Selasa, 22 Mei 2012

Distribusi, Kelimpahan dan Komposisi Spesies Fitoplankton Laut

Arsip Cofa No. C 046

Pengaruh Angin Terhadap Konsentrasi Fitoplankton

Yentsch dan Phinney (1991) dalam Desai (1992) mempelajari pengaruh kecepatan dan arah angin terhadap distribusi klorofil fitoplankton di Laut Arab bagian barat. Peningkatan secara dramatis konsentrasi klorofil fitoplankton di Laut Arab berhubungan dengan kecepatan dan arah angin muson. Pada awal bertiupnya angin muson barat-daya, pengamatan satelit menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi klorofil di lepas pantai Somalia dan pesisir Arab. Ketika kecepatan angin muson meningkat, konsentrasi maksimum ditemukan selama bulan Agustus dan September. Konsentrasi klorofil fitoplankton paling rendah selama bulan-bulan musim semi (Maret – Mei). Tampaknya ada kesenjangan waktu lebih dari satu bulan antara perubahan arah angin barat-daya dan kemunculan konsentrasi klorofil yang tinggi akibat upwelling yang ditimbulkan angin. Kecepataan angin barat-daya meningkat pada bulan Mei, tetapi klorofil tidak muncul hingga bulan Juni. Konsentrasi klorofil tetap relatif tinggi dari bulan November sampai Februari ketika angin berbalik arah.

Baca juga :
Daya Apung Fitoplankton dan Arti Pentingnya

Fluktuasi Kelimpahan Fitoplankton Mikro di Hutan Bakau

Kannan dan Vasantha (1992) mempelajari komposisi spesies dan kepadatan populasi mikrofitoplankton di hutan bakau Pitchavaram, pesisir tenggara India. Keragaman spesies fitoplankton di hutan bakau Pitchavaram adalah tinggi. Ada 82 spesies yang terdiri dari 67 spesies diatom, 12 spesies dinoflagelata dan 3 spesies alga hijau biru. Diatom menyusun 72 % dan disusul oleh dinoflagelata sebanyak 15 % biomas di mana ada bentuk autochthonous (berasal dari dalam sistem dan bersifat sementara atau permanen) dan allochthonous (berasal dari luar sistem). Kepadatan populasi fitoplankton menunjukkan fluktuasi musiman yang lebar dengan minimum selama bertiupnya angin muson dan maksimum selama musim panas, yang menunjukkan kemungkinan adanya pengaruh berbagai faktor lingkungan.

Baca juga :
Struktur Komunitas dan Dinamika Populasi Plankton

Variasi Musiman Kelimpahan dan Komposisi Spesies Fitoplankton

Park dan Lee (1990) telah mengumpulkan sampel fitoplankton di 28 stasiun oseanografi di perairan selatan Korea pada bulan Februari, April dan Agustus 1988 untuk mengetahui distribusi dan komposisi spesies fitoplankton serta hubungannya dengan gerakan masa air. Selama periode penelitian, standing crop fitoplankton di perairan selatan mencapai maksimum pada bulan April dan minimum pada bulan Februari. Standing crop tertinggi ditemukan di dekat zona front yang terbentuk antara Pulau Cheju dan Pulau Tsushima. Jadi, kelimpahan fitoplankton tergantung pada lokasi zona front ini. Sebaliknya, standing crop relatif rendah ada di laut terbuka jauh dari zona front tersebut pada bulan Februari dan Agustus. Tujuh puluh dua spesies fitoplankton telah diidentifikasi dari sampel. Di antara mereka, 61 spesies tergolong diatom dan 12 spesies dinoflagelata. Jumlah terbanyak spesis fitoplankton terjadi pada Agustus sedang jumlah terbanyak sel ada pada bulan April. Spesies dominan adalah Eucampia zodiacus pada Februari, Skeletonema costatum dan Chaetoceros curvisetus pada bulan April dan Chaetoceros affinis pada bulan Agustus.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Perbedaan Komposisi Fitoplankton Antar Lapisan Masa Air

Videau dan Leveau (1990) mempelajari biomas dan produktivitas fitoplankton di dalam masa air lidah sungai Rhone pada musim semi. Sungai Rhone yang membuang airnya ke Laut Mediterania memiliki masa air yang berlapis-lapis dengan jelas. Air lapisan atas dicirikan oleh salinitas yang rendah, setengah biomas klorofil disumbangkan oleh nanoplankton. Nano- dan pikoplankton mengikat karbon anorganik dengan kisaran yang sama (40 %). Pada lapisan bawah yang khas air laut, 60 % biomas fitoplankton dan produktivitasnya dihasilkan oleh pikoplankton. Lapisan air peralihan dicirikan oleh melimpahnya mikroplankton yang menyusun lebih dari 50 % biomas klorofil total yang pengikatan karbonnya lebih tinggi pada pycnocline (garis yang menunjukkan perbedaan densitas kolom air secara vertikal) dan , terutama, dekat front lidah sungai.

Baca juga :
Variasi Keragaman, Kelimpahan dan Komposisi Spesies Zooplankton

Hubungan Antara Stratifikasi Termal dan Keragaman Fitoplankton

Claustre et al. (1992) mempelajari komposisi biokimia (karbon, nitrogen, asam-asam amino bebas, klorofil, karotenoid) pada pelet tinja kopepoda dan membandingkannya dengan partikel-partikel materi yang dikumpulkan di tiga lokasi, masing-masing dengan karakteristik hidrografi berbeda di Laut Irish, selama bulan Mei/Juni 1988. Lokasi-lokasi tersebut adalah perairan pesisir dengan stratifikasi termal yang lemah, perairan tengah dengan stratifikasi termal yang kuat dan perairan tengah dengan kondisi isotermal (sama-suhu) yang teraduk. Makanan tidak menjadi pembatas bagi kopepoda di lokasi-lokasi itu, sebagaimana ditunjukkan oleh konsentrasi maksimum klorofil-a yang berkisar 4 sampai 7,5 mikrogram/liter. Ada perbedaan menyolok dalam hal komposisi dan kualitas partikel materi di ketiga lokasi. Lokasi I didominasi oleh diatom, lokasi II dicirikan oleh keragaman populasi fitoplankton, sedang lokasi III didominasi oleh detritus dan sisa-sisa diatom. Perbedaan ini tercermin dalam komposisi biokimia pelet tinja kopepoda. Secara nyata tidak ada pengayaan bakteri pada pelet tinja.

Baca juga :
Virus dan Bakteri Planktonik Dalam Perairan

Pengaruh Stratifikasi Masa Air Terhadap Distribusi dan Produktivitas Fitoplankton

Martin-Jezequel dan Videau (1992) mempelajari distribusi vertikal dan produktivitas fitoplankton dan bakteri laut di lereng benua Laut Celtic pada musim semi (bulan Mei) 1987. Tiga lokasi dipilih sepanjang sebuah skala horizontal sempit antara masa air yang terstratifikasi di atas paparan benua dan masa air yang teraduk di atas patahan-benua. Di lapisan sub-permukaan, produktivitas primer maupun biomas klorofil meningkat sebanding dengan stratifikasi. Sebaliknya, jumlah sel bakteri makin meningkat dari kolom air yang terstratifikasi ke kolom air yang teraduk. Produksi neto bakteri di air yang teraduk adalah dua kalinya dibandingkan di air yang terstratifikasi. Analisis korespondensi menunjukkan perbedaan komposisi dan produksi fitoplankton dan bakteri di tiga lokasi. Analisis ini menunjukkan bahwa air yang teraduk dicirikan oleh biomas bakteri, produksi karbon bakterial dan biomas ciliata; air peralihan dicirikan oleh biomas diatom dan dinoflagelata; dan air yang terstratifikasi dicirikan oleh biomas Cryptophyceae, flagelata dan fitoplankton total.

Baca juga :
Faktor Penyebab dan Dampak Ledakan Populasi Alga

Kumpulan Fitoplankton di Zona Tanpa-Cahaya

Karabashev dan Khanayev (1991) melaporkan bahwa pada bulan Mei 1989 di palung Slupsk (Laut Baltik), teknik fluorimeter telah digunakan untuk mengetahui profil vertikal fluoresensi klorofil, kekeruhan dan suhu. Fitoplankton hidup ditemukan berkumpul di atas palung tersebut pada kedalaman lebih dari 70 meter. Kumpulan fitoplankton ini ditemukan selama beberapa hari dan meluas sampai beberapa kilometer. Ketika pengamatan lanjutan dilakukan pada bulan Februari 1990 dengan metode yang sama, kumpulan fitoplankton telah hilang. Kekeruhan dan profil suhu menunjukkan bahwa berkumpulnya fitoplankton ini dipengaruhi oleh dinamika air di zona afotik (tanpa cahaya).

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda