Minggu, 30 Desember 2012

Nafsu Makan Pada Ikan : Pengaruh Faktor Fisiologi dan Lingkungan

Arsip Cofa No. C 119

Perbedaan Dinamika Nafsu Makan Antar Spesies Ikan

Ali et al. (2001) menganalisis dinamika nafsu makan (berat makanan yang dikonsumsi per hari) pada ikan yang diberi pakan sampai kenyang setelah 1 atau 2 minggu periode kekurangan makanan. Ikan-ikan tersebut mencakup tiga spesies yang meliputi dua omnivora (ikan minnow, Phoxinus phoxinus, dan ikan mas koki gibel, Carassius auratus gibelio) dan satu karnivora (ikan stickleback, Gasterosteus aculeatus). Semua spesies menunjukkan perubahan nafsu makan dan pertumbuhan selama periode pemberian pakan-kembali untuk mengimbangi kondisi selama kekurangan makanan, tetapi pada ikan stickleback ada keterlambatan satu minggu sebelum muncul respon pengimbangan tersebut. Dinamika nafsu makan yang bersifat temporal (tidak permanen) ini berbeda di antara ketiga spesies tetapi tidak berbeda dalam satu spesies. Nafsu makan ikan minnow, mulai saat pertama pemberian pakan-kembali, menurun ke arah normal. Pada mas koki gibel, nafsu makan meningkat sampai maksimum dan kemudian berkurang sampai mencapai normal. Pada ikan stickleback, nafsu makan mula-mula di bawah normal kemudian meningkat sampai maksimum dan akhirnya menurun hingga mencapai normal. Perbedaan antar spesies tersebut mungkin disebabkan oleh prosedur eksperimen yang dijalankan, tetapi dapat juga mencerminkan perbedaan yang mendasari pengendalian nafsu makan pada ketiga spesies ikan itu.

Baca juga :
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Makan dan Konsumsi Makanan

Hormon Pertumbuhan dan Testosteron Merangsang Nafsu Makan Ikan

Matty (1985) menyatakan bahwa hormon pertumbuhan merangsang nafsu makan pada ikan. Peningkatan nafsu makan pada ikan killifish dan salmon yang terjadi setelah pemberian hormon pertumbuhan mungkin disebabkan karena hormon ini beraksi langsung pada pusat hipotalamus yang mempengaruhi konsumsi makanan. Kemungkinan lainnya adalah bahwa hormon pertumbuhan memberikan dampak tak langsung terhadap pusat hipotalamus dengan cara melakukan beberapa perubahan metabolik dalam tubuh ikan. Selain hormon pertumbuhan, pemberian testosteron juga menyebabkan peningkatan nafsu makan pada ikan.

Baca juga :
Stres Mempengaruhi Hormon, Kekebalan Penyakit dan Perilaku Ikan

Keterlibatan Hormon Kortikotropin dan Urotensin Dalam Penurunan Nafsu Makan Pada Ikan Yang Mengalami Stres

Bernier (2006) menyatakan bahwa ciri khas respon perilaku terhadap agen penyebab stres yang bersifat akut atau kronis adalah penurunan nafsu makan. Pada ikan, seperti vertebrata lainnya, sistem corticotropin-releasing factor (CRF; faktor pelepas kortikotropin) memainkan peranan penting dalam mengkoordinasi respon-respon neuroendokrin (hormon), saraf autonom (saraf tak sadar) dan respon perilaku terhadap stres. Telah ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan peranan sistem CRF sebagai mediator efek penekan nafsu makan yang ditimbulkan oleh stres pada ikan. Penyuntikan CRF atau peptida-peptida terkait, urotensin I, atau perlakuan pemberian obat atau agen penyebab stres, dapat menyebabkan penurunan konsumsi makanan yang tergantung-dosis, dan efek ini sebagian dapat dihilangkan dengan pemberian antagonis CRF. Selain itu, efek penekan nafsu makan yang ditimbulkan oleh faktor lingkungan, penyakit, faktor fisik dan sosial adalah berkaitan dengan meningkatnya CRF otak-depan dan menguatnya sifat gen urotensin I serta berkaitan dengan pengaktivan sumbu stres hypothalamic–pituitary–interrenal (HPI).

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Pengaruh Penambahan Enzim Fitase ke Dalam Tepung Kedelai Pakan Terhadap Nafsu Makan Anak Ikan

Hauler et al. (1999) menyatakan bahwa kelangsungan hidup jangka panjang industri salmon Atlantik di Australia tergantung pada upaya penggantian tepung ikan. Tepung kedelai merupakan alternatif yang layak, namun penggunaannya dibatasi oleh adanya sejumlah faktor anti nutrisi, termasuk phytate. Perlakuan enzimatik terhadap fitat bisa dilakukan pada pakan ikan yang mengandung tepung biji-bijian karena bisa meningkatkan daya cerna fosfor dan, dengan demikian, mengurangi eutrofikasi. Telah dilakukan penelitian dengan tujuan mempelajari pengaruh penambahan enzim fitase terhadap komsumsi pakan dan pertumbuhan anak ikan (parr) salmon Atlantik yang diberi pakan mengandung tepung kedelai. Anak ikan ini (berat rata-rata 6,0 gram) dalam enam tangki diberi pakan sampai kenyang dua kali sehari (jam 10.00 dan 16.00) selama 42 hari. Sebanyak 50 % tepung ikan dalam pakan ini diganti dengan tepung kedelai tanpa sekam. Fitase (EC 3.1.3.8; Sigma) ditambahkan ke dalam pakan sebanyak 2000 U/kg; tepung ikan dengan berat setara ditambahkan ke dalam pakan kontrol.

Penambahan fitase meningkatkan secara nyata (P < 0,01) laju pertumbuhan spesifik, tetapi tidak berdampak terhadap efisiensi konversi pakan (P > 0,05). Konsumsi pakan pada pagi hari tidak menunjukkan perbedaan antar perlakuan pakan (P > 0,05) sedangkan di sore hari anak ikan yang diberi pakan ber-fitase mengkonsumsi pakan lebih banyak dari pada kontrol (P < 0,001). Dalam percobaan ini, fitase meningkatkan konsumsi dan, dengan demikian, pertumbuhan anak ikan salmon Atlantik. Konsumsi pakan yang lebih tinggi disebabkan oleh meningkatnya nafsu makan pada pemberian pakan sore hari.

Mekanisme respon ini mungkin rumit akibat banyaknya cara molekul fitat beraksi sebagai faktor anti nutrisi. Bagaimanapun, meningkatnya konsumsi pakan menyiratkan bahwa laju pengosongan lambung lebih cepat dan nafsu makan muncul kembali. Dengan demikian penambahan fitase meningkatkan kemungkinan penggunaan tepung kedelai yang lebih banyak dalam pakan ikan salmon Atlantik.

Baca juga :
Tepung Kedelai, Kanji dan Ragi Untuk Pakan Ikan

Perubahan Nafsu Makan Sebagai Respon Ikan Terhadap Faktor Fisiologis dan Lingkungan

Volkoff et al. (2008) menyatakan bahwa pada vertebrata termasuk ikan, pengaturan pengambilan makanan melibatkan hormon-hormon yang saling-mengait secara rumit yang dihasilkan baik oleh otak maupun oleh jaringan tepi. Pada kondisi optimum, pengambilan nutrisi adalah cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal, pertumbuhan, perkembangan, reproduksi dan penimbunan cadangan energi. Karena ikan merupakan kelompok yang sangat beragam; berbagai spesies ikan hidup di dalam lingkungan yang sangat berbeda-beda dan menghadapi berbagai faktor yang sangat bervariasi, yang mencakup tidak hanya faktor internal seperti kondisi nutrisi/metabolik dan reproduksi, tetapi juga faktor lingkungan seperti suhu dan fotoperiod (panjang siang-malam). Respon fisiologis ikan terhadap faktor-faktor tersebut sering mencakup perubahan nafsu makan yang mungkin terjadi melalui pengaturan perwujudan gen dan aksi hormon-hormon pengatur aktivitas makan.

Baca juga :
Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Makan Pada Avertebrata

Pengaruh pH, Kalsium dan Aluminium Terhadap Aktivitas Makan Pada Larva Ikan

Di perairan alami banyak ditemukan kondisi di mana pH-nya rendah, konsentrasi kalsium rendah sedang konsentrasi aluminium tinggi. Cleveland et al. (1991) mempelajari pengaruh kondisi tersebut terhadap aktivitas makan (=nafsu makan) pada larva ikan. Larva ikan brook trout yang masih berkantung kuning telur dipelihara di laboratorium dalam media air dengan pH rendah (6,5 – 4,0), konsentrasi kalsium rendah (0,5 – 1,3 mg/liter) dan konsentrasi aluminium tinggi (300 mikrogram/liter). Hasilnya menunjukkan bahwa perkembangan larva ikan tertunda dan terjadi penurunan secara nyata dalam hal aktivitas renang dan aktivitas makan. Hal ini sejalan dengan hasil pengamatan di lapangan bahwa fluktuasi pH dan penurunan konsentrasi kalsium yang terjadi bersamaan dengan peningkatan konsentrasi aluminium di perairan menyebabkan mortalitas dan dampak-dampak negatif lain pada populasi ikan alami.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda