Senin, 21 Agustus 2017

Interaksi Antara Aktivitas Budidaya Ikan dan Kualitas Air

Arsip Cofa No. A 076
donasi dg belanja di Toko One

Karakteristik Fisika dan Kimia Air Mempengaruhi Budidaya Ikan

Air, sebagai media budidaya ikan, bersifat unik dalam beberapa hal. Air merupakan salah satu dari sedikit material yang bersifat cair pada suhu kamar; material lainnya adalah air raksa dan beberapa jenis hidrokarbon. Air memiliki viskositas (kekentalan) dan tegangan permukaan sangat tinggi, lebih tinggi dari pada semua cairan lain selain air raksa. Tegangan permukaan ini sangat membatasi difusi gas keluar-masuk air. Air memiliki panas spesifik yang tinggi, yang membuat wujudnya tetap tidak berubah meski suhu mengalami perubahan besar. Pengukuran energi didasarkan pada panas spesifik ini : dibutuhkan 1 kalori energi untuk meningkatan suhu 1 gram air sebesar 1 °C.

Terakhir dan terpenting, air memiliki hubungan unik antara suhu dan densitas, karena air murni dalam wujud cair mencapai densitas maksimum pada suhu 3,94 °C. Densitas air menurun pada suhu yang lebih rendah. Pada kebanyakan zat cair, densitas meningkat sejalan dengan penurunan suhu dan mencapai maksimum dalam wujud padat. Karena air tidak mengikuti pola ini, maka es mengapung di atas air dan mencegah kolom air dari pembekuan total pada kondisi dingin (Diana et al., 1997, dalam Egna dan Boyd, 1997)

Diana et al. (1997) dalam Egna dan Boyd (1997) menyatakan bahwa berbagai bahan kimia terlarut di dalam air, sebagai mana suhu dan sifat-sifat fisik lain, dan semuanya bergabung membentuk apa yang disebut kualitas air. Untuk sistem akuakultur, perubahan karakteristik air yang meningkatkan produksi panen akuatik akan dianggap meningkatkan kualitas air. Definisi ini penting dalam akuakultur, karena pemanfaatan perairan untuk menumbuhkan organisme air pada kepadatan tinggi sering menyebabkan karakteristik kimia, berdasarkan standar lingkungan, dianggap menurunkan kualitas air. Kecuali bila perubahan-perubahan ini menurunkan produksi akuatik, keamanan atau nilai organisme sasaran, mereka tidak dianggap menurunkan kualitas air untuk tujuan akuakultur.

Karakterisktik kualitas air yang baik mungkin berbeda untuk spesies organisme yang berbeda. Karakteristik perairan yang bisa mendorong peningkatan produksi ikan mujaer mungkin berbahaya bagi spesies lain seperti ikan rainbow trout. Spesies ini sering dipilih untuk akuakultur karena toleransinya yang tinggi terhadap kualitas air yang buruk. Dengan demikian, kualitas air harus dilihat dari sudut pandang spesies yang dibudidayakan.

Baca juga
Pengaruh Aerasi Terhadap Kualitas Air dan Produksi Ikan di Kolam

Pengelolaan Kualitas Air Untuk Budidaya Ikan

Dalam pengelolaan kualitas air, kita mengatur kondisi lingkungan sedemikian hingga kondisi tersebut ada dalam kisaran yang sesuai bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Dalam badan perairan alami, ikan terdapat dengan kepadatan yang relatif rendah di dalam perairan yang sangat luas. Dalam perikanan alami, perlu mencegah aktivitas manusia yang merugikan kualitas air dan produksi ikan. Air limbah bisa menyebabkan eutrofikasi sehingga ikan mati atau spesies dominan berubah. Serangan gulma air bisa merugikan perikanan. Limpasan air dari lahan pertanian mungkin mengandung bahan-bahan kimia yang beracun bagi ikan. Baru-baru ini, hujan asam yang disebabkan meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil, terutama batu bara, mengasamkan perairan alami dan menurunkan produksi ikan di daerah-daerah tertentu. Badan perairan alami biasanya memiliki fungsi multiguna dan pengelolaan kualitas air biasanya lebih diarahkan untuk memperbaiki kondisi ekologis secara keseluruhan daripada diarahkan untuk memperbaiki perikanan saja (Boyd, 1982).

Di perairan yang digunakan untuk budidaya ikan, produksi ditingkatkan dengan menggunakan pupuk, pakan ikan, atau kadang-kadang keduanya. Di perairan di mana pupuk digunakan, pengelolaan kualitas air biasanya melibatkan manipulasi keluar-masuknya zat hara untuk meningkatkan produksi plankton agar ikan tumbuh lebih cepat. Beberapa perairan terlalu asam dan harus diberi kapur sebelum pupuk digunakan. Air kolam mungkin terlalu keruh sehingga pemasukan cahaya tidak cukup untuk meningkatkan fotosintesis, walaupun pupuk tersedia dalam jumlah cukup. Laju pertukaran air mungkin terlau cepat sehingga zat hara pupuk terbawa hanyut dari kolam sebelum zat hara tersebut memberikan pengaruhnya bagi peningkatan produksi plankton.

Boyd (1982) menyarankan agar jenis dan tingkat pemakaian pupuk di kolam budidaya ikan harus tepat. Sebagai contoh, bila hanya fosfor yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan plankton, maka adalah suatu pemborosan bila menggunakan pupuk yang mengandung nitrogen, fosfor dan kalium. Kelebihan pemakaian zat hara dalam pupuk akan menyebabkan plankton menjadi sangat melimpah sehingga kadar oksiegn terlarut akan menjadi masalah. Pemakaian pupuk yang tidak cukup akan menyebabkan rendahnya kekeruhan sehingga cahaya menembus sampai ke dasar perairan yang mengakibatkan gulma air merajalela.

Baca juga
Formalin Untuk Mengendalikan Parasit Ikan dan DampaknyaTerhadap Kualitas Air Kolam

Pengaruh Intensifikasi Budidaya Ikan Terhadap Kualitas Air

Intensifikasi budidaya ikan melalui penebaran ikan dalam jumlah besar dan penggunaan pakan yang banyak bisa menimbulkan permasalahan kualitas air yang parah (Boyd, 1982). Walaupun ikan memakan sebagian besar pakan yang diberikan, tetapi banyak pakan yang ditelan ini dieksresikan ke dalam air sebagai sisa metabolik. Sisa metabolisme ini mengandung karbon dioksida, amonia, fosfor dan zat-zat hara lain yang merangsang produksi plankton. Amonia merupakan racun yang bersfat langsung bagi ikan, dan sebagian amonia ini berfungsi sebagai substrat bagi produksi nitrit yang juga sangat beracun. Karbon dioksida dalam konsentrasi tinggi mengganggu pemanfaatan oksigen terlarut. Jadi, ketika laju makan meningkat maka kelimpahan plankton dan konsentrasi metabolit racun tertentu meningkat.

Plankton berkepadatan tinggi dalam kolam menyebabkan parahnya ketidakseimbangan keluar-masuknya oksigen terlarut, yang bisa menyebabkan ikan tumbuh lambat atau bahkan mati. Banyak masalah kualitas air lainnya kadang-kadang terjadi pada budidaya ikan intensif, tetapi masalah-masalah yang biasanya paling penting adalah produksi planton yang berlebihan, konsentrasi oskigen terlarut yang rendah dan masalah metabolit beracun. Perhatian yang cermat terhadap masalah kualitas air mutlak diperlukan dalam budidaya ikan intensif. Berapapun besarnya perhatian terhadap pembangunan kolam, penebaran ikan, pemberian pakan serta pengendalian penyakit dan parasit, semuanya tidak akan berguna bila sejumlah besar ikan mati sebelum dipanen akibat habisnya oksigen terlarut atau akibat masalah-masalah kualitas air lainnya (Boyd, 1982).

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Manajemen Budidaya Ikan Mempengaruhi Kualitas Air

Kualitas air dalam kolam ikan merupakan faktor utama yang menentukan produksi ikan. Kualitas air sangat dipengaruhi oleh praktek managemen kolam, seperti padat penebaran ikan, strategi pemupukan dan pemberian pakan tambahan. Kualitas air bisa dimanipulasi untuk mengatasi keterbatasan produksi kolam, baik secara kimia maupun fisik seperti aerasi, pemupukan, pengapuran atau pertukaran air. Manipulasi kualitas air kolam merupakan alat manajemen utama dalam produksi ikan mujaer semi-intensif dan bisa menjadi sangat penting dalam produksi ikan intensif.

Karakteristik air sangat membatasi produksi ikan dan bisa diubah sampai beberapa derajat dengan cara praktek-praktek akuakultur. Beberapa karakteristik air, seperti konsentrasi mineral terlarut, pH, alkalinitas dan kesadahan sangat dipengaruhi oleh sumber air dan tanah serta sifat-sifat geologis dan iklim daerah aliran sungai yang melingkupi lokasi budidaya ikan. Ikan mujaer tumbuh paling baik ketika suhu relatif hangat dan laju produksi primer perairan tinggi. Kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan perairan dan daerah aliran sungai tersebut bisa mempengaruhi kualitas air. Harus diingat bahwa praktek-praktek akuakultur itu sendiri mempengaruhi kualitas air (Diana et al.,1997, dalam Egna dan Boyd, 1997)

Pengaruh Kualitas Air Terhadap Pertumbuhan Larva Ikan

Gehrke (1991) dalam Hancock (1992) pada sebuah workshop biologi ikan di Australia mendiskusikan faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan larva ikan pada kondisi pemeliharaan ekstensif, dengan perhatian utama ditujukan pada kualitas air. Gehrke menyimpulkan bahwa pertumbuhan larva ikan bisa diperbaiki dengan meningkatkan surplus energi, atau dengan meningkatkan efisiensi konversi energi menjadi pertambahan bobot badan (pertumbuhan). Dalam fasilitas pemeliharaan ekstensif, pertambahan energi untuk pertumbuhan dapat diperoleh dengan meminimalkan konsumsi energi metabolik. Di sini perlu ditekankan bahwa pengelolaan kualitas air yang baik akan dapat mengurangi konsumsi energi metabolik (aktivitas) lava ikan.

Pengaruh Pakan Berkadar Energi Tinggi Terhadap Kualitas Air Dan Eutrofikasi

Pengaruh pakan berkadar energi tinggi terhadap kualitas air kolam ikan telah dipelajari oleh Bohl et al. (1992). Mereka mengamati intensitas eutrofikasi dalam air buangan kolam budidaya ikan salmon (Salmo trutta) yang diberi pakan dengan berbagai kandungan energi berbeda-beda. Penelitian hidrokimia (fosfat, nitrat, amonia, oksigen) membuktikan bahwa pakan berkadar energi tinggi adalah lebih baik dibandingkan pakan berkadar energi rendah dalam hal pencegahan eutrofikasi.

Baca juga
Budidaya Ikan Intensif : Padat Penebaran, Kualitas Air dan Penghematan Biaya

Pengaruh Padat Penebaran Udang Windu Terhadap Kualitas Air Kolam

Allan dan Maguire (1992) melaporkan bahwa enam belas kolam fiberglas berdiameter 3,5 meter dan tinggi 1,2 meter dengan dasar sedimen telah digunakan sebagai model kolam budidaya udang windu (Penaeus monodon) untuk meneliti pengaruh empat tingkat padat penebaran (5, 15, 25 dan 40 udang per m2) terhadap kualitas air. Berdasarkan hasil penelitian ini mereka menyimpulkan bahwa konsentrasi oksigen terlarut dan konsentrasi pigmen alga dipengaruhi oleh padat penebaran (P < 0,001), namun efek terkait-padat penebaran terhadap kualitas air tidak menjelaskan penurunan pertumbuhan udang akibat meningkatnya padat penebaran. Kepadatan populasi makrobentos, tetapi tidak berlaku untuk meiobentos, dalam lapisan sedimen pada setiap kolam menurun dengan meningkatnya padat penebaran.

Baca juga
Pengaruh Kekeruhan Terhadap Binatang Air

Kualitas Air Buangan Kolam Budidaya Ikan

Di Amerika Serikat, air buangan dari kolam ikan dianggap oleh Environmental Protection Agency sebagai sumber potensial pencemaran. Badan in telah mengembangkan nilai-nilai batas air buangan uji coba untuk sistem budidaya ikan kolam asli. Batasan utama adalah bahwa konsentrasi sesaat maksimum padatan yang dapat-mengendap di dalam air buangan tidak boleh melebihi 3,3 ml/liter. Padatan yang dapat-mengendap menyatakan volume material yang mengendap dari air selama 1 jam ketika air tersebut ditampung dalam kerucut Imhoff (Boyd, 1982)..

Boyd mengumpulkan data mengenai kualitas air buangan selama pemanenan ikan channel catfish dari delapan kolam di Universitas Auburn, Alabama. Air kolam dikeluarkan melalui pipa pengeluaran yang memanjang melewati dasar dari titik-titik terdalam di kolam. Pemanenan ikan melibatkan dua fase. Pada fase pengeringan, sekitar 95 % air dikeluarkan dan saluran pengeluaran ditutup. Selama fase penjaringan, ikan ditangkap dengan sebuah jaring besar. Saluran pengeluaran dibuka kembali satu sampai tiga kali selama fase penjaringan untuk menurunkan lebih lanjut tinggi air sehingga memudahkan penangkapan ikan.

Konsentrasi semua bahan pencemar potensial relatif rendah selama fase pengeringan, dan yang paling penting, nilai bahan yang dapat-mengendap selalu di bawah 3,3 ml/liter di kedelapan kolam. Bagaimanapun, selama fase penjaringan, aktivitas pekerja dalam mengoperasikan jaring dan ulah ikan yang ketakutan menyebabkan partikel-partikel sedimen yang halus teraduk di dalam air yang bervolume sedikit itu. Hasilnya adalah peningkatan secara tajam konsentrasi semua variabel yang bisa diukur selain nitrat. Hampir semua nilai bahan yang dapat-mengendap melebihi 3,3 ml/liter selama fase penjaringan. Jelas bahwa bahan pencemar bisa banyak dikurangi dengan tidak mengeluarkan air kolam setelah penjaringan dimulai.

Arti penting kolam ikan sebagai sumber pencemar tidak diketahui. Bahkan air yang dikeluarkan selama fase pengeringan dalam rangka pemanenan ikan memiliki konsentrasi bahan yang dapat-mengendap, BOD, COD, total fosfor dan total amonia nitrogen yang lebih tinggi daripada sungai-sungai kecil di sekitar Auburn, Alabama. Bagaimanapun, pengaruh pencemaran akibat air buangan kolam ikan bervariasi sesuai dengan volume air yang dikeluarkan dari kolam dan kecepatan arus serta karakteristik air sungai yang menerima air buangan kolam tersebut (Boyd, 1982).

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...