentar:

Pada 30 April 2017 pukul 17.01 , Blogger Unknown mengatakan...

Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda