Rabu, 05 Desember 2012

Sperma Ikan : Morfologi, Daya Gerak dan Kualitas

Arsip Cofa No. C 110

Proses Pembentukan Sperma Ikan Teleostei

Nagahama (1983) dalam Hoar et al. (1983) menyatakan bahwa perkembangan sel kelamin ikan berlangsung di dalam kista yang dibentuk oleh sel-sel Sertoli. Tahap-tahap spermatogenesis dan spermiogenesis dapat dibedakan berdasarkan karakteristik morfologi nukleus dan sitoplasmanya. Pembentukan kista dimulai dengan pembelahan mitotik spermatogonia. Spermatogonia kemudian berubah menjadi spermatosit primer. Pembelahan meiotik pertama menghasilkan dua sel anak, spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder kemudian berubah menjadi spermatid melalui pembelahan meiotik kedua. Spermatid ini, meskipun memiliki seperangkat kromosom haploid, belum dapat berfungsi sebagai gamet jantan. Mereka harus mengalami diferensiasi menjadi spermatozoa, sebuah proses yang disebut spermiogenesis.

Lama spermatogenesis telah diamati pada beberapa ikan teleostei, dan hasilnya bervariasi antar spesies. Selang waktu spermatogenesis ikan medaka telah ditentukan menggunakan teknik “tritiated thymidine” dan autoradiografik; lama minimum dari sintesis DNA tahap dini dalam “leptotene spermatocyte” sampai spermatid tahap awal adalah 5 hari pada suhu 25 oC (12 hari pada 15 oC) dan periode dari spermatid awal sampai spermatozoa adalah 7 hari pada suhu 25 oC (8 hari pada suhu 15 oC). Pada ikan gapi, periode waktu untuk perkembangan dari leptotene tahap dini menjadi spermatozoa adalah 14,5 hari pada suhu 25 oC. Pada Poecilia shenope lama dari leptotene sampai spermatozoa matang setidaknya 21 hari (Nagahama, 1983, dalam Hoar et al., 1983).

Sekresi dan Fungsi Saluran Sperma Ikan

Lahnsteiner et al. (1993), dengan menggunakan mikroskop cahaya dan mikroskop elektron serta kromatografi lapisan-tipis enzim-histokimia dan fotometri, mempelajari fungsi saluran sperma pada ikan-ikan salmonidae (rainbow trout, Oncorhynchus mykiss, Arctic charr, Salvelinus alpinus, ikan grayling, Thymallus thymallus; whitefish, Coregonus sp.). Selama pemijahan, saluran sperma ikan salmonidae menunjukkan aktivitas sekresi yang tinggi : ia mensintesis berbagai steroid, lipida (trigliserida, asam-asam lemak, ester-ester kolesterol, fosfatidil-kolin), monosakarida (glukosa, fruktosa), protein dan enzim-enzim (fosfatase, glukuronidase dan protease asam dan basa). Ia berperanan penting dalam penyimpanan dan penyerapan-kembali spermatozoa. Ada perbedaan interspesifik dalam hal kapasitas penyimpanan semen (cairan sperma).

Baca juga
Reproduksi dan Endokrinologi

Morfologi Sperma Ikan Teleostei

Nagahama (1983) dalam Hoar et al. (1983) menjelaskan morfologi spermatozoa ikan teleostei berdasarkan studi literatur. Spermatozoa teleostei dapat dibagi secara morfologi menjadi kepala, bagian leher, bagian tengah dan ekor. Sperma ikan tidak mempunyai acrosom yang terdapat pada semua kelompok vertebrata lain, hal ini mungkin berkaitan dengan adanya micropyle pada telur teleostei. Kepala secara umum berbentuk bulat atau oval; spermatozoa berbentuk sabit atau bulan-sebelah ditemukan pada ikan sidat. Bagian tengah mengikuti pola ultrastruktur umum, terdiri dari sebuah flagel tengah dan selubung mitokondrial. Pada kebanyakan spermatozoa teleostei, mitokondria ada sedikit, tidak termodifikasi, dan terletak di dalam “lengkung bawah” agak jauh di belakang nukleus. Spermatozoa tak berflagel dan spermatozoa berflagel dua ditemukan pada beberapa ikan teleostei. Flagel ekor spermatozoa pada kebanyakan spesies menunjukkan pola axonemal khas 9 + 2, tetapi spermatozoa sidat memiliki pola khas 9 + 0 tanpa axonema pusat.

Morfologi sperma tampaknya mencerminkan cara pembuahan. Tipe spermatozoa primitif masih dipertahankan pada spesies-spesies yang pembuahannya terjadi di luar tubuh; bentuk nukleus sperma spesies ini bundar. Berbagai modifikasi morfologi sperma terjadi pada spesies dengan pembuahan internal di mana nukleus sperma lebih memanjang dan bagian tengah berkembang sempurna. Contoh yang tepat morfologi sperma seperti ini yang bersesuaian dengan cara reproduksi telah diamati pada dua spesies ikan yang berkerabat dekat. Pada ikan medaka, dengan pembuahan eksternal, morfologi sperma masih primitif dengan nukleus bundar dan bagian tengah pendek. Pada ikan guppy, dengan pembuahan internal, nukleus maupun bagian tengah memanjang.

Baca juga
Morfologi dan Perkembangan Telur, Embryo dan Larva Ikan

Sperma Abnormal Pada Ikan Cottus

Quinitio dan Takahashi (1992) mengamati secara ultrastruktural proses spermatogenesis dan spermiogenesis pada ikan river sculpin, Cottus hangiongensis. Selama spermatogenesis, beberapa kista germinal di dalam lobula-lobula seminal ditemukan mengandung spermatosit, yang memiliki inti sel berbentuk tak teratur, mitokondria berbentuk donat, dan jembatan-jembatan interseluler tak-khas dengan sisternae ganda mirip cakram. Selain itu, banyak kista mengandung spermatid berinti dua ditemukan di dalam testis. Di dalam kromatin inti yang berpasangan pada spermatid tak-normal, ditemukan granula-granula berelektron padat, yang menjadi inti globula kromatin yang sedang berkembang. Ukuran globula kromatin bertambah, sehingga menyebabkan pembesaran inti yang berpasangan. Sel-sel ini pada akhirnya dilepaskan dari kista ke lumen lobula seminal dan kemudian mengalami penyusutan lebih lanjut, sehingga tampak sebagai “massa spermatid” yang khas di dalam testis matang-kelamin.

Gamone, Senyawa Pengaktif Sperma Ikan

Blaxter (1983) dalam Hoar et al. (1983) menyatakan bahwa ada bukti-bukti yang menunjukkan aksi gamone pada ikan Lampetra dan teleostei. Senyawa ini mengaktifkan sperma dan berfungsi sebagai penarik (atraktan) kimiawi agar sperma mendekati sel telur, sementara jenis senyawa gamone lain diketahui melumpuhkan atau menggumpalkan sperma. Pada spesies ikan bitterling, Acheilognathus dan Rhodeus, penggerombolan dan aktivitas spermanya berlangsung di daerah micropyle pada korion telur.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Daya Gerak Sperma Ikan Dalam Air

Blaxter (1983) dalam Hoar et al. (1983) mengutip beberapa laporan mengenai kemampuan sperma mempertahankan daya gerak (motility) dan kesuburannya setelah dikeluarkan dari tubuh ikan. Daya gerak sperma berlangsung singkat bila pemijahan terjadi di perairan yang mengalir cepat, sebagai contoh, 10 – 15 detik pada ikan salmon. Di perairan yang mengalir lebih lambat, sperma ikan sturgeon dapat bergerak selama 230 – 290 detik, dan sperma ikan hering laut dapat bergerak selama berjam-jam atau beberapa hari.

Pengaruh Obat Bius 2-Fenoksietanol Terhadap Daya Gerak Sperma Ikan Kowan dan Silver Carp

McCarter (1992) melaporkan bahwa ikan kowan (Ctenopharyngodon idella) dan ikan silver carp (Hypophthalmichthys molitrix) telah dirangsang untuk memijah di dalam tangki dalam-ruangan. Ikan-ikan induk dibius selama penyuntikan dan pengurutan-perut (stripping) dengan menambahkan obat penenang 2-fenoksietanol pada konsentrasi 0,2 ml/liter. Ternyata bahwa 2-fenoksietanol tidak berpengaruh terhadap daya gerak sperma pada konsentrasi tersebut.

Variasi Tahunan Kualitas Sperma Ikan Mas

Rodriguez Gutierres et al. (1991) menentukan hubungan antara mutu cairan seminal (cairan sperma) dan faktor kondisi ganda, dengan memperhatikan morfologi, daya hidup, jumlah spermatozoa per ml, densitas, berat dan volume total sperma yang dikeluarkan, pada setiap musim pemijahan. Hasilnya menunjukkan bahwa cairan seminal tidak menunjukkan adanya variasi dalam hal daya hidup, morfologi dan densitas sperma untuk semua tahun.

Baca juga
Penyimpanan Sperma Ikan Jangka-Panjang Dengan Cara Pembekuan Dalam Nitrogen Cair

Peningkatan Mutu Sperma Ikan Mas Dengan Natrium Sitrat

Magyary et al. (1991) menggunakan ikan mas (Cyprinus carpio) jantan, yang semuanya berumur dan berukuran sama, sebagai binatang percobaan. Semuanya diberi larutan hormon pituitari untuk merangsang pemijahan. Daya gerak spermatozoa diteliti di dalam air akuarium (sebagai kontrol) dan dalam berbagai konsentrasi garam trinatrium asam sitrat yang berkisar dari 0,2 % (0,007 M) sampai 10 % (0,340) dengan penambahan 10 volume setiap konsentrasi yang sedang diuji ke dalam satu volume sperma. Spermatozoa bisa diaktifkan oleh larutan uji berkonsentrasi rendah. Lama daya gerak bisa sangat ditingkatkan oleh beberapa konsentrasi garam ini. Konsentrasi yang lebih tinggi di mana spermatozoa tidak dapat diaktifkan digunakan sebagai larutan uji untuk mereaktifkannya di dalam percobaan pengawetan jangka pendek. Dibandingkan dengan NaCl, Na-sitrat memberikan aktivitas maksimal yang jauh lebih lama dan juga periode maksimal reaktivasi (penyimpanan) yang jauh lebih lama pula.

Baca juga
Penyimpanan-Beku dan Penyimpanan-Dingin Telur dan Sperma Ikan

Merangsang Spermiasi Ikan Bandeng (Chanos chanos) Dengan Hormon LHRH-A

Marte et al. (1988) melaporkan bahwa pencangkokan LHRH-A dapat merangsang dan mempertahankan spermiasi (proses pembentukan sel-sel sperma) pada ikan bandeng jantan matang-gonad. Laporan-laporan yang diterbitkan oleh beberapa peneliti lain menunjukkan bahwa penyuntikan intraperitoneal LHRH-A dalam air garam atau dalam propilen glikol 40 %, pencangkokan 1,5 mg/kg LHRH-A dalam silastik atau 25 mikrogram/ikan D-Nal(2)6-LHRH dalam pelet kolesterol merangsang spermatogenesis dan spermiasi pada ikan salmon Atlantik. Penyuntikan LHRH-A juga merangsang spermiasi dan meningkatkan volume sperma pada ikan mas. Sedikit perhatian diarahkan pada spermiasi bandeng jantan kecuali dalam sebuah laporan terdahulu di mana spermiasi pada ikan jantan liar dipertahankan selama 8 hari dengan menggunakan sediaan androgen komersial. Spermiasi dipertahankan pada bandeng yang dicangkoki secara kronis dengan metil testosteron yang dikombinasikan dengan pelet LHRH-A tetapi ikan jantan hanya menunjukkan sedikit respon terhadap LHRH-A.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda