Selasa, 22 Mei 2012

Aeromonas : Keberadaan, Ciri-Ciri, Kelangsungan Hidup, Penyakit dan Imunisasi

Arsip Cofa No. C 040

Keberadaan Aeromonas Pada Ikan Cyprinidae

Perantoni et al. (1991) melakukan survei status sanitasi di kolam budidaya ikan cyprinidae. Selama lebih dari setahun, aktivitas diagnostik patologi di hatchery dan kolam pemijahan milik ARIS ichtyological centre (Gavello, Modena, Italia) telah dilakukan. Kegiatan ini berlangsung sampai satu siklus produksi penuh. Lebih dari 200 sampel telah dikumpulkan dan lebih dari 700 ikan (karper, tench dan kowan) telah diuji. Infeksi virus tidak pernah terdeteksi. Pengujian bakteriologis menunjukkan beberapa sampel positif mengandung Aeromonas hydrophila. Ada 3 sampel positif untuk Vibrio sp.

Baca juga :
Bakteri Vibrio dan Vibriosis

Aeromonas dan Bakteri Penghasil Fosfatase Lainnya Pada Ikan dan Kerang

Eapen et al. (1993) mempelajari mikroba-mikroba penghasil fosfatase yang berasosiasi dengan ikan dan kerang di pesisir Trivandrum, India. Jamur dan bakteri heterotrofik total serta jamur dan bakteri penghasil fosfatase di dalam insang, usus dan otot ikan (Etroplus spp., Gerres sp. dan Glossobius sp.) serta organ dalam dan mantel kerang (Vellorita sp. dan Perna sp.) telah diteliti. Parameter-parameter hidrografi lingkungan tempat asal ikan juga dipelajari. Kecuali kerang Perna indica, semua spesies yang diuji mengandung bakteri penghasil fosfatase. Usus ikan mengandung sangat banyak bakteri heterotrofik total maupun bakteri penghasil fosfatase. Penelitian ini menunjukkan bahwa bakteri penghasil fosfatase terutama adalah Bacillus, Vibrio, Micrococcus dan Corynebacterium spp. Moraxella memperlihatkan pertumbuhan maksimum pada konsentrasi garam 5 % . Moraxella dan Aeromonas peka ke arah air raksa sedangkan 45 % Vibrio menunjukkan pertumbuhan pada 0,4 ppm air raksa.

Baca juga :
Bakteri Penyebab Penyakit Pada Ikan

Membedakan Aeromonas dari Plesiomonas

Sakata dan Yuki (1992) mengembangkan dua media agar-agar diagnostik supaya bisa cepat menghitung dan mengidentifikasi bakteri genus-genus Plesiomonas dan Aeromonas dalam usus ikan air tawar. Agar-agar KS/PLA mengandung fruktosa dan sukrosa sebagai karbohidrat fermentatif serta “cholate” dan “taurocholate” sebagai agen selektif. Agar-agar Z/SPMF mengandung manitol dan fruktosa sebagai karbohidrat fermentatif dan SDS sebagai agen selektif. Galur Plesiomonas membentuk koloni biru keputihan pada agar-agar KS/PLA dan koloni hijau dengan sebuah lingkaran pada agar-agar Z/SPMF, sedangkan galur Aeromonas menghasilkan koloni kuning atau coklat pada kedua media.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Kelangsungan Hidup Aeromonas Dalam Air Laut

Fernandez et al. (1990) dalam Banning (1992) mempelajari kelangsungan hidup bakteri patogen dalam air laut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik kelangsungan hidup bakteri patogen ikan dalam air laut tersaring; bakteri tersebut diisolasi dari salmonidae air tawar. Percobaan kelangsungan hidup dilakukan pada suhu 20 °C dan 10 °C dalam tabung uji yang mengandung 12 ml air laut tersaring dengan inokula primer 106 – 108 sel/ml. Absorbance pada 610 nm dan perhitungan jumlah sel hidup digunakan untuk mengamati kemampuan organisme ini dalam bertahan hidup dan untuk dibiakan. Semua bakteri patogen ikan lenyap dengan laju yang berbeda pada suhu 20 °C dan 10 °C setelah 4 bulan. Hanya Aeromonas salmonicida yang tidak dapat pulih 14 hari setelah inokulasi pada suhu 20 °C dan setelah 1 bulan pada suhu 10 °C.

Baca juga :
Hubungan Aerasi dengan Kejadian Penyakit dan Parasit Ikan

Kerusakan Jaringan Pada Ikan Lele Akibat Aeromonas

Grizzle dan Kiryu (1993) meneliti ikan lele channel catfish Ictalurus punctatus, yang diinfeksi kompleks Aeromonas hydrophila, selama 2 – 21 hari setelah ikan-ikan tersebut dpindahkan dari kolam tanah ke tangki. Infeksi oleh kompleks Aeromonas hydrophila ini dikelompokkan menjadi tiga : infeksi “motile aeromonad septicemia (MAS; infeksi sistemik dan menunjukkan gejala-gejala penyakit), infeksi kulit (infeksi terbatas pada kulit serta otot di bawahnya), dan infeksi laten (infeksi sistemik tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit eksternal). “Hepatic necrosis” (kerusakan jaringan hati) berkaitan dengan semua tipe infeksi tetapi kejadiannya tidak konsisten dan kadang-kadang lebih parah pada ikan dengan MAS. “Hepatic steatosis” juga berkaitan dengan MAS. Ikan yang terinfeksi secara sistemik, yang mencakup ikan dengan infeksi laten, cenderung mengalami “pancreatic atrophy” (penyusutan pankreas) dan “pancreatic necrosis” (kerusakan jaringan pankreas). Sangat kurang jumlah sel darah putih yang memasuki daerah nekrosis dalam hati dan dalam “intrahepatic exocrine pancreas” pada ikan yang terinfeksi, dan tidak ada hubungan konsisten antara infeksi kompleks Aeromonas hydrophila dengan pendarahan hati atau hemosiderosis (kelebihan kadar besi dalam darah sehingga terjadi penimbunan senyawa hemosiderin). Spongiosis (kerusakan jaringan yang menyebabkan jaringan tersebut menjadi seperti sepon) pada epitel insang terjadi pada ikan dengan salah satu dari ketiga tipe infeksi, tetapi ikan dengan MAS menunjukkan branchitis yang lebih parah, seperti ditunjukkan oleh masuknya sel-sel darah putih dan melebarnya pembuluh sinus vena pusat. Ikan dengan MAS atau infeksi laten mengalami pembesaran inti sel di dalam epitel branchial. Ada hubungan nyata antara kerusakan jaringan insang ini dengan kejadian atau tingkat keparahan kerusakan hati dan pankreas. Rata-rata aktivitas aspartat aminotransferase dan laktat dehidrogenase meningkat secara nyata pada ikan dengan MAS tetapi tidak pada ikan dengan dua tipe infeksi lainnya.

Baca juga :
Kekebalan Ikan terhadap Infeksi Patogen dan Parasit

Imunisasi Ikan Lele Terhadap Aeromonas

Ford dan Thune (1992) melaporkan bahwa S-layer (lapisan-S) dari aeromonad dapat-bergerak berhubungan dengan bakteri virulen yang menyebabkan penyakit epizootik “motile aeromonad septicaemia” (MAS). Daya imunisasi protein S-layer pada ikan lele channel catfish telah dievaluasi dengan menggunakan esktrak-asam kasar Aeromonas hydrophila positif S-layer. Lele yang diimunisasi dengan ekstrak-asam protein S-layer yang diemulsi di dalam “Freund’s incomplete adjuvant” (FIA) menjadi terlindung dari bakteri virulen homolog, tetapi lele yang hanya diimunisasi dengan FIA saja tidak terlindung. Imunisasi selanjutnya pada lele yang semula tidak terlindung ini dengan menyuntikkan ekstrak-asam kasar S-layer + FIA menyebabkan ikan ini juga terlindung dari isolat homolog maupun isolat positif S-layer kedua yang memiliki berbagai serotype lipopolisakarida.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda