Selasa, 19 Desember 2017

Toleransi dan Pengaruh Salinitas Pada Ikan

Arsip Cofa No. A 079

Toleransi Ikan Air Tawar Terhadap Salinitas

Tekanan osmotik air meningkat dengan meningkatnya salinitas. Darah ikan air tawar mempunyai tekanan osmotik kira-kira sama dengan tekanan 6 atmosfer, atau sekitar 7.000 mg/liter natrium klorida; ikan air tawar dapat hidup dengan baik di dalam air laut yang diencerkan sampai tingkat ini. Padatan terlarut sampai konsentrasi 2.000 mg/liter tidak berbahaya bagi ikan dan organisme air tawar. Beberapa spesies ikan air tawar peka terhadap perubahan salinitas yang mendadak. Ikan yang baru menetas bisa terbunuh oleh ketidakseimbangan osmotik bila ia dipindahkan dari salinitas 1.000 mg/liter ke 50 mg/liter. Ikan dewasa biasanya lebih toleran terhadap perubahan salinitas. Natrium klorida bisa digunakan untuk meningkatkan salinitas di kolam pemeliharaan dan kolam kecil percobaan. Sering tidak praktis untuk menyesuaikan salinitas di kolam besar, kecuali di kolam air payau di mana air laut bisa dimasukkan dengan memanfaatkan arus gravitasi atau arus air pasang (Boyd, 1982).

Boyd (1982) menyatakan bahwa secara umum salinitas biasanya tidak menjadi faktor penting dalam budidaya ikan. Lebih lanjut, perbedaan proporsi ion-ion utama biasanya tidak banyak mempengaruhi pengelolaan kolam ikan. Sebagai contoh, air dengan salinitas 75 mg/liter dan senyawa bikarbonat dan karbonat alkali tanah yang dominan dapat menghasilkan ikan sebanyak yang dihasilkan oleh air bersalinitas 500 mg/liter yang sangat kaya akan natrium, klorida dan sulfat di samping senyawa karbonat dan bikarbonat alkali tanah. Dengan mengasumsikan bahwa faktor-faktor lain adalah sama, maka prosedur yang pada dasarnya identik bisa digunakan dalam kedua jenis kolam tersebut untuk meningkatkan produksi ikan.

Lagler et al. (1977) menyatakan bahwa ada perbedaan besar di antara ikan-ikan air tawar dalam hal toleransi garam sedemikian hingga kita bisa menyusun mereka menjadi kelompok : (1) stenohalin, yaitu relatif tidak toleran terhadap perubahan salinitas, (2) ikan-ikan air tawar pada umumnya, dan (3) eurihalin, yakni toleran terhadap perubahan konsentrasi garam. Di antara kelompok yang terakhir ini adalah banyak spesies ikan diadromus, seperti ikan sidat (Anguilla), salmon Atlantik (Salmo salar) dan juga beberapa jenis ikan stickleback (Gasterosteus) dan ikan killifish (Fundulus).

Di antara kelompok ikan stenohalin, ada variasi dalam hal kemampuan menyesuaikan diri terhadap salinitas yang lebih besar daripada salinitas normal; ikan karper (Cyprinus) dan ikan mas koki (Carassius) dapat mentolerir salinitas sampai 17 ppt, yang setara dengan penurun titik beku – 0,9 °C dan juga setara dengan konsentrasi garam-garam yang agak jauh lebih besar dibandingkan konsentrasi garam di dalam tubuhnya. Konsentrasi garam jaringan dan garam urin meningkat pada kondisi seperti ini dan pembuangan urin berkurang karenanya. Makin lambat perkembangan kondisi eksternal penyebab stres seperti ini yang dihadapi ikan, makin besar toleransi ikan tersebut terhadap perubahan ini. Kemampuan ikan air tawar untuk menyesuaikan diri terhadap garam-garam non toksik berkonsentrasi tinggi juga tergantung pada faktor-faktor spesifik-spesies seperti rasio luas insang terhadap luas permukaan tubuh, histologi insang, kontrol neurosekresi dan/atau kontrol hormonal terhadap permeabilitas membran serta konsentrasi oksigen dan suhu. Juga ada variasi fisiologis antar spesies yang dipengaruhi oleh ras dalam hal fungsi pengaturan ini (Lagler et al., 1977).

Toleransi Salinitas Pada Larva Ikan Macquaria

Burke (1992) memberikan laporan singkat mengenai percobaan yang dilakukan untuk menentukan pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup larva ikan Macquaria novemaculeata. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk memelihara larva ikan Macquaria novemaculeata yang masih berkantung kuning telur di dalam media bersalinitas 15 gram/liter selama satu minggu dan kemudian memindahkannya ke kolam yang telah disiapkan dengan salinitas sisa 2 gram/liter. Di dalam habitat baru ini larva tersebut masih dapat bertahan hidup tergentung pada kemampuannya untuk menemukan sumber makanan yang sesuai dan kemampuannya menghindari pemangsa yang mungkin ada.

Baca juga
Aspek Fisiologis Pemindahan Ikan Ke Medium Yang Berbeda Salinitasnya

Toleransi Terhadap Salinitas Rendah Pada Ikan Laut Clupeidae

Longhurst dan Pauly (1987) menyatakan bahwa, dengan beberapa kekecualian, ikan Clupeiformes terdapat di atau di dekat paparan benua dan sering kali mereka merupakan ikan pesisir sejati, dengan kemampuan toleransi yang besar terhadap salinitas rendah, meskipun tidak semua spesies bersifat eurihalin. Dalam satu spesies tunggal, seperti Sardinella, ada keragaman yang besar dalam hal toleransi terhadap salinitas rendah; ikan Atlantik tropis Sardinella aurita bersifat sangat stenohalin (atau setidaknya tidak ditemukan di perairan dengan salinitas kurang dari sekitar 35 promil), walaupun belum jelas apakah hal ini disebabkan oleh persyaratan ekologis yang mengharuskan ikan ini hidup di perairan bersalinitas tinggi ataukah disebabkan oleh ketidak mampuan fisiologis untuk mentoleransi salinitas rendah. Sebaliknya, ikan Sardinella maderensis dari Teluk Guinea secara teratur memasuki perairan estuaria dengan salinitas sedikitnya 20 promil.

Tampaknya, genus-genus ikan clupeidae anadromus (Hilsa, Macrura) bersifat toleran terhadap perairan yang sangat tawar. Walaupun ikan clupeidae anadromus penghuni perairan beriklim sedang dan subtropis (misalnya Alosa, Dorosoma, Pomolobus) terdapat baik di Samudra Atlantik maupun Indo-Pasifik, tidak ditemukan adanya ikan clupeidae yang berenang naik ke hulu sungai di Atlantik tropis maupun di Pasifik timur tropis. Sedikit spesies ikan clupeidae kecil non-migrasi menghuni perairan pesisir yang tawar, seperti ikan Afrika Barat kecil Pellonula vorax yang ditemukan di estuaria bagian atas tetapi tampaknya tidak pernah turun ke laut. Demikian pula, ikan Rhinosardinia menunjukkan tingkah laku yang sama di Amerika Selatan, serta Microthrissa dan Pellonula di Indo-Pasifik dijumpai hanya di kepala estuaria (Longhurst dan Pauly, 1987).

Baca juga
Perubahan Kadar Asam Amino Akiubat Perubahan Salinitas Lingkungan

Pengaruh Salinitas Terhadap Distribusi Ikan Juvenil Di Laguna

Zambriborshch dan Dumbuya (1990) melakukan studi untuk mempelajari komposisi, kelimpahan relatif dan distribusi ikan juvenil di sebuah laguna. Dua puluh delapan spesies ikan juvenil telah ditemukan di Laguna Dniester, Ukraina, pada tahun 1986. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa distribusi ikan-ikan juvenil tersebut dipengaruhi oleh salinitas. Jumlah spesies dalam kompleks air tawar meningkat dari zona arah-laut ke zona atas (arah-darat), dan jumlah spesies Ponto-Caspian dari zona atas ke zona arah-laut juga meningkat. Ikan roach, ikan azov kilka, ikan carassius dan gobi ditemukan dengan frekuensi tinggi, yakni 75 – 92 %. Pada kebanyakan kasus, ikan bream, roach, zander, percarina dan gobi bertanggung jawab atas lebih dari 46 % kelimpahan total.

Pengaruh Perubahan Salinitas Terhadap Asam Lemak Ikan

Bell et al. mengulas hasil-hasil penelitian tentang pengaruh perubahan salinitas terhadap asam lemak ikan. Pada usus ikan trout rasio asam lemak tak jenuh terhadap asam lemak jenuh di dalam fosfatidilkolin dan fosfatidiletanolamin adalah jauh lebih besar untuk ikan yang melakukan adaptasi terhadap air laut, hal ini diakibatkan oleh besarnya peningkaan jumlah asam lemak 22:6 (n-3). Hal ini menyebabkan peningkatan fluiditas membran yang terjadi tanpa mengubah kandungan kolesterol atau komposisi gugus kepala fosfolipida. Penelitian pada ikan guppy juga menunjukkan adanya peningkatan PUFA (poly unsaturated fatty acid; asam lemak poli tak jenuh), terutama asam lemak 22:6 (n-3) untuk ikan yang beradaptasi terhadap air laut tetapi, berlawanan dengan ikan trout, mereka juga menunjukkan bahwa proporsi fosfatidilkolin dan fosfatidiletanolamin berubah dalam berbagai jaringan. Bagaimanapun, tidak ditemukan adanya perubahan komposisi asam lemak pada insang ikan sidat air tawar yang beradaptasi terhadap air laut. Jadi, ada perbedaan hasil beberapa penelitian mengenai apakah terjadi perubahan komposisi asam lemak pada ikan yang berdaptasi terhadap air laut. Adalah mungkin bahwa jaringan tubuh yang berbeda, terutama jaringan epitel yang bersentuhan langsung dengan lingkungan luar, memberikan respon yang berbeda pada spesies yang berbeda bahkan pada spesies yang sama, tergantung pada kemampuan spesies ikan tersebut untuk melakukan osmoregulasi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bolis dkk pada tahun 1984 menunjukkan bahwa penurunan pH air akan meningkatkan kandungan PUFA dalam insang ikan trout.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Pengaruh Garam Pakan dan Salinitas Air Terhadap Pertumbuhan Ikan Sciaenops

Gatlin et al. (1992) melakukan tiga percobaan pemberian pakan selama delapan minggu untuk menentukan pengaruh garam-garam makanan pelengkap terhadap pertumbuhan dan osmoregulasi pada ikan red drum (Sciaenops ocellatus) muda pada berbagai salinitas air. Pada setiap percobaan, garam natrium klorida ditambahkan ke dalam pakan utama yang tersusun dari komponen semi murni dan praktis; pakan utama menyediakan 0,80 % klor, 0,84 % kalium dan 0,92 % natrium berdasarkan berat kering.

Dalam air tawar, ikan red drum yang diberi pakan utama yang dilengkapi dengan 2 % NaCl menunjukkan perolehan berat yang lebih besar dan efisiensi pakan yang lebih tinggi secara nyata (P < 0,05) daripada ikan yang diberi pakan utama saja. Dalam air payau (salinitas 5 ppt), ikan yang diberi pakan yang ditambahi 2 % NaCl menunjukkan perolehan berat yang secara numerik lebih besar tetapi tidak nyata (P = 0,076) dari pada perolehan berat untuk ikan yang diberi pakan utama. Dalam air laut buatan berkekuatan-penuh (salinitas 35 ppt), ikan yang diberi pakan yang dilengkapi dengan 2 dan 10 % NaCl menunjukkan perolehan berat yang tidak berbeda nyata (P = 0,23) dibandingkan pada ikan yang diberi pakan utama, dan ikan yang diberi pakan yang dilengkapi dengan 10 % NaCl menunjukkan penurunan efisiensi pakan yang nyata. Tidak ada garam-garam pelengkap yang secara nyata mempengaruhi osmolalitas darah atau konsentrasi hormon tiroid total pada empat minggu atau mempengaruhi kemampuan ikan yang dipelihara dalam air tawar atau payau untuk bertahan hidup ketika dipindahkan ke air laut berkekuatan-penuh pada 8 minggu (Gatlin et al., 1992).

Hasil-hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan NaCl ke dalam makanan memperbaiki pertumbuhan ikan red drum dalam air encer (tawar dan payau), tetapi tidak dalam air laut berkekuatan-penuh. Garam-garam makanan untuk ikan red drum dalam air encer mungkin menyediakan ion-ion yang yang kurang cukup dapat diserap oleh ikan dari lingkungannya yang hipotonik (Gatlin et al. , 1992).

Pengaruh Salinitas Terhadap Tumor Pada Ikan

Berthiaume et al. (1993) mempelajari pengaruh salinitas terhadap kejadian tumor kulit pada ikan. Lymphocystis disease virus (LDV), sejenis iridovirus, merupakan agen penyebab tumor kulit jinak yang diamati banyak menyerang berbagai jenis ikan teleostei. Penyakit ini tampaknya sering terjadi, tetapi perwujudannya kurang dipahami karena kesulitan dalam mengisolasi dan mengkultur virus tersebut secara in vitro. Ikan sebelah Amerika (Hippoglossoides platessoides) telah ditangkap dengan jaring trawl di Teluk St. Lawrence dan kemudian diaklimatisasi selama sedikitnya 6 minggu di dalam tempat terkurung. Ikan ini kemudian dipaparkan terhadap berbagai salinitas yang lebih rendah dan diuji secara teratur selama periode enam minggu. Tumor limfokistis dicatat dan sampelnya diamati di bawah mikroskop elektron. Analisis statistik menunjukkan secara nyata peningkatan kejadian tumor dalam kaitannya dengan menurunnya salinitas sampai 7 gram/liter dan meningkatnya lama waktu pemaparan (exposure time) sampai 42 hari. Iridovirus ini terlihat melalui pengamatan mikroskop elektron ada di dalam tumor ikan.

Pengaruh Salinitas Terhadap Faktor Kondisi Pada Ikan Coregonus

Griffiths et al. (1992) menjelaskan kecenderungan pertumbuhan dan kondisi ikan Arktik cisco Coregonus autumnalis dan ikan broad whitefish Coregonus nasus di daerah Teluk Prudhoe, Alaska utara, untuk mempelajari efek subletal perubahan hidrografi akibat pembangunan causeway menuju Laut Beaufort. (catatan : causeway adalah jalan yang ditinggikan yang melintasi daerah rawa-rawa). Pertumbuhan ikan kelas umur-1 dan kelas umur-2 untuk kedua spesies berkorelasi positif dengan suhu. Korelasi antara kondisi (bobot badan basah total pada panjang tertentu) dengan suhu kurang erat dibandingkan korelasi antara pertumbuhan dan suhu. Bagaimanapun, ikan broad whitefish kecil, yang tidak mengembara jauh dari mulut sungai, menunjukkan asosiasi positif antara kondisi dan salinitas. Sebaliknya, ikan broad whitefish besar, yang mengembara jauh dari sungai, menunjukkan asosiasi negatif dengan salinitas. Daerah pencarian makan ikan broad whitefish besar mungkin dibatasi oleh masa air bersalinitas tinggi yang, bagaimanapun, membawa mangsa dengan level lebih besar dari pada normal ke habitat di dekat delta sungai di mana banyak terdapat ikan broad whitefish kecil. Ikan Arktik cisco tampaknya dapat mengeksploitasi suhu atau salinitas pada kisaran lebar dengan baik. Pertumbuhan ikan Arktik cisco dan broad whitefish kelas umur-1 dan kelas umur-2 diperkirakan bisa berkurang rata-rata sebesar 4 - 6 % akibat perubahan suhu yang disebabkan oleh pembangunan causeway. Besarnya perubahan ini diyakini tidak penting bagi ekologi kedua spesies ikan tersebut.

Pengaruh salinitas terhadap distribusi ikan laut dan CPUE

Cyrus dan Blaber (1992) melakukan studi untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap distribusi ikan di sebuah estuaria di Australia utara tropis. Salinitas bervariasi secara nyata selama periode penelitian yang berlangsung dua setengah tahun dan tampak jelas bahwa ada tiga pola musiman. Ketiga pola ini berkaitan dengan musim hujan, musim kering awal dan musim kering akhir. Selama ketiga musim tersebut timbul gradien salinitas yang jelas. Gradien salinitas ini merupakan kelanjutan dari gradien serupa yang ada di lingkungan laut sekitarnya di teluk Albatros. Derajat dan kisaran salinitas ini sangat ditentukan oleh pola curah hujan musiman di daerah tangkapan-air Sungai Embley. Distribusi dan kelimpahan 45 spesies ikan yang paling umum telah dianalisis dalam kaitannya dengan pola salinitas di estuari ini. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa kepadatan ikan di dalam estuari adalah berkorelasi dengan salinitas. Ada hubungan terbalik yang kuat antara kekeruhan dan salinitas. Catch per Unit Effort (CPUE; hasil tangkap per satuan upaya) untuk setiap spesies ikan telah ditentukan dalam kisaran salinitas. Hasilnya menunjukkan bahwa pola-pola yang berkaitan dengan salinitas ditemukan pada 30 dari 45 spesies ikan yang diamati.

Baca juga
Pengaruh Salinitas Terhadap Udang Windu (Penaeus monodon)

Pengaruh Salinitas Terhadap Migrasi dan Hasil tangkap Ikan Belanak

Vieira dan Scalabrin (1991) mempelajari distribusi, statistik perikanan, migrasi pemijahan dan rekruitmen ikan belanak, Mugil platanus, di estuaria Lagoa dos Patos dan pesisir Brazil selatan. Antara tahun 1978 dan 1982 total tangkapan ikan belanak ini adalah sekitar 6.000 ton per tahun. Korelasi positif ditemukan antara total tangkapan tahunan dan rata-rata salinitas estuaria Lagoa dos Patos. Selama bulan April dan Mei ikan dewasa matang gonad mulai melalukan migrasi reproduksinya keluar dari estuaria akibat turunnya suhu air serta masuknya air laut ke dalam laguna dos Patos. Pemijahan terjadi di perairan lepas pantai dari Mei sampai Agustus; telur dan larvanya dihanyutkan ke pantai dan ke arah selatan oleh arus pesisir selatan. Rekruitmen di estuaria Lagoa dos Patos berlangsung sepanjang tahun dengan puncak kelimpahan selama musim dingin dan musim semi.

Pengaruh Salinitas Terhadap Kesuburan, Ukuran dan Komposisi Kimia Telur Ikan

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap kesuburan telur ikan. Lama kesuburan telur ikan dalam media pemijahan alami dapat disamakan dengan lama kesuburan sel sperma dan, secara umum, kesuburannya lebih singkat dalam air tawar daripada dalam air laut. Pada telur ikan salmonidae, kesuburan telur menurun tajam pada medium air tawar dalam waktu 30 detik. Bagaimanapun, telur ikan cod (Gadus morhua) tetap sangat subur pada media air laut (salinitas 34 promil) selama 15 menit.

Penurunan kesuburan telur dalam media air tawar berbarengan dengan penutupan lubang micropyle, atau terputusnya hubungan antara micropyle dengan membran kuning telur. Ketidakmampuan untuk mempertahankan osmoregulasi, pengaktivan yang tidak sempurna, atau perkembangan partenogenetik merupakan sebab-sebab singkatnya lama kesuburan telur dalam air laut.

Kamler (1992) mengulas secara ringkas pengaruh salinitas terhadap ukuran dan komposisi kimia telur ikan. Ada kecenderungan untuk memproduksi telur yang lebih kecil di dalam air laut, meskipun kisaran ukuran telur untuk ikan laut dan ikan yang memijah di perairan tawar bertumpang tindih dengan jelas. Hal yang sama berlaku untuk kandungan kalori bahan kering telur yang menunjukkan lebih rendahnya persentase lipida dalam telur ikan laut, sedangkan hidrasi dan kandungan garam mineral lebih tinggi pada telur ikan laut.

Baca juga
Sifat-Sifat Fisika Salinitas

Pengaruh Salinitas Tinggi Terhadap Perilaku dan Fisiologi Ikan Air Tawar Poecilia

Aktivitas perilaku dan perubahan histokimia pada mukopolisakarida, ATPase dam enzim-enzim pernafasan di dalam epitel insang ikan air tawar Poecilia reticulata Peters telah diamati oleh Gargiulo et al. (1992) pada waktu-waktu yang berbeda setelah dipaparkan terhadap air laut 100 %. Stres akut telah diamati dalam enam jam pertama, yang disertai dengan perubahan perilaku dan histokimia. Sampai selama 6 jam terlihat adanya penurunan aktivitas reaksi succinic-dehydrogenase, sitokrom oksidase, ATPase dan mukopolisakarida. Setelah enam jam pertama terjadi peningkatan tajam dalam hal konsentrasi ATPase dan enzim-enzim pernafasan hingga nilai-nilai tersebut sama dengan konsentrasinya pada ikan kontrol pada hari ke-7. Reaksi mukopolisakarida perlahan-lahan berkurang dan hilang sama sekali pada hari ke-7. Adaptasi perilaku berubah pada waktu yang sama, dan aktivitas tingkah laku kembali normal pada 24 jam. Diduga ada hubungan antara fleksibiltas adaptif ikan Poecilia reticulata dengan ciri-ciri morfologis dan fisiologis.


REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...