Minggu, 09 Desember 2012

Pupuk Organik Versus Pupuk Anorganik Untuk Kolam Ikan

Arsip Cofa No. C 112

Macam-Macam dan Sifat-Sifat Pupuk Organik Untuk Kolam Ikan

Boyd (1982) menyatakan bahwa banyak ragam bahan digunakan sebagai pupuk organik dalam kolam ikan, di antaranya adalah sebagai berikut : rumput, dedaunan dan buluh tumbuhan; kotoran cair dari fasilitas penampung limbah ternak; air selokan; limbah industri dari pabrik penyulingan, kulit dan susu, pemurnian gula, dan pabrik pengalengan ikan; kotoran ternak; tahi; ampas biji kapas, kacang tanah dan bunga matahari; limbah kedelai; tepung biji kapas; dan jerami kering. Banyak limbah produk lain mungkin juga sesuai untuk pupuk organik, di antaranya adalah limbah cair. Walaupun limbah cair seperti air selokan telah lama digunakan untuk produksi ikan, namun baru akhir-akhir ini menarik perhatian untuk dipelajari. Limbah cair menyediakan lingkungan yang kaya akan zat hara bagi produksi ikan, dan aktivitas makan yang dilakukan ikan mengurangi beban bahan organik dalam limbah itu. Demikianlah, produksi ikan dalam limbah cair dipandang oleh sebagian orang sebagai metode yang masuk akal untuk memurnikan air.

Menurut Boyd (1982), sifat bahan organik dan perlakuan sebelumnya menentukan kadar air dan kandungan zat hara primer pupuk itu. Konsentrasi zat-zat hara primer sangat bervariasi antar rabuk, akan tetapi rabuk mempunyai persentase zat-zat hara primer yang lebih rendah daripada pupuk kimia. Satu kilogram diamonium fosfat (18-46-0) mengandung nitrogen sebanyak kandungan pada 36 kg tahi sapi perah dan mengandung P2O5 sebanyak kandungan pada 230 kg tahi ini. Karena keragamannya, daftar rasio zat hara dalam rabuk memiliki arti yang kecil. Analisis kimia merupakan satu-satunya cara yang meyakinkan untuk menentukan kandungan zat-zat hara primer suatu pupuk organik.

Baca juga
Komposisi Kimia Air di Perairan Darat

Pengaruh Pupuk Anorganik Pada Kolam Ikan Yang Diberi Pupuk Organik

Fox et al. (1992) mempelajari pengaruh penambahan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan ikan juvenil walleye (Stizostedion vitreum) serta produksi dan ketersediaan pakan alami di kolam pemeliharaan yang diberi pupuk organik. Tiga kolam kontrol dipupuk dengan ampas tepung kedelai. Kolam-kolam lain diberi pupuk yang sama dengan dosis sama, tetapi ditambah dengan pupuk organik 8-32-16, dilarutkan dalam wadah terapung, dan diberikan sebanyak 2,8 gram P2O5 ekuivalen/m3 per minggu. Ikan walleye umur 2 hari ditebarkan di kolam. Walleye di kolam yang dipupuk anorganik tumbuh lebih cepat, dan beratnya hampir dua kali berat ikan di kolam kontrol pada saat panen. Kelangsungan hidup tidak berbeda nyata antar perlakuan. Walapun kepadatan Daphnia tidak berbeda nyata antar perlakuan, namun populasi Daphnia bertahan lebih lama di kolam yang diberi pupuk anorganik meski laju pemangsaan oleh ikan lebih tinggi. Perbaikan pertumbuhan ikan walleye di kolam yang diberi tambahan pupuk anorganik tampaknya disebablan oleh lebih tingginya produksi Daphnia, plankton mangsa utama yang dimakan ikan ini.

Baca juga
Peran Kalium Bagi Kolam, Udang dan Ikan

Untung-Rugi Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kolam Ikan

Boyd (1982), berdasarkan laporan-laporan penelitian lain, mengulas praktek penggunaan pupuk organik untuk kolam ikan. Gabungan pemberian pakan berupa pelet dan pemupukan organik menghasilkan produksi ikan yang tinggi. Sebagai contoh, produksi ikan karper meningkat di kolam yang diberi pelet pakan ketika kotoran ayam atau rabuk ternak cair diberikan sebanyak 5 kg/ha berat kering selama 5 hari per minggu. Tahi sapi segar (rabuk padat) berdampak negatif terhadap produksi ikan karper, dan pemupukan kimia tidak seefektif kotoran ayam atau rabuk ternak cair dalam meningkatkan produksi ikan. Dalam sebuah penelitian, rabuk ternak cair diganti dengan pelet pakan ikan pada sistem polikultur. Rata-rata produksi ikan di kolam yang hanya diberi rabuk ternak cair adalah 32 kg/ha sedang produksi ikan di kolam yang diberi pakan pelet komersial adalah 50 kg/ha.

Menurut Boyd (1982) hasil-hasil percobaan menunjukkan bahwa pupuk organik berguna dalam meningkatkan produksi ikan. Pupuk organik dalam jumlah besar yang diperlukan tidak selalu tersedia, sulit ditangani, dan bisa menyebabkan kehabisan oksigen terlarut atau masalah ekologis lainnya. Namun demikian, di banyak daerah pupuk kimia tidak tersedia atau terlalu mahal untuk digunakan di kolam ikan. Di daerah-daerah ini, penggunaan rabuk bisa ditingkatkan karena pemberian bahan organik merupakan satu-satunya cara yang ada untuk meningkakan produksi ikan. Bahkan di negara-negara yang teknologinya maju adalah bijaksana untuk menggunakan limbah organik yang ada dalam meningkatkan produksi ikan. Praktek ini mengubah limbah menjadi barang yang berguna dan menghemat pupuk kimia dan pakan. Disimpulkan bahwa pakan kaya-protein menghasilkan produksi ikan maksimum per satuan yang lebih tinggi daripada yang dihasilkan oleh rabuk namun tingginya harga pakan kaya-protein menghalangi penggunaannya di sebagian besar negara tropis.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Perbandingan Pupuk Organik dan Anorganik Dalam Meningkakan Produksi Ikan Budidaya

Beberapa orang menunjukan bahwa pupuk organik bisa menghasilkan produksi ikan tepat sebanyak yang bisa dihasilkan oleh pupuk kimia. Boyd (1982) meringkas laporan-laporan mengenai hal ini. Dilaporkan bahwa pemberian 15.000 kg/ha rabuk sapi menghasilkan rata-rata produksi ikan 300 kg/ha sementara kolam kontrol menghasilkan 97 kg/ha ikan. Pada percobaan yang sama, berbagai perlakuan dengan pupuk kimia menghasilkan rata-rata produksi ikan 243 – 373 kg/ha. Telah dilakukan dua penelitian yang menyimpulkan bahwa pupuk organik menghasilkan cukup banyak peningkatan produksi ikan bluegill di kolam. Pemupukan organik bisa disamakan dengan pemupukan kimia dalam meningkatkan produksi ikan sunfish. Penelitian lain melaporkan bahwa telah diperoleh rata-rata produksi Tilapia sebanyak 1.646 kg/ha di kolam yang diberi rabuk ternak dua kali sehari dengan jumlah total rabuk segar yang diberikan adalah 28.381 kg/ha (5.392 kg/ha berat kering). Bagaimanapun, pemberian hanya 3.521 kg/ha pakan ikan komersial (36 % protein kasar) ke kolam lain menghasilkan produksi Tilapia sebanyak 2.663 kg/ha. Jelas bahwa rabuk merupakan pakan ikan yang mutunya agak rendah.

Baca juga
Dinamika Zat Hara di Estuaria

Produktivitas Kolam Ikan Yang Dipupuk Kandang dan Pupuk Anorganik

Quiros Castelan et al. (1992) menyatakan bahwa pendugaan produktivitas primer dan komposisi komunitas fitoplankton di kolam ikan yang dipupuk secara intensif adalah sangat penting karena menentukan beberapa karakteristik lingkungan khusus yang merupakan informasi yang sangat berguna dalam memilih spesies ikan yang akan dibudidaya. Tiga kolam ikan polikultur tradisional telah diberi pupuk organik dan pupuk mineral sehingga menghasilkan kelimpahan fitoplankton 300.000 – 570.000 organisme/ml yang didominasi oleh chlorophyta. Nilai tertinggi untuk produktivitas kotor adalah 5,62 dan 6,84 mg karbon/liter/3 jam di kolam yang diberi kotoran ternak dan pupuk mineral, berturut-turut; kolam-kolam ini dianggap eutrofik (subur).

Baca juga
Upaya Mengatasi Eutrofikasi

Keunggulan Pupuk Anorganik Dibandingkan Pupuk Organik Bagi Plankton Kolam, Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan

Qin dan Culver (1992) membandingkan dua metode pemupukan, yaitu pemberian pupuk anorganik versus gabungan pupuk anorganik dan organik, di empat kolam dengan dua ulangan untuk setiap perlakuan padat penebaran larva ikan walleye (Stizostedion vitreus) 244.000/ha. Kelangsungan hidup dan panjang total ikan rata-rata, berturut-turut, adalah 77,9 % dan 38,9 mm di kolam yang diberi pupuk anorganik, serta 2,5 % (?) dan 49,2 mm di kolam yang diberi gabungan pupuk anorganik dan organik. Tidak ada perbedaan nyata untuk kelimpahan total zooplankton (P > 0,15) dan fitoplankton (P > 0,34) antara kedua perlakuan, tetapi rata-rata konsentrasi oksigen terlarut di dasar kolam secara nyata lebih rendah di kolam yang diberi gabungan pupuk anorganik dan organik (6,8 mg O2/liter) dibandingkan di kolam yang diberi pupuk anorganik (10,4 mg O2/liter ; P < 0,021). Tingginya mortalitas ikan di kolam yang diberi gabungan pupuk anorganik dan organik mungkin disebabkan oleh rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, atau akibat keracunan amonia. Diduga bahwa di kolam pembenihan yang diisi dengan air danau, penggunaan pupuk anorganik saja (N : P = 20,1) akan memberikan hasil yang lebih baik daripada penggunaan pupuk gabungan anorganik dan organik.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda