Sabtu, 12 Januari 2013

Udang Metapenaeus : Bioekologi, Reproduksi dan Budidaya

Arsip Cofa No. C 124

Konsumsi Oksigen Metapenaeus monoceros Dalam Salinitas Yang Berbeda

Rao (1958) mengamati konsumsi oksigen dalam hubungannya dengan salinitas medium pada populasi laut dan perairan payau udang Metapenaeus monoceros Fab. Hasilnya menunjukkan bahwa koefisien regresi untuk konsumsi oksigen terhadap berat udang adalah tidak sama untuk media yang berbeda salinitasnya dan untuk kedua populasi. Pada kedua kelompok udang terjadi peningkatan konsumsi oksigen sejalan dengan penurunan salinitas medium di bawah salinitas habitatnya. Tetapi udang laut menunjukkan laju konsumsi oksigen yang lebih tinggi dalam medium 50 dan 25 % air laut dibandingkan dengan udang air payau. Sebaliknya, udang air payau menunjukkan laju konsumsi oksigen yang lebih tinggi dalam 100 % air laut dan dalam air keran. Diduga bahwa perbedaan-perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh (i) adaptasi osmotik, dan (ii) operasi mekanisme homeostatik metabolik dalam kaitannya dengan pengaturan osmotik.

Baca juga :
Virus Pada Udang Penaeidae

Ekologi, Pertumbuhan, Reproduksi dan Migrasi Metapenaeus mastersii

Dall (1958) mempelajari ekologi, pertumbuhan dan tingkah laku Metapenaeus mastersii dari Sungai Brisbane. Tahap-tahap post larva lebih menyukai daerah hangat dan terlindung dengan hamparan alga melimpah dan salinitas di bawah 20 ‰. Kisaran toleransi salinitas untuk semua tahap perkembangan udang ini adalah dari hampir tawar sampai air laut, dan aktivitas menjadi minimum ketika suhu rata-rata turun menjadi 16 oC. Panjang karapas terbukti bisa menjadi alat ukur panjang total atau volume udang. Analisis distribusi frekuensi panjang tidak memberikan hasil yang memuaskan untuk mengetahui laju pertumbuhan, namun menunjukkan migrasi ke arah hilir sejalan dengan pertumbuhan.

Berdasarkan laju pertumbuhan udang dalam tempat terkurung, umur saat matang kelamin diduga adalah 12 – 15 bulan dengan panjang karapas 16 mm untuk jantan dan 20 mm untuk betina (panjang total 76 dan 95 mm). Udang jantan kurang toleran terhadap salinitas rendah daripada udang betina, tetapi tidak bermigrasi terlalu jauh ke arah hilir. Fertilisasi terjadi di titik-titik jangkauan terjauh Sungai Brisbane, tetapi pemijahan berlangsung di luar daerah jangkauan sungai tersebut. Hubungan panjang-volume udang di atas panjang karapas 10 mm (panjang total 48 mm) tidak sesuai dengan kurva : volume = k x (panjang)3. Penyimpangan ini diduga disebabkan oleh karakteristik pertumbuhan selama musim dingin (Dall, 1958).

Baca juga :
Ganti Kulit (Molting) Pada Udang dan Kepiting

Umur dan Pertumbuhan Metapenaeus monoceros

Sudhakara Rao dan Krishnamoorthi (1990) menduga umur dan pertumbuhan Metapenaeus monoceros secara terpisah untuk jantan dan betina berdasarkan analisis frekuensi panjang, dengan menggunakan metode Ford-Walford dan von Bertalanfy. Panjang tak hingga (L∞) untuk udang jantan dan udang betina diduga adalah 178,4 mm dan 207,3 mm, berturut-turut. Nilai K diduga adalah 1,68 untuk jantan dan 1,62 untuk betina. Nilai t0 yang diduga dengan metode Gulland adalah 0,048 tahun dan 0,066 tahun untuk jantan dan betina, berturut-turut. Udang betina tumbuh lebih cepat dan mencapai panjang asimptotik tinggi dengan nilai K lebih rendah dibandingkan udang jantan. Panjang yang dicapai udang jantan dan betina berturut-turut adalah 95 mm dan 105 mm pada akhir 6 bulan, 142 mm dan 162 mm pada akhir 12 bulan serta 163 mm dan 187 mm pada akhir 18 bulan.

Makanan, Pertumbuhan dan Reproduksi Metapenaeus

Longhurst dan Pauly (1987) menyatakan bahwa lebih dari 90 % produksi fitoplankton di estuaria tenggelam ke sedimen sebagai sel dan pelet tinja. Sedimen lapisan atas di dasar estuaria ini mengandung sangat banyak bahan organik. Metapenaeus yang memakan semata-mata material organik dalam sedimen tersebut mengalami pertumbuhan yang cepat. Metapenaeus ensis di perairan Kuwait menunjukkan pertumbuhan yang berfluktuasi secara musiman. Pemijahan udang Metapenaeus ensis ini terjadi dalam dua gelombang per tahun; lama periode pemijahannya berbeda. Akibatnya, rekruitmen terjadi sebagai dua kohort, yang satu lebih kecil daripada yang lain.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Biologi Reproduksi Metapenaeus dobsoni

de Croos et al. (2011) mempelajari biologi reproduksi Metapenaeus dobsoni, spesies yang paling melimpah yang tertangkap pukat pantai di Sri Lanka, berdasarkan sampel yang dikumpulkan dari dua daerah penangkapan utama selama Januari 2009 sampai April 2010. Informasi ini penting untuk mengembangkan strategi manajemen sumber daya secara ilmiah, karena manajemen yang dilakukan saat ini hanya berdasarkan pengetahuan tradisional. Data yang diperoleh mencakup sex ratio, fekunditas, gonadosomatic index (% GSI), dan karakteristik morfometrik dalam kaitannya dengan kematangan gonad. Ukuran saat 50 % matang gonad (L 50 m) dan ukuran saat 50 % inseminasi (L 50 in) ditentukan untuk udang betina. Pada udang jantan, L 50 m ditentukan berdasarkan keberadaan spermatofor di dalam ampul terminal. Ditemukan adanya gametogenesis musiman yang serentak, dengan beberapa individu yang tidak serentak. Betina matang gonad ditemukan sepanjang tahun. GSI dan pengujian histologis menunjukkan musim pemijahan yang berkepanjangan pada Metapenaeus dobsoni, yang mencapai puncak pada bulan Agustus – Januari dan Maret. Sex ratio, yang didefinisikan sebagai perbandingan jumlah udang betina terhadap populasi total, meningkat secara stabil pada ukuran di atas 2,35 cm panjang karapas dan mencapai 100 % pada ukuran lebih dari 3,8 cm panjang karapas.

Baca juga :
Prosedur Ablasi dan Pengaruh Terhadap Reproduksi, Fisiologi, Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Udang

Merangsang Kematangan Ovari Metapenaeus ensis Dengan Progesteron

Yano (1985) merangsang kematangan ovari dan pemijahan pada udang Metapenaeus ensis dengan menggunakan hormon progesteron pada kondisi kultur tangki. Tahap perkembangan ovari yang lebih jauh, yaitu tahap III, IV dan V, terlihat setelah satu bulan pada udang yang disuntik progesteron (0,1 µg/gram berat badan) bila dibandingkan dengan udang kontrol yang diberi etanol murni 0,1 µg/gram berat badan yang hanya mengalami tahap perkembangan gonad awal, yaitu tahap II. Dua dari lima belas ekor udang betina yang disuntik progesteron memijah pada malam hari, 30 dan 31 hari setelah penyuntikan.

Baca juga :
Respon Ikan dan Udang Terhadap Amonia

Padat Penebaran dan Tingkat Pemberian Pakan Optimum Dalam Budidaya Udang Metapenaeus

Maguire dan Leedow (1983) melakukan percobaan padat penebaran dalam 18 kurungan eksperimental yang ditempatkan pada sebuah kolam 0,11 hektar. Ketika padat penebaran meningkat dalam kisaran 6,1 - 21,2 udang/m2, pertumbuhan Metapenaeus macleayi berkurang sementara tingkat kelangsungan hidup tidak terpengaruh dan total panenan (biomas akhir) meningkat. Analisis ekonomi sederhana menunjukkan bahwa padat penebaran optimum untuk juvenil udang ini adalah 19,1 ekor/m2. Dalam percobaan yang sama, dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan berupa pelet dengan kisaran tingkat pemberian pakan 0 – 12,5 % biomas udang per hari. Tingkat pemberian pakan optimum dari segi pertumbuhan adalah sekitar 5 % biomas per hari. Bagaimanapun, tingkat pemberian pakan optimum dari segi indeks pengembalian ekonomi adalah bervariasi tergantung pada biaya pakan.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda