Senin, 18 Juni 2012

Kebutuhan Energi, Lipida, Asam Amino dan Mineral Pada Ikan

Arsip Cofa No. C 057

Kebutuhan Energi Pada Ikan

Smith (1982) menyatakan bahwa apa pun yang dimakan ikan, tanpa memperdulikan komposisi dan sifat makanan itu, harus mengandung cukup energi untuk mempertahankan proses-proses metabolik basal serta tersedia untuk pertumbuhan dan reproduksi. Kebutuhan energi ini bervariasi lebar sesuai dengan ukuran dan spesies ikan dan sesuai dengan suhu lingkungan serta tingkat aktivitas ikan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa seekor ikan rainbow trout yang sedang tumbuh dengan berat 100 gram memerlukan sekitar 3,1 kcal/hari pada suhu 15 °C. Ransum pakan trout standar mengandung sekitar 2200 kcal energi yang dapat dimetabolisasi per kilogram sehinga 3,1 kcal bisa disediakan oleh 1,4 g pakan/hari. Ikan dengan berat tubuh selain 100 gram perlu makan sebanyak 1,4 % berat tubuhnya per hari. Ikan pada suhu di atas atau di bawah 15 °C menunjukkan laju makan yang disesuaikan ke atas atau ke bawah, berturut-turut. Penelitian lain menunjukkan bahwa ikan sockeye salmon mencapai efisiensi pertumbuhan maksimal pada tingkat ransum sekitar 4,5 % berat tubuh dan bahwa makanan yang melebihi sekitar 6 % berat tubuh akan dikeluarkan lagi dari tubuh.

Baca juga :
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Makan dan Konsumsi Makanan

Kemampuan Ikan Memanfaatkan Kandungan Energi Dalam Makanan

Menurut Smith (1982) komponen makanan yang berbeda menyediakan energi dengan jumlah berbeda sesuai dengan kandungan energi dan daya cernanya. Lemak paling kaya energi – 9,45 kcal/gram – dan ikan trout, salmon serta lele bisa memperoleh sekitar 8,0 kcal/gram dari lemak ini setelah dicerna dan diasimilasi. Protein memiliki nilai energi 4,65 kcal/gram, dari nilai ini yang bisa dimanfaatkan sekitar 3,9 kcal/gram. Karbohidrat mengandung sekitar 4,1 kcal/gram, dari nilai ini yang bisa dimanfaatkan sangat bervariasi tergantung pada daya cerna karbohidrat tersebut. Glukosa dan gula sederhana lainnya menyediakan sampai 4,0 kcal/gram, sedang kanji hanya menyediakan sekitar 1,6 kcal/gram dan selulosa menyediakan energi hampir nol. Gambaran ini menjelaskan kebiasaan ikan salmonidae memangsa binatang lain dan bahwa kebanyakan makanan alaminya adalah binatang, bukannya tumbuhan – sistem metaboliknya sangat efektif untuk protein dan lipida tetapi tidak efektif untuk molekul-molekul besar seperti kanji atau selulosa.

Baca juga :
Pakan Ikan : Ukuran, Jumlah, Kesegaran dan Pemasakan

Kebutuhan Lipida Pada Ikan

Smith (1982) menyatakan bahwa lipida yang dibutuhkan ikan adalah kompleks dan sangat berbeda dengan kebanyakan binatang darat, terutama yang berdarah panas. Perbedaan yag paling menyolok adalah dalam hal titik lebur lipida. Lemak mamalia berbentuk padat pada suhu yang kebanyakan lipida ikan masih cair. Basis kimia perbedaan titik lebur ini adalah panjang rantai karbon dalam molekul asam lemak dan jumlah serta lokasi ikatan tak jenuh dalam rantai karbon itu. Rantai karbon yang lebih pendek dan rantai dengan lebih banyak ikatan tak jenuh mempunyai titik lebur lebih rendah. Kebanyakan lipida dalam makanan alami ikan berasal dari tumbuhan dan mengandung asam-asam lemak dengan rantai sedikitnya 18 atom karbon. Rantai ini memiliki satu sampai tiga ikatan tak-jenuh dan diberi simbol 18:1 (asam oleat), 18:2 (asam linoleat) dan 18:3 (asam linolenat). Rantai-rantai karbon ini bisa dipanjangkan lagi oleh zooplankton dan ikan sehingga menghasilkan rantai dengan panjang 20:3, 22:5 dan 22:6 dengan menambahkan unit-unit dua atom karbon dan menghasilkan pasangan atom karbon untuk menciptakan ikatan tak-jenuh tambahan.

Smith (1982) menambahkan bahwa asam-asam lemak seri 18:3 bersifat esensial untuk pertumbuhan normal pada ikan rainbow trout, sedang seri 18:2 tampaknya sedikit diperlukan. Sebaliknya sedikitnya ada 1 % seri 18:3 di dalam makanan dan kurang dari 2 % seri 18:2 untuk asam lemak ini. Seri 18:1 tampaknya kurang penting dibandingkan seri 18:2. Ikan salmon dan lele mungkin memiliki kebutuhan yang sama. Jumlah total lipida esensial untuk pertumbuhan normal tampaknya sangat bervariasi. Rainbow trout akan tumbuh sangat lamban bila makanannya bebas lemak. Di alam lipida makanan berkisar dari 3 sampai 15 % (9 – 40 % berat kering). Pada beberapa pelet kering pakan trout komersial, kandungan lipidanya 6 – 14 % sedang untuk pelet basah (telah disimpan-beku) kandungan lipidanya 16 – 20 % (berat kering). Jadi kedua jenis pakan komersial ini tidak ada yang mencapai kadar lipida maksimal setinggi yang ditemukan dalam makanan alami.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Kebutuhan Asam Amino

Lovell (1998) menyatakan bahwa asam amino dapat dibagi menjadi dua kelompok nutrisi, esensial dan non esensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis binatang atau dapat disintesis tetapi dalam jumlah tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan maksimum. Asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat disintesis oleh binatang dalam jumlah cukup untuk mendukung pertumbuhan maksimum, yang menunjukkan bahwa amino nitrogen tersedia. Kebanyakan binatang monogastrik seperti ikan, membutuhkan 10 jenis asam amino esensial : arginin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan dan valin. Pada tikus, beberapa asam amino esensial, yaitu arginin, histidin, isoleusin, leusin, metionin, fenilalanin, triptofan dan valin dapat digantikan oleh analog α-hidroksi atau α-keto yang bersesuaian. Pada beberapa kasus, ikan dapat mengganti sebagian asam amino esensial dengan non esensial. Channel catfish tumbuh dengan baik ketika metionin merupakan satu-satunya asam amino bersulfur yang ada dalam makanannya, tetapi tidak ketika sistin menjadi satu-satunya asam amino bersulfur; bagaimanapun, sistin dapat menggantikan sekitar 60 % metionin. Tirosin, sejenis asam amino aromatik non esensial, dapat menggantikan sekitar setengah kebutuhan channel catfish akan fenilalanin yang merupakan asam amino aromatik esensial.

Baca juga :
Gejala-Gejala Defisiensi Nutrisi Pada Ikan

Kebutuhan Gizi Pada Ikan Pemangsa

Virtanen (1992) melaporkan bahwa spesies ikan budidaya di Finlandia kebanyakan adalah predator. Kebutuhan nutrisi ikan jenis ini dicirikan oleh tingginya kebutuhan akan protein dan oleh terbatasnya kemampuan memanfaatkan karbohidrat. Pakan ikan komersial dengan demikian terutama didasarkan pada makanan dengan kandungan protein tinggi, daya cerna protein yang besar dan profil asam amino yang baik, dan didasarkan pada minyak ikan dengan nilai energi tinggi. Pembatasan kandungan protein hanya untuk kebutuhan minimum dan peningkatan kandungan energi akan menurunkan beban nutrien, tetapi meningkatkan resiko ikan menjadi terlalu berlemak. Binatang invertebrata merupakan bagian penting pakan alami ikan salmonidae, tetapi arti penting nutrisinya hampir hanya sebagai sumber pigmen karotenoid.

Baca juga :
Kebutuhan, Pengaruh dan Gejala Defisiensi Vitamin E Pada Ikan

Kebutuhan Mineral Pada Ikan Sidat

Arai (1974) mempelajari pengaruh penambahan mineral ke dalam pakan ikan terhadap pertumbuhan ikan sidat, Anguilla japonica. Pakan kering komersial telah banyak digunakan untuk sidat di Jepang. Bagaimanapun, perhatian kurang diberikan terhadap campuran mineral yang harus ditambahkan ke pakan terseut. Hal ni menyebabkan tidak hanya kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan mineral pada ikan sidat, tetapi juga ketidak tahuan bahwa tepung ikan white fish yang merupakan bahan baku utama mengandung abu kasar setinggi 16 – 20 % namun ketersediaannya bagi sidat masih belum jelas. Sebaliknya, kekompakan pasta pakan kering dianggap sebagai faktor penting dan sejumlah besar kanji kentang diformulasikan dalam pakan komersial untuk sidat sebagai binder (pengikat) dan sumber karbohidrat. Efek negatif campuran mineral terhadap kekompakan pakan diduga menjadi salah satu sebab mengapa pabrik pakan mengabaikan mineral. Telah diketahui bahwa sidat membutuhkan campuran mineral berkadar tinggi untuk pertumbuhan. Bila dipelihara dengan pakan yang mengandung campuran mineral 1 % atau tidak mengandung mineral, pertumbuhan sidat terhenti dalam 2 minggu, diikuti oleh kehilangan berat badan. Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan campuran mineral ke dalam pakan ikan terhadap pertumbuhan sidat Anguilla japonica dengan menggunakan karboksimetilselulosa sebagai binder, dan hasilnya menunjukkan bahwa penambahan campuran mineral sebanyak 2 % memberikan efek menguntungkan terhadap pertumbuhan sidat.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda