Jumat, 09 November 2012

Oreochromis : Reproduksi, Osmoregulasi, Pertumbuhan dan Dinamika Populasi

Arsip Cofa No. C 100

Peranan Tulang Rahang Atas Dalam Reproduksi Oreochromis

Behrends et al. (1993) melaporkan bahwa ikan tilapia biru, Oreochromis aureus (Steindachner) umur dua tahun telah dipelihara dalam lima buah hapa pemijahan (ukuran 1,2 m x 1,2 m x 2,7 m) dengan padat penebaran enam ikan jantan dan enam ikan betina per hapa. Pada saat ditebarkan, berat badan rata-rata ikan jantan dan betina adalah 415 dan 225 gram, berturut-turut. Selama percobaan 50 hari (Juli – Agustus), dari 30 ekor ikan betina diperoleh 62.900 benih (telur dan anak ikan yang masih berkantung) yang dihasilkan oleh 78 pemijahan. Pada perlakuan pembanding (kontrol), penyingkiran tulang maksila (rahang atas) pada ikan jantan sebelum ditebarkan tidak mempengaruhi produktivitas pembenihan. Bagaimanapun, penyingkiran tulang rahang atas pada ikan betina secara nyata mengurangi frekuensi pengulangan pemijahan dan jumlah telur dalam sekali pemijahan (P < 0,05). Penyingkiran tulang rahang atas juga mempengaruhi perolehan berat badan ikan induk. Diduga bahwa hal-hal tersebut disebabkan oleh penyingkiran tulang rahang atas dan yang kemudian merusak hierarki dominansi.

Baca juga
Pengaruh Pengapuran Terhadap Biota Air

Air Budidaya Yang Kekurangan Kalsium Menyebabkan Pengeroposan Tulang Oreochromis niloticus

Takagi dan Yamada (1992) mempelajari pengaruh penyingkiran kalsium dari air budidaya atau baik dari makanan maupun dari air budidaya terhadap metabolisme tulang aselular pada ikan nila Oreochromis niloticus dengan metode histomorfometri tulang faringeal. Air budidaya yang kekurangan kalsium mengaktifkan sel-sel penyerap tulang dan menekan osteoblast, tanpa terpengaruh oleh penambahan kalsium dalam pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas sel-sel tulang aselular berubah untuk memindahkan kalsium dari tulang ke dalam cairan ekstraselular. Hal ini terjadi ketika ikan menghadapi kondisi stres akibat rendahnya kalsium, misalnya bila air di sekeliling ikan tersebut kekurangan kalsium. Penambahan kalsium dalam pakan tampaknya tidak cukup untuk metabolisme tulang secara normal pada tilapia.

Baca juga
Toleransi Ikan Mujaer (Cichlidae) Terhadap Suhu

Keterlibatan Autoantigen Sperma Dalam Fertilisasi Sel Telur Ikan Nila

Mochida et al. (1992) melaporkan bahwa dalam testis ikan nila Oreochromis niloticus, beberapa jenis protein spesifik muncul pada membran plasma sperma selama spermiogenesis (pembentukan sperma). Protein-protein ini dikenal sebagai autoantigen yang terisolir dari sistem kekebalan ikan oleh penghalang darah-testis, dan mungkin memiliki fungsi-fungsi spesifik selama dan setelah spermiogenesis. Untuk meneliti apakah autoantigen permukaan sperma terlibat dalam fertilisasi, kesuburan sperma yang diselubungi dengan autoantibodi anti-sperma telah diuji pada ikan nila. Lebih lanjut, pemurnian-sebagian terhadap autoantigen sperma telah dilakukan dalam penelitian ini. Autoantibodi anti-sperma telah diisolasi dari serum darah ikan nila jantan yang diimunisasi dengan sperma allogenik yang diemulsikan dengan larutan Freund lengkap. Telur yang baru saja dipijahkan diinseminasi dengan sperma yang telah bereaksi dengan autoantibodi di dalam plasma seminal buatan. Kesuburan sperma yang diselubungi autoantibodi ini jauh lebih rendah daripada kesuburan sperma yang diselubungi antibodi nonspesifik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sedikitnya ada satu jenis autoantigen yang berperanan penting dalam fertilisasi pada ikan nila. Lebih lanjut, protein-protein membran pada sperma telah dilarutkan dengan deterjen non ionik, yakni octylthioglucoside. Ekstrak ini dimasukkan ke dalam kolom afinitas dengan menggunakan anti-sperma autoantibodi-Sepharose 4 B, dan autoantigennya disingkirkan dengan larutan urea 8 M. Fraksi hasil penyingkiran ini dianalisis dengan elektroforesis gel SDS-poliakrilamida. Di bawah kondisi tereduksi, fraksi ini menunjukkan jalur-jalur polipeptida mayor yang berpusat pada 80 kDa serta beberapa jalur minor. Melalui analisis “immunoblotting” (pembentukan bintik zat kekebalan) dengan autoantibodi, empat jalur utama yang memuat jalur-jalur 80 kDa didentifikasi sebagai autoantigen.


Osmoregulasi Pada Larva Oreochromis mossambicus Yang Baru Menetas

Ayson et al. (1992) melaporkan bahwa larva ikan mujair Oreochromis mossambicus yang baru menetas tetap hidup meski dipindahkan langsung dari air tawar ke air laut (salinitas 33 ppt); larva umur 2 hari atau lebih bisa mentolerir perpindahan langsung dari air tawar ke air laut bersalinitas 25 ppt. Karena organ-organ osmoregulasi utama ikan dewasa masih belum berkembang pada larva tahap awal, sel klorida dalam membran kantung kuning telur diamati dengan menggunakan “daspei”, zat wana spesifik untuk sel yang kaya akan mitokondria. Perubahan ukuran dan jumlah sel klorida sampai kuning telur habis diserap diamati setelah larva yang baru menetas dipindahkan dari air tawar ke air laut. Sel prolaktin dan sel hormon pertumbuhan dalam pituitari larva juga diamati dengan imunositokemistri. Setelah dipindahkan ke air laut, ukuran sel klorida meningkat secara nyata 2 sampai 4 kali lipat dibandingkan pada larva air tawar. Ukuran rata-rata sel prolaktin dan luas pituitari yang mengandung sel tersebut secara nyata lebih besar pada larva air tawar dibandingkan pada larva air laut. Ukuran sel hormon pertumbuhan tidak dipengaruhi oleh perpindahan larva ke air laut. Hasil-hasil penelitian ini menunjukkan adanya kemungkinan keterlibatan sel klorida dalam membran kuning telur dan sel prolaktin pituitari dalam osmoregulasi larva Oreochromis mossambicus yang masih berkantung kuning telur.

Baca juga
Aspek Fisiologis Pemindahan Ikan Ke Medium Yang Berbeda Salinitasnya

Merangsang Pertumbuhan Ikan Mujaer Kecil Dengan Menyingkirkan Ikan-Ikan Besar

Sampath dan Ramasunder (1992) mempelajari pengaruh hierarki ukuran terhadap konsumsi makanan dan pertumbuhan ikan mujaer (Oreochromis mossambicus). Ikan ini, yang dibagi menjadi tiga kelas berdasarkan berat badan (kecil 4,68 gram, menengah 9,281 gram, dan besar 16,399 gram) dipelihara secara terpisah dan secara bersama-sama. Bila dipelihara secara terpisah dalam akuarium individual, kelas ikan kecil menunjukkan nilai maksimum laju makan dan pertumbuhan, diikuti oleh kelas menengah dan besar. Bagaimanapun, bila dipelihara bersama-sama, kelas kecil menunjukkan nilai minimum; nilai tersebut berkurang 52 % dibandingkan dua kelas lainnya. Laju pertumbuhan kelas menengah dan kelas besar tidak terpengaruh dalam pemeliharaan secara bersama-sama tersebut. Ikan kelas kecil bila dipelihara kembali secara terpisah setelah dipelihara bersama-sama dapat mengimbangi kehilangan pertumbuhannya yang terjadi selama pemeliharaan secara bersama-sama, dan mereka bisa mencapai laju pertumbuhan aslinya. Penyingkiran ikan-ikan besar secara berkala dari populasi terbukti dapat mendorong produksi dalam budidaya Oreochromis mossambicus.

Baca juga
Pengaruh Padat Penebaran Dalam Akuakultur

Dinamika Populasi Ikan Mujair dan Nila di Dua Bendungan

Amarasinghe dan de Silva (1992) mempelajari dinamika populasi dua spesies ikan cichlidae, ikan mujair Oreochromis mossambicus dan ikan nila Oreochromis niloticus di dua bendungan (Minneriya dan Kaudulla) di Sri Lanka dengan metode berdasar panjang. Panjang total asimptotik dan konstanta pertumbuhan Oreochromis mossambicus dan Oreochromis niloticus telah digunakan untuk menduga laju mortalitas dan laju eksploitasi. Penampilan pertumbuhan Oreochromis mossambicus di kedua bendungan lebih baik daripada Oreochromis mossambicus di berbagai daerah geografi lain. Virtual Population Analysis berstruktur-panjang menunjukkan bahwa laju mortalitas penangkapan mendekati konstan selama stok direkruitmen, yang menunjukkan bahwa pengaruh selektivitas jaring insang terhadap sampel tangkapan adalah kecil. Analisis hasil-per-rekruit relatif yang digabungkan dengan peluang tertangkap menunjukkan bahwa hasil tangkap Oreochromis mossambicus dan Oreochromis niloticus di bendungan Minneriya bisa ditingkatkan dengan meningkatkan ukuran saat pertama tertangkap. Di Kaudulla, peningkatan laju eksploitasi Oreochromis mossambicus berpengaruh negatif terhadap stok Oreochromis niloticus. Juga, peningkatan ukuran saat pertama tertangkap pada Oreochromis niloticus untuk mengoptimalkan hasil akan menyebabkan stok Oreochromis mossambicus kurang terkeploitasi.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda