Rabu, 19 Desember 2012

Kanibalisme Pada Ikan

Arsip Cofa No. C 115

Kanibalisme Pada Ikan Teleostei

Smith dan Reay (1991) menyatakan bahwa kanibalisme dilaporkan dijumpai pada 36 dari 410 famili ikan teleostei, tetapi diduga bahwa penyebarannya lebih luas lagi. Menemukan contoh kanibalisme adalah tidak sulit, dan mungkin lebih menarik untuk mencari taksa ikan yang tidak menunjukkan perilaku kanibalisme. Famili ikan yang memberikan paling banyak contoh kasus kanibalisme adalah Engraulididae, Esocidae, Poeciliidae, Gasterosteidae, Percidae dan Cichlidae. Kanibalisme digolongkan menjadi tujuh tipe, bergantung pada tahap sejarah hidup, perbedaan umur antara ikan kanibal dan mangsanya, dan apakah mereka berkerabat atau tidak. Dalam populasi terkurung, kanibalisme cenderung meningkat dengan meningkatnya kepadatan ikan dan berkurangnya ketersediaan makanan, namun peranan kanibalisme dalam pengaturan populasi di alam liar belum dapat ditunjukkan. Kanibalisme memberikan beberapa dampak ekonomis yang penting dalam akuakultur, tetapi dampak tersebut bisa dikurangi dengan relatif mudah, yaitu dengan sering melakukan pengelompokkan-pengelompokkan guna mengurangi perbedaan ukuran ikan. Keuntungan utama dari tingkah laku kanibalisme adalah berkaitan dengan kebutuhan gizi; diduga bahwa tingkah laku ini berevolusi sebagai sebuah strategi yang efektif dalam menghadapi persaingan.

Baca juga :
Pengaruh Padat Penebaran Dalam Akuakultur

Faktor Penyebab Kanibalisme

Hecht dan Pienaar (1993) membahas kanibalisme dengan menitik beratkan pada peranan fenomena ini dalam budidaya larva ikan. Kanibalisme merupakan kejadian yang lebih sering dijumpai daripada yang diduga semula dan peranannya dalam budidaya larva ikan adalah penting. Ada dua faktor yang menyebabkan kanibalisme terhadap ikan-ikan saudaranya, yaitu genetik dan tingkah laku; yang terakhir ini dipengaruhi secara langsung oleh faktor-faktor lingkungan. Kanibalisme dianggap sebagai strategi makan alternatif, lebih mungkin dilakukan oleh larva dan juvenil tahap awal ikan karnivora, ketika sumber daya menjadi terbatas. Perilaku berkelahi yang menyebabkan mortalitas mempunyai penyebab yang sama dengan kanibalisme.

Baca juga :
Nafsu Makan Pada Ikan : Pengaruh Faktor Fisiologi dan Lingkungan

Pengaruh Kelaparan dan Perbedaan Ukuran Tubuh Terhadap Kanibalisme

Folkvord (1991) meneliti pengaruh jenis makanan, puasa/kelaparan dan ukuran ikan terhadap pertumbuhan, kelangsungan hidup dan kanibalisme pada juvenil ikan cod (Gadus morhua) yang dipelihara di kolam. Kelompok campuran ikan cod dengan berat 0,2 gram dan 8 gram memiliki kelangsungan hidup 93,5 – 97 % dalam waktu 4 minggu dengan diberi pakan zooplankton hidup. Rata-rata laju pertumbuhan harian adalah 4,5 % dan 1,6 %, berturut-turut, dan perbedaan ini diduga kemungkinan sebagai alasan mengapa inidividu-individu dalam kelompok 0,2 gram lebih banyak yang hilang akibat kanibalisme. Kanibalisme lebih tinggi di antara ikan cod berbobot badan 0,2 gram yang dipuasakan daripada ikan cod 0,2 gram yang diberi makan. Kanibalisme di antara ikan cod berbobot 0,2 gram berhenti setelah penambahan zooplankton hidup. Besarnya perbedaan ukuran dalam satu cohort (sekelompok individu dengan karakteristik sama) berpengaruh besar terhadap tingkat kanibalisme. Dua individu besar dari kelompok 0,2 gram memangsa lebih dari 50 saudaranya pada kondisi kekurangan makanan yang parah selama periode 4 minggu. Sebaliknya, sekitar 96 % ikan dari kelomok 8 gram tetap hidup selama kelaparan 4 minggu. Berdasarkan hasil penelitian ini, pemanenan juvenil secara lebih dini dari kolam pemeliharaan disarankan untuk memperbaiki kelangsungan hidupnya dan untuk mengurangi jumlah ikan yang hilang akibat kanibalisme.

Baca juga :
Pakan Buatan Pengganti Cacing Tubifex

Kanibalisme Menyumbangkan Mortalitas Tertinggi Pada Ikan Gadus

Korzhev dan Tretyak (1991) dalam Bogstad dan Tjelmeland (1991) mempelajari kanibalisme ikan cod (Gadus morhua) berumur 1 – 9 tahun terhadap ikan cod muda berumur 0 ± 3 tahun berasarkan pengamatan aktivitas makan pada kondisi alami pada tahun 1984 – 1989. Ikan cod pertama kali menunjukkan kanibalisme pada umur 1 tahun tetapi umur tertua yang masih mengalami kanibalisme adalah 3 tahun. Dengan demikian mortalitas alami yang disebabkan oleh faktor selain kanibalisme bisa dihitung untuk ikan cod berumur 4 – 15 tahun, dan hasil perhitungan ini kemudian diekstrapolasi ke bawah untuk ikan cod berumur 0+ tahun. Mortalitas alami akibat kanibalisme dihitung untuk ikan berumur 0 ± 3 tahun dengan menggunakan VPA (virtual population analysis) spesies tunggal yang bertanggung jawab atas kanibalisme. Jumlah ikan cod muda yang dikonsumsi oleh ikan cod dewasa adalah setara dengan rata-rata kelimpahan kelas tahun pada umur 3 dan melebihi jumlah ikan cod yang ditangkap selama setahun sebesar 1,4 – 3,3 kali lipat. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan perikanan cod dengan menekan tingkat kanibalisme yang tinggi.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Kanibalisme Terhadap Telur Ikan

Kamler (1992), berdasarkan beberapa laporan penelitian lain, menyatakan bahwa keberadaan telur ikan dalam lambung ikan Coregonidae dan dalam ikan Fundulus heteroclitus telah dilaporkan. Juga dilaporkan adanya kanibalisme terhadap telur pada ikan Gasterosteus aculeatus. Kasus serupa juga ditemukan pada ikan Coregonus albula. Ada dua sub populasi Coregonus di beberapa danau yang dalam di Skandinavia, yang satu memijah pada musim gugur sedang yang lain memijah pada musim dingin atau musim semi. Kelompok ikan yang terakhir ini melewatkan musim panas di bagian danau yang dalam yang airnya tetap dingin; pada akhir musim gugur, selama periode intensif perkembangan sel-sel telur dalam gonadnya, ikan-ikan ini menuju ke bagian danau yang lebih dangkal yang merupakan daerah pemijahan Coregonus pemijah musim gugur. Ikan pemijah musim dingin memangsa telur-telur dari ikan pemijah musim gugur. Makanan yang sangat berharga dan dalam jumlah besar ini, yang didapatkan tanpa banyak mengeluarkan energi dan pada saat yang tepat, memungkinkan telur-telur yang dipijahkan pada musim dingin di Danau Kajoonjarvi menjadi 3 – 7 kali lebih besar (berat kering) dibandingkan telur-telur ikan pemijah musim gugur. Coregonus pemijah musim dingin menetas lebih lambat dan lebih besar dibandingkan Coregonus pemijah musim gugur. Laju pertumbuhan larva ikan yang pertama juga lebih cepat daripada yang kedua.

Baca juga :
Budidaya Ikan Intensif : Padat Penebaran, Kualitas Air dan Penghematan Biaya

Kanibalisme Pada Budidaya Anak Ikan Polyodon

Rideg dan Rideg (1992) melakukan percobaan pemeliharaan ikan paddlefish (Polyodon spathula) mulai dari telur yang diimpor pada musim semi 1992. Percobaan pemeliharaan ini menggunakan sebuah sistem daur ulang berkapasitas 25 m3 dengan suhu air 19 oC. Pada awalnya ikan hanya diberi pakan organisme hidup seperti nauplius Artemia dan Daphnia, kemudian pakan kering diberikan secara ad libitum. Alat pemberi pakan otomatis digunakan untuk memberi sejumlah kecil pakan sepanjang hari karena aktivitas makan ikan ini di dasar tangki tidak terlihat. Pada akhir percobaan pemeliharaan – pada hari ke 50 – diperoleh anak ikan berukuran 6 – 12 cm yang kemudian dipasarkan. Tingkat kelangsunga hidup adalah 21,1 % pada kelompok I dan 67,4 % pda kelompok II. Periode mortalitas utama terjadi antara hari ke-10 dan 22 dan sekitar hari ke-40 dari masa pemeliharaan. Hanya tangki bundar berkedalaman 40 cm terbukti sesuai untuk pemeliharaan. Kanibalisme terlihat jelas dari awal sampai akhir percobaan sehingga ikan harus secara teratur dikelompok-kelompokkan menurut ukurannya.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda