Jumat, 18 Januari 2013

Ekologi Parasit Ikan

Arsip Cofa No. C 126

Frekuensi Infeksi Parasit Darah Ikan di Laut-Dalam, Paparan Benua dan Pantai

Khan et al. (1992) melaporkan bahwa total 410 ikan demersal laut-dalam yang terdiri dari 54 spesies telah diambil dari kedalaman 1.000 – 3.200 meter di dua lokasi di Samudra Atlantik barat laut kemudian diamati hematozoa-nya (binatang penghuni darah). Hematozoa ditemukan pada 29 % dari total ikan dan 61 % dari total spesies ikan. Piroplasma (Haemohormidium spp.) merupakan parasit yang paling umum (26 % infeksi), sedangkan haemogregarina, tripanosoma dan cryptobia menginfeksi lebih sedikit. Haemogragarina marshallairdi sp. nov. ditemukan pada ikan Nezumia bairdi dan Macrourus bergiar. Parasit misterius di dalam sel darah merah telah ditemukan pada satu ikan.

Perbandingan frekuensi infeksi pada ikan laut-dalam, ikan paparan benua dan ikan dekat-pantai menunjukkan bahwa persentase spesies ikan yang terinfeksi bisa dianggap sama untuk ketiga daerah tersebut dan bahwa frekuensi infeksi piroplasma adalah lebih tinggi di lokasi laut-dalam. Adalah mungkin bahwa penularan hematozoa, mungkin oleh lintah penghisap darah, di zona demersal laut-dalam adalah sama dengan pada paparan benua walaupun ada perubahan dramatis dalam hal faktor-faktor bio-fisika-kimia akibat bertambahnya kedalaman (Khan et al., 1992).

Baca juga :
Parasit Ikan

Variasi Tingkat Keparahan Serangan Parasit pada Ikan Gadus

Shvetsova (1992) dalam Gritsenko (1992) mempelajari distribusi parasit dan ikan cod di lautan Timur Jauh. Studi ini melaporkan adanya 57 spesies cacing helminthes dan krustasea parasit pada ikan cod (Gadus macrocephalus). Tidak ada daerah distribusi ikan cod yang aman dari parasit, tetapi otot ikan cod dari Laut Okhotsk menunjukkan derajat serangan terendah. Derajat serangan parasit di berbagai bagian otot sangat bervariasi dan studi yang bertujuan untuk menemukan pola optimum dalam menyiangi daging ikan tidak memberikan hasil yang positif.

Baca juga :
Hubungan Aerasi dengan Kejadian Penyakit dan Parasit Ikan

Variasi Geografis Kelimpahan Parasit Anisakis Pada Ikan Gadus

Brattey dan Bishop (1992) melaporkan bahwa larva cacing Anisakis simplex (Nematoda : Ascaridoidea) telah ditemukan dalam daging ikan cod Atlantik Gadus morhua, yang dikumpulkan di 21 daerah sekitar Newfoundland dan Labrador selama tahun 1985 – 1987. Frekuensi dan kelimpahan parasit meningkat dengan meningkatnya ukuran ikan cod inangnya dan bervariasi secara geografis; ikan cod dari lepas pantai Labrador memiliki larva cacing paling sedikit, sedangkan ikan dari pesisir selatan Newfoundland terinfeksi paling parah. Ikan cod yang disurvei cenderung memiliki lebih banyak Anisakis simplex di dalam jaringan ototnya daripada ikan cod dari daerah-daerah lain di lepas pantai timur Kanada, tetapi infeksinya kurang parah dibandingkan dengan kebanyakan stok ikan cod Atlantik. Jumlah Anisakis simplex dalam ikan cod dari lepas pantai Labrador dan timur Newfoundland adalah sama dengan yang diamati selama tahun 1947 - 1953, tetapi kelimpahan Anisakis simplex tampaknya meningkat di antara ikan cod dari daerah NAFO (North Atlantic Fisheries Organization ?) Subdivisi 3 Pn.

Baca juga :
Kekebalan Ikan terhadap Infeksi Patogen dan Parasit

Persaingan di Antara Parasit-Parasit Insang Ikan

Starovoytov (1990) mempelajari interaksi di antara beberapa parasit insang ikan zander. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persaingan di antara parasit-parasit Ancyrocephalus paradoxus dan Achteres percarum terjadi bila Ancyrocephalus paradoxus, Myxocephalus sp., Ergasilus sieboldi dan Achteres percarum ada secara bersamaan pada insang ikan zander.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Fluktuasi Musiman Intensitas Serangan Parasit Anguillicola Pada Ikan Sidat

Thomas dan Ollevier (1992) melakukan sampling ikan sidat (Anguilla anguilla) dua kali sebulan (Maret 1990 sampai Maret 1991) di Kolenhaven (Albertcanal, Genk, Belgia) kemudian mengamati keberadaan cacing nematoda Anguillicola crassus di dalam gelembung renang ikan sidat itu. Rata-rata untuk semua sampel, sebanyak 90,2 % dari 345 ekor ikan sidat terinfeksi dengan intensitas rata-rata (rata-rata untuk semua tahap) 17 nematoda. Tiga puluh satu persen dari semua nematoda, yang merupakan cacing dewasa atau potongan-potongan tubuhnya, ada di dalam lumen gelembung renang sidat, sedangkan 69 % lainnya yang terdiri dari larva tahap ketiga atau keempat dan pra dewasa ditemukan pada dinding gelembung renang sidat. Tidak ada fluktuasi musiman yang jelas dalam hal ke-umum-an parasit atau intensitas rata-rata. Baik larva L-3 maupun cacing dewasa matang-gonad ada sepanjang tahun. Telur atau larva L-2 terlihat pada 41 % sidat yang terinfeksi. Keberadaan ini tidak menunjukkan pola tahunan, namun ia berkorelasi positif dengan panjang sidat : larva L-2 di mana konsentrasi parasit yang tinggi ditemukan hanya pada sidat yang panjangnya lebih dari 40 cm. Korelasi positif namun lemah antara panjang sidat dan jumlah nematoda dewasa di dalam gelembung renang adalah nyata, namun tidak ada korelasi antara panjang sidat dan beban total parasit.

Baca juga :
Formalin Untuk Mengendalikan Parasit Ikan dan DampaknyaTerhadap Kualitas Air Kolam

Kondisi Sungai Mempengaruhi Infeksi Cacing Parasit Pada Ikan

Malhotra et al. (1991) melaporkan bahwa studi selama tiga tahun terhadap ekologi parasit ikan Schizothorax richardsonii penghuni perairan sungai Neeru nullah, Bhaderwah, India, menunjukkan adanya infeksi musiman Diplozoon sp. (trematoda), Spinitectus sp. (nematoda) dan sejenis cestoda. Kejadian parasit yang sedikit (secara kualitatif dan kuantitatif) pada ikan snow trout ini mungkin disebabkan oleh efek mekanis arus deras, konsentrasi oksigen terlarut yang tinggi, dan sedikitnya produksi kopepoda, moluska dan burung (ketiganya merupakan inang antara) di nullah tersebut. Infeksi parasit yang diamati selama musim semi dan panas hanya menunjukkan hubungan positif dengan naiknya suhu dan relatif rendahnya konsentrasi oksigen terlarut.

Pengaruh Musim dan Kesuburan Danau Terhadap Kopepoda Parasit

Tuuha et al. (1992) melakukan penelitian untuk mengetahui kopepoda ergasilid parasit. Total sebanyak 1.225 ekor ikan roach Rutilus rutilus (L.) dan 866 ikan perch Perca fluviatilis (L.) dari empat danau yang saling berhubungan di Finlandia Tengah, yang berbeda dalam hal kesuburan dan tingkat pencemaran, telah dipelajari antara Agustus 1985 dan Desember 1988. Selain itu, sebanyak 109 ikan whitefish (Coregonus sp.) dipelajari dari salah satu danau. Ditemukan empat spesies ergasilid : (dominansi dan intensitas/ikan, berturut-turut, untuk seluruh material diberikan dalam tanda kurung) Ergasilus briani (16,9 %, 0,5), Neoergasilus japonicus (15,6 %, 0,4) dan Paraergasilus longidigitus (2,1 %, 0,02) pada ikan roach dan Ergasilus sieboldi (9,9 %, 0,1) dan Paraergasilus longidigitus (4,9 %, 0,05) pada ikan perch.

Secara umum, dominansi Ergasilus briani pada ikan roach bergantung hanya pada musim, dengan dominansi lebih tinggi pada musim panas. Dominansi Ergasilus sieboldi pada ikan perch tergantung terutama pada (kesuburan) danau; spesies parasit ini paling sering ditemukan pada danau oligotropik (kurang subur). Baik danau, tahun maupun musim mempengaruhi dominansi Neoergasilus japonicus pada ikan roach. Pola yang lebih rumit untuk Neoergasilus japonicus disebabkan oleh lamanya periode hidup-bebas, lemahnya penempelan parasit ini pada tubuh inang dan lokasi penempelannya pada sirip ikan inang, sedangkan Ergasilus briani dan Ergasilus sieboldi menempel pada insang ikan (Tuuha et al., 1992).

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda