Selasa, 22 Mei 2012

Habitat, Bioekologi dan Pemangsa Zoobentos Laut

Arsip Cofa No. C 043

Makrozoobentos di Pantai Berpasir

Corbisier (1991) melakukan penelitian terhadap makrofauna bentik di zona intertidal berpasir di estuaria Santos, Sao Paulo, Brazil. Komposisi spesies, kepadatan fauna, keragaman spesies dan pola zonasi makrozoobentos serta hubungannya dengan karakteristik sedimen dipelajari dan dibandingkan di tiga pantai berpasir pada daerah “polyhaline” (salinitas beragam) di sistem estuaria Santos. Sampel dikumpulkan tiap tiga bulan selama setahun (Juli 1977 – Mei 1978). Lokasi sampling adalah daerah intertidal rendah, rata-rata dan tinggi. Polikhaeta mendominasi fauna ini, baik dalam hal jumlah spesies maupun jumlah individu. Struktur komunitas pantai Ponta da Praia dicirikan oleh kepadatan yang tinggi serta keragaman dan kemerataan yang rendah, akibat didominasi oleh spionidae Scolelepis squamata. Di Vicente de Carvalho, faunanya dicirikan oleh dominasi polikhaeta Laeonereis acuta dan Capitella capitata dengan kepadatan rendah, keragaman tinggi serta kemerataan tinggi. Di Bertioga Channel, nilai-nilainya intermediet dan faunanya didominasi oleh Scolelepis squamata dan Laeonereis acuta. Tekstur sedimen bertanggung jawab atas gambaran-gambaran ini, namun beberapa perbedaan dalam hal keragaman bisa disebabkan oleh perbedaan energi gelombang. Sedikitnya jumlah krustasea dan moluska menunjukkan adanya pengaruh pencemaran di estuaria terhadap fauna. Pola zonasi untuk distribusi spesies dan struktur komunitas berbeda di lokasi-lokasi penelitian; ia tidak berhubungan dengan karakeristik sedimen yang relatif seragam di bagian bawah pantai; bagaimanapun, keragamaan terendah ditemukan di bagian atas di semua lokasi.

Baca juga :
Pengaruh Kekeruhan Terhadap Binatang Air

Mytilus dan Macoma Sebagai Makrozoobentos Laut Dominan

Bubinas (1991) melakukan studi terhadap komposisi spesies, distribusi dan biomas zoobentos di bagian timur Laut Baltik pada bulan Oktober sampai November 1982 selama ekspedisi di atas kapal “Ayu-Dag”. Hasil penelitian menemukan dua biokenosis makrozoobentos : lithophilic (menyukai habitat berbatu) – Mytilus edulis dan psammophilic (menyukai habitat berpasir) – Macoma baltica. Kedua biokenosis memberikan sumbangan utama bagi biomas zoobentos. Ada 17 speses zoobentos. Biokenosis yang diwakili oleh bivalvia Mytilus edulis ditemukan meluas ke bawah sampai 35 meter. Ada sangat banyak bangkai bivalva Macoma baltica. Lebih dalam dari 100 meter zoobentos tidak ada karena adanya rejim gas yang buruk dan pencemaran dasar laut oleh hidrogen sulfida.

Baca juga :
Pengaruh Kekurangan Oksigen Terhadap Ikan dan Makrobentos

Peranan Makrozoobentos Dalam Penguraian Bahan Organik di Laut

Andersen dan Kristensen (1992) mempelajari keefektivan makrofauna dalam menguraikan bahan organik pada lingkup mikrokosmos di sebuah laguna dangkal, Fallesstrand, di ujung utara Fyn, Denmark, dengan menambahkan mikroalga berlabel C-14 ke dalam lubang-lubang sedimen tak terganggu pada kondisi ada dan tidak ada fauna. Keberadaan makrofauna bentos mendorong pelepasan 14CO2 hanya sebentar selama fase awal (4 hari); setelah 21 hari jumlah total 14CO2 yang dilepaskan adalah hampir setara dengan kondisi tanpa fauna. Konstanta laju pelapukan ordo pertama terhadap bahan organik tambahan yang didasarkan pada laju produksi 14CO2 adalah 0,019/hari dengan fauna dan 0,020 tanpa fauna. Pelepasan (14C)DOC dari sedimen bertanggung jawab atas 4 – 5 % dari total 14C yang dilepaskan. (DOC = dissolved organic carbon; karbon organik terlarut). Hanya sedikit 14C yang diserap alga yang ditemukan sebagai 14CO2 (maksimum 0,5 %) atau (14C)DOC (maksimum 0,7 %) di dalam air sedimen pada sembarang waktu selama penelitian. Sebaliknya, ada peningkatan nyata baik dalam hal produksi TCO2 (total karbon organik) sedimen (70 %) maupun laju penyerapan O2 (17 %) pada kondisi ada fauna. Perbedaan antara pengaruh makrofauna terhadap fluktuasi senyawa berlabel vs tak berlabel menunjukkan bahwa fauna pemakan endapan permukaan terutama mempengaruhi penguraian bahan organik sedimen tua dan relatif sulit diurai.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Ikan Pemangsa Zoobentos Estuaria dan Pantai

Longhurst dan Pauly (1987) mendaftar tujuh belas spesies ikan yang memenuhi kebutuhan energinya dari infauna bentik terutama cacing polikhaeta, moluska, echiuroidea, brachiopoda dan krustasea kecil interstitial (ruang antar butiran sedimen), Macoma, dan komunitas ophiuroidea penghuni sedimen berlumpur di estuaria dan dekat-pantai. Ke-17 spesies ini didominasi oleh ikan pari (Trygon, Pteromylaea, Myliobatis), ikan sebelah (Cynoglossus, Citharichthys, Synaptura) dan spadefish (Drepane, Ephippus, Chaetodipterus) dan mencakup dua sciaenidae (Umbrina) dan dua ikan buntal (Chaetodon, Ephippion). Ikan pari (Trygon margarita) memilih mangsa berupa polikhaeta besar (hampir 80 % dari isi perut semua ikan yang diuji dan meliputi Clymene, Pectinaria, Diopatra, Glycera), moluska kecil (Tellina, Macoma) dan krustasea yang kebanyakan jenis peliang (Squilla, Alpheus, Callianassa) serta kepiting kecil yang sebagian besar hidup di bawah batu (misal Porcellana). Spadefish (Drepane punctata) memilih mangsa campuran yang agak serupa, namun lebih mengkhususkan pada Clymene dan Pectinaria, serta banyak memakan amfipoda bentik; brachiopoda kecil Lingula, pennatulidae kecil (Virgularia) dan lancelet (Branchiostoma) juga menjadi komponen penting makanannya. Spadefish lain, Chaetodipterus lippei, memilih makanan yang sangat berbeda dan isi perutnya biasanya didominasi oleh material hidroid. Ikan lidah (Cynoglossus senegalensis) memangsa terutama polikhaeta Pectinaria dan Glycera, krustasea Squilla dan Panope serta brachiopoda Lingula, setidaknya di dasar perarian dekat-pantai.

Baca juga :
Bioekologi, Keragaman Spesies dan Distribusi Moluska

Longhurst dan Pauly (1987) menyatakan bahwa sekelompok besar ikan omnivora memilih mangsa yang sangat bervariasi yang mencakup ikan lain, epifauna aktif dan beberapa infauna yang hidup menetap. Spesies-spesies ikan ini secara alami dikelompokkan menjadi dua : (1) ikan threadfin (Galeoides, Pentanemus, Polydactylus) dan ikan manyung (Arius) penghuni sedimen berlumpur di estuaria dan perairan dekat-pantai; dan (2) banyak jenis ikan demersal penghuni dasar berpasir yang lebih dalam di paparan benua bagian luar – ikan sparidae (Pagrus, Dentex, Pagellus, Boops), grunt (Pomadasys, Brachydeuterus), kakap (Lutjanus, Lethrinus), lizard fish Trachinocephalus, dan surmullet Upeneus. Namun, sekalipun di antara omnivora, ada beberapa spesialisasi. Telah diketahui bahwa beberapa di antara kelompok ini, misalnya ikan sparidae, dapat menggali organisme infauna bentik dari sedimen, di samping juga merupakan predator organisme pelagis dan bentik. Galeoides decadactylus berkumpul di estuaria Sierra Leone untuk memangsa cumacea kecil (Uspelaspis, Cumopsis) yang memakannya dengan rasio 50 : 1 dibandingkan semua jenis makanan lain, sedangkan Polydactylus quadrifilis, yang sejauh ini merupakan ikan polynemidae terbesar, makin menggantungkan makanannya pada ikan ketika ia tumbuh sehingga individu terbesar adalah sepenuhnya pemangsa ikan; pada kenyataannya, dari perut seekor individu berukuran sangat besar yang baru-baru ini ditemukan mati di estuaria Sierra Leone telah diperoleh spesies baru ikan belut moray (dalam kasus ini, ikan polynemidae tersebut mati setelah memakan mangsa). Ditemukan tertangkap oleh trawl bersama Galeoides decadactylus, ikan grunt Pomadasys jubelini mengandung dengan jumlah yang hampir sama cumacea kecil dan Pectinaria sourei, yang melebihi jumlah polikhaeta lain dengan rasio 9 : 2 di dalam perutnya. Selain itu, beberapa spesies ikan mengkhususkan diri memangsa epifauna penghuni dasar laut yang lebih aktif bergerak : tiga spesies ikan pari (Rhinobatis), Albula vulpes, belut Ophichthus semicinctus, dan Smaris macrophthalmus. Mereka semua tampaknya mengkhususkan diri memangsa udang penaeidae dan kepiting kecil, namun tak diragukan bahwa kadang-kadang mereka meluaskan kisaran jenis mangsanya hingga mencakup beberapa ikan dan moluska epifauna yang hidup lebih menetap. Ikan sciaenidae penghuni perairan dekat-pantai, Pinnacorvina epipercus, khusus memakan kepiting kecil, yang menyusun lebih dari 80 % makanannya berdasarkan “percentage occurence” (persentase keberadaan).

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda