Selasa, 27 November 2012

Pengendalian Tumbuhan Air Secara Biologis dan Kimiawi

Arsip Cofa No. C 107

Ikan Kowan Untuk Mengendalikan Tumbuhan Air

Boyd (1982) mengulas tulisan-tulisan tentang keberhasilan ikan kowan dalam mengendalikan tumbuhan air. Ikan kowan (Ctenopharyngodon idella) banyak diinformasikan mengenai kemampuannya memakan sejumlah besar makrofita air dan, dengan demikian, kemampuannya mengendalikan gulma di kolam. Ikan kowan, atau white amur, adalah ikan asli sungai-sungai Siberia, Manchuria dan Cina yang mengalir ke Samudra Pasifik dari lintang 50 oLU sampai 23 oLU. Ikan ini telah berhasil diperkenalkan ke sejumlah negara di Asia Tenggara, Afrika, Eropa dan Amerika Utara. Tumbuhan yang dimakan oleh ikan kowan, menurut perkiraan urutan kesukaan, adalah sebagai berikut : Elodea canadensis, Ceratophyllum demersum, Chara sp., Lemna minor, Potamogeton natans, Lemna trisulea, Myriophyllum sp., Potamogeton pectinatus, Typha latifolia, Phragmites communis, Juncus effusus, Carex nigra, Hydrocharis morsus-ranae, Nasturtium officinale, Potamogeton lucens dan Carex pseudocyperus. Ikan kowan berhasil menghilangkan sebagian besar tumbuhan air dari kolam; jenis-jenis tumbuhan yang tidak dimakan secara aktif hanyalah Eichhornia, Pistia, Nymphoides dan Nymphaea.

Dilaporkan bahwa ikan kowan yang ditebarkan secara monokultur sebayak 45 ekor per hektar secara efektif membasmi Chara spp., Potamogeton diversifolius dan Myriophyllum spicatum dari kolam-kolam seluas 0,4 hektar dalam waktu kurang dari 99 hari. Ikan kowan mengurangi jumlah eceng gondok di kolam. Makanan ikan kowan terutama terdiri dari makrofita (75 – 95 %), tetapi serangga dewasa juga ditemukan di dalam usus sebagian ikan ini. Hasil serupa diperoleh bila ikan kowan ditebarkan secara polikultur bersama spesies ikan lain. Disimpulkan bahwa ikan kowan tidak menjadi ancaman sebagai saingan bagi spesies ikan lain dalam hal organisme makanan; ikan kowan merupakan ikan buruan dan ikan makanan yang istimewa; ikan kowan merupakan pengendali biologis bagi tumbuhan air di kolam.

Baca juga
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fotosintesis

Keberadaan Pemangsa Mengurangi Efektivitas Ikan Kowan Dalam Membasmi Tumbuhan Air

Kirk (1992) melakukan studi selama tiga tahun untuk mempelajari keefektivan ikan kowan Ctenopharyngodon idella triploid sebagai pengganti herbisida dalam mengendalikan tumbuhan air pengganggu di kolam ikan di Carolina Selatan. Pengendalian vegetasi oleh ikan kowan yang ditebarkan bersama ikan pemangsanya (largemouth bass, Micropterus salmoides) juga diamati. Ikan kowan triploid tidak memiliki potensi untuk menggangu keseimbangan komunitas antara ikan largemouth bass dan ikan bluegill (Lepomis macrochirus) serta gagal mencapai nilai pengendalian vegetasi sebesar 70 % selama penelitian. Studi pemangsaan ikan kowan oleh tiga macam ukuran ikan largemouth bass menunjukkan, walaupun tidak konsisten, sangat banyak ikan kowan triploid yang hilang setelah 1 bulan. Rata-rata kelangsungan hidup di kolam kontrol – di mana burung air bisa menjadi penyebab lain mortalitas ikan kowan – adalah 65 %. Ikan kowan triploid saja merupakan alat manajemen yang kurang memuaskan untuk membasmi tumbuhan pengganggu di kolam ikan yang ditujukan untuk budidaya ikan largemouth bass – bluegill.

Baca juga
Bioekologi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)

Pengendalian Tumbuhan Air Dengan Ikan, Serangga dan Pupuk

Boyd (1982) meringkaskan beberapa laporan hasil penelitian mengenai pengendalian tumbuhan air secara biologi. Dilaporkan bahwa ikan mas (Cyprinus carpio) dalam jumlah cukup (400 ekor per hektar atau lebih) mengaduk sedimen dasar kolam dan menyebabkan kekeruhan yang cukup untuk mencegah pertumbuhan gulma bawah-air. Ikan mas galur Israel dalam jumlah terbatas (55 ekor per hektar) bisa megendalikan Pithophora dan alga makrofita lainnya. Dilaporkan bahwa ikan tilapia (Tilapia nilotica, Tilapia mossambica dan Tilapia melanopleura) cukup baik mengendalikan tumbuhan air di kolam. Sejumlah spesies serangga air menyerang tumbuhan air. Karena itu, perhatian terus-menerus dicurahkan pada kemungkinan mengendalikan gulma air dengan serangga-serangga ini. Selain itu, penggunaan pupuk anorganik untuk merangsang ledakan populasi fitoplankton dan membasmi gulma bawah-air dengan penaungan merupakan metode biologis yang efektif.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Pengendalian Selada Air (Pistia stratiotes) Dengan Kumbang dan Herbisida

Cilliers et al. (1996) melaporkan bahwa Pistia stratiotes L. atau selada air merupakan tumbuhan asing bagi Afrika Selatan, karena negara asalnya adalah Amerika Selatan. Selada air merupakan salah satu dari tiga gulma air penting di Taman Nasonal Kruger, Afrika Selatan. Pengendalian terhadap serangan tumbuhan asing adalah penting. Bila tidak dikendalikan, tumbuhan tersebut akan menyebar luas karena pertumbuhannya yang cepat dan bisa mengganggu lalu lintas air. Perairan bisa mengalami deoksigenasi (kekurangan oksigen) ketika gulma ini tumbuh rapat, evapotranspirasi (penguapan air oleh tumbuhan) meningkat, kehidupan fauna dan flora asli bisa terancam dan seluruh keseimbangan ekologis terganggu.

Baca juga
Meningkatkan Efektivitas Herbisida Dalam Membasmi Tumbuhan Air

Selada air (Pistia stratiotes L. (Araceae)) yang tumbuh di sungai besar bisa dikendalikan secara efektif dengan agen pengendali biologis, yaitu kumbang Neohydronomus affinis (Coleoptera : Curculionidae). Kontrol biologis telah berhasil dilakukan di Australia dan pertama kali dicoba pada tahun 1985-1986 di Afrika dengan hasil yang sangat memuaskan. Untuk mengendalikan tumbuhan ini secara biologi, sebanyak 500 ekor kumbang Neohydronomus affinis dewasa dilepaskan untuk pertama kalinya di sebuah sungai berarus deras yang diserang gulma tersebut pada bulan September 1987. Kemudian dilakukan empat kali pelepasan 100 sampai 1.000 kumbang dewasa dan larva, total sebanyak 5.000 ekor, selama lima tahun berikutnya. Berbagai parameter dipantau setiap enam minggu dari bulan Agustus sampai Mei setiap tahun untuk mengetahui perkembangan dan pengaruh Neohydronomus affinis terhadap selada air di sungai tersebut di atas.

Selada air yang menyerang badan air yang dangkal, terisolir dan secara bergantian mengalami musim kering dan hujan, harus dikendalikan secara kimia untuk mencegah meluasnya penyebaran gulma tersebut. Untuk pengendalian secara kimia, herbisida terbutrin diberikan pada selada air sebanyak 3 % (dicampur air) dengan menggunakan perahu atau disebarkan dari tebing sungai. Pemberian herbisida lewat udara dilakukan dengan bantuan helikopter dengan konsentrasi 30 % (dicampur air) sebanyak 6 liter per hektar. Pemberian bahan kimia ini dilakukan pada akhir musim kering ketika permukaan air sungai turun, tumbuhan lebih terkonsentrasi dan lebih mudah dijangkau.

Baca juga
Lamun : Habitat, Pertumbuhan dan Peranan Ekologis

Keefektivan Herbisida Dalam Membasmi Tumbuhan Air di Kolam

Boyd (1982) menyatakan bahwa herbisida sangat efektif dalam membunuh tumbuhan air. Bagaimanapun, begitu konsentrasi herbisida menurun sampai ke tingkat non-racun, tumbuhan air akan mulai tumbuh normal kembali. Sebagai contoh, bila kolam ikan diserang Potamogeton, penanganan kolam dengan herbisida jenis Diquat bisa memusnahkan tumbuhan air ini. Tetapi begitu konsentrasi Diquat menurun, Potamogeton atau tumbuhan bawah-air lain akan menyerang kolam kembali. Dengan kata lain, suatu habitat adalah cocok untuk pertumbuhan tipe-tipe vegetasi tertentu dan selain perubahan lingkungan tidak ada yang bisa mengubah tipe tumbuhan air dominan. Benar bahwa pemberian herbisida akan menjaga kolam bebas dari tumbuhan bawah-air, tetapi untuk ini diperlukan pemberian herbisida yang berulang. Bagaimanapun, bila pupuk diberikan ke kolam ikan di mana Potamogeton dibasmi dengan herbisida, maka akan terjadi ledakan populasi fitoplankton. Kekeruhan akibat fitoplankton akan mencegah tumbuhnya kembali tumbuhan bawah-air tanpa perlu memberikan herbisida lagi. Karena itu lingkungan harus diubah agar sesuai dengan tipe vegetasi yang lain.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda